Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sampah Plastik dari Indonesia Ditemukan Terdampar hingga Afrika…

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/JOY ANDRE T
Kondisi tumpukan sampah plastik dan styrofoam di aliran Kali Jalan Baru, Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi pada Kamis (27/10/2022). Tumpukan sampah itu terus datang meski petugas kebersihan berulang kali membersihkan aliran kali.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sampah plastik tak hanya menimbulkan permasalahan di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

Laporan terbaru menyebutkan bahwa sampah plastik asal Indonesia terdampar hingga ke pantai timur Afrika.

Hal tersebut diketahui setelah peneliti dari Oxford University memublikasikan studinya pada 18 Januari 2023.

Peneliti mengatakan bahwa sampah dari Indonesia "nyasar" ke Seychelles dan pulau-pulau lain di Samudra Hindia bagian barat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Studi pemodelan baru menunjukkan bahwa Seychelles dan pulau-pulau lain di Samudera Hindia bagian barat tidak bertanggung jawab atas sebagian besar sampah plastik yang menumpuk di pantainya," tulis peneliti, dikutip dari Africa Press.

Perlu diketahui bahwa Seychelles adalah negara yang berjarak 1.600 kilometer di sebelah timur daratan Afrika dan timur laut Madagaskar.

Baca juga: Waspada! Sampah Plastik dari 13 Aliran Sungai Bermuara di Teluk Jakarta

Temuan peneliti

Peneliti menyampaikan, Sri Lanka dan India adalah dua negara selain Indonesia yang "mengekspor" sampah plastik ke wilayah yang sama.

Sampah yang ditemukan peneliti terdiri dari benda-benda tak terpakai yang dapat terapung, seperti sandal, botol, dan barang rumah tangga berukuran kecil lainnya.

"Indonesia adalah sumber utama sampah plastik berbasis darat yang ditemukan di pantai-pantai di Seychelles, dengan kontribusi besar dari India dan Sri Lanka," ujar peneliti.

Peneliti menjelaskan bahwa sampah plastik Indonesia kemungkinan terombang-ambing di lautan selama enam bulan bahkan lebih dari dua tahun.

Menariknya, sebagian besar botol sudah tidak terpakai yang ditemukan di Seychelles ternyata juga berasal dari Thailand, Malaysia, termasuk China.

Peneliti memperkirakan, datangnya sampah botol tersebut bermula dari awak kapal yang membuangnya ke lautan.

Mereka mengidentifikasi sumber sampah plastik dari label yang masih melekat pada kemasan atau wadah

Baca juga: Cara Korea Selatan Atasi Sampah Plastik, Produsen dan Konsumen Punya Kewajiban Ini

Permodelan pergerakan sampah plastik di lautan

Dilansir dari Science Daily, temuan soal sampah plastik di Indonesia didapat peneliti setelah mereka melakukan permodelan.

Mereka mengembangkan model beresolusi tinggi untuk melihat pergerakan sampah di lautan dunia.

Dalam studi, peneliti menyertakan berbagai indikator yang memengaruhi pergeakan sampah di lautan.

Di antaranya angin, ombak, arut laut, termasuk sampah plastik yang berasal dari perikanan, pesisir, ataupun sungai.

Dari permodelan tersebut, peneliti melakukan prakiraan akumulai sampah plastik di 27 wilayah di Seychelles dan Samudra Hindia bagian barat.

Baca juga: Kisah Pahlawan Cilik, Anak-anak Pemburu Sampah Plastik agar Tidak Merusak Sungai dan Lingkungan

Sampah plastik mengancam lingkungan

Masih dari sumber yang sama, ada pengaruh musim yang kuat dalam peningkatan akumulasi sampah plastik.

Sampah plastik dari darat dan laut kemungkinan terdampar di Seychelles pada akhir musim barat laut

Peneliti mengatakan, jumlah sampah mencapai puncaknya pada Maret dan April.

"Akumulasi puing-puing plastik juga dapat diperkuat oleh peristiwa El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)," terang peneliti.

Temuan soal sampah plastik Indonesia dan negara-negara lain di Seychelles dan negara di sekitar Afrika adalah studi pertama yang memperlihatkan estimasi kuantitatif sumber sampah plastik di wilayah ini.

Keberadaan sampah plastik di wilayah tersebut tentunya mengindikasikan ancaman bagi lingkungan.

Pasalnya, sampah plastik dapat membahayakan masyarakat yang bergantung pada laut untuk kegiatan ekonomi, pariwisata, dan makan.

Pencemaran tersebut juga berisiko bagi keberlangsungan ekosistem laut.

"Selain itu, puing-puing plastik yang hanyut dari sumber yang jauh meningkatkan risiko penyebaran spesies dan penyakit invasif," cetus peneliti.

Baca juga: Tingkat Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia Masih Rendah

Noam Vogt-Vincent selaku penulis utama dari studi ini menyampaikan, pihaknya sudah menggabungkan data pengamatan dari seluruh Seychelles.

Caranya dengan melakukan simulasi komputer mutakhir untuk menghasilkan prediksi paling komprehensif yang saat ini tersedia untuk sampah laut.

"Ini akan memberikan informasi penting bagi kepentingan lokal di pulau-pulau ini," katanya.

"Banyak di antaranya merupakan titik penting keanekaragaman hayati global dan untuk menginformasikan respons nasional dan internasional," sambung Noam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi