KOMPAS.com - Memperhatikan tumbuh kembang si kecil adalah hal yang penting dilakukan oleh orang tua.
Dengan memperhatikan tumbuh kembang buah hati, orang tua bisa segera mengetahui apakah pertumbuhan si kecil normal atau tidak.
Salah satu kondisi yang tidak wajar dalam perkembangan anak yakni kelainan mikrosefalus atau mikrosefali.
Sebenarnya, kondisi ini bisa terdeteksi saat bayi masih dalam kandungan melalui USG. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini baru diketahui saat tahap perkembangan si kecil usai kelahirannya.
Lantas apa sebenarnya mikrosefalus?
Baca juga: Kisah Pilu Bocah 1 Tahun di Manggarai Barat Idap Hidrosefalus, Keluarga Tak Punya Biaya Berobat
Apa itu mikrosefalus?
Dikutip dari laman Kemkes, mikrosefalus merupakan kelainan yang membuat kepala bayi berukuran lebih kecil dibandingkan ukuran normal.
Kondisi mikrosefalus bisa terjadi sejak bayi lahir, namun ia juga dapat muncul seiring dengan masa pertumbuhannya.
Dikutip dari laman CDC, selama kehamilan seharusnya kepala bayi tumbuh karena otak bayi juga mengalami pertumbuhan.
Namun pada mikrosefalus, otak belum berkembang dengan baik saat kehamilan, atau berhenti tumbuh setelah bayi lahir sehingga kemudian kepala menjadi lebih kecil.
Bahkan pada mikrosefalus yang parah, bisa terjadi ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dari ukuran normal.
Pada kondisi mikrosefali parah, otak belum berkembang baik selama kehamilan, atau otak mulai berkembang namun kemudian rusak di beberapa titik saat kehamilan.
Baca juga: Mikrosefali dan Efeknya pada Perkembangan Bayi
Penyebab mikrosefalus
Ada sejumlah sebab mengapa anak bisa mengalami mikrosefalus.
Sejumlah penyebab mikrosefalus ini yakni:
- Infeksi pada ibu hamil akibat toksoplasmosis, Campylobacter pylori, cytomegalovirus, herpes, rubella, sifilis, HIV, hingga virus Zika.
- Kelainan genetik seperti down syndrom atau sindrom angelman.
- Kekurangan nutrisi pada ibu hamil atau janin.
- Paparan zat berbahaya saat hamil seperti logam arsenik atau merkuri, alkohol, rokok, radiasi atau NAPZA.
- Komplikasi saat kehamilan atau persalinan seperti cerebral anoxia (kekurangan pasokan oksigen ke otak janin).
- Cacat bawaan lahir seperti fenilketonuria (kondisi tubuh tak mampu mengurai asam amino fenilalanin).
Baca juga: Viral, Foto Bayi Dikerokin, Berbahayakah? Ini Penjelasan Dokter...
Gejala mikrosefalus
Dikutip dari laman Cleverand Clinic, selain kepala yang terlihat lebih kecil dari kepala bayi pada umumnya, berikut ini sejumlah gejala pada mikrosefalus:
- Teriakan bernada tinggi
- Masalah makan
- Masalah pendengaran dan penglihatan
- Kejang
- Peningkatan gerakan lengan dan kaki (spastisitas)
- Hiperaktif (terlalu aktif)
- Keterlambatan perkembangan, atau masalah belajar berbicara, berdiri, dan berjalan
- Disabilitas intelektual (kesulitan belajar)
Anak yang mengalami mikrosefalus, seiring bertambahnya usia, akan memiliki wajah yang terus tumbuh sementara tengkoraknya tidak.
Hal ini menyebabkan anak mengembangkan wajah yang besar, dahi yang menyusut, dan kulit kepala yang kendur dan sering berkerut.
Selain itu, tubuh juga kerap terlihat kurus dan lebih kecil dari ukuran normal.
Beberapa bayi menunjukkan gejala yang jelas, namun beberapa anak yang menderita mikrosefalus bisa terus berkembang secara normal.
Baca juga: Bayi Bisa Alami Pneumonia dari Asap Rokok yang Menempel di Baju
Cara mengetahui anak mikrosefalus
Mikrosefalus terkadang bisa didiagnosa sejak bayi belum lahir melalui USG.
Untuk menegakkan diagnosa, sebaiknya USG dilakukan di akhir trimester kedua atau ketiga.
Adapun setelah bayi lahir, mikrosefali bisa diketahui dengan mengukur lingkar kepala bayi dan membandingkannya dengan ukuran bayi normal.
Selain itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan memantau perkembangannya untuk mengetahui adakah kelainan lain.
Hal ini dilakukan karena mikrosefali sering disertai dengan kecacatan intelektual.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.