Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran
Bergabung sejak: 24 Jan 2023

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Ibu Kota Negara yang Baru dan Imajinasi Sosiologis

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Kementerian PUPR
Ilustrasi desain IKN Nusantara.
Editor: Egidius Patnistik

GENDERANG pembangunan ibu kota negara (IKN) yang baru, yaitu Nusantara, telah ditabuh. Semua perangkat legalitas sudah ditandatangani. Aktivitas fisik pembangunan jalan, bendungam, jembatan, dan gedung dimulai.

Perjalanan Indonesia menuju babak baru telah melesat dari garis star. Membangun kota baru, apalagi membangun ibu kota negara, tentu bukan sekedar membangun fisik bangunan yang tegak membisu.

Namun lebih jauh dari itu, yaitu upaya membangun tatanan kehidupan. Ini adalah membangun peradaban masyarakat baru, lengkap dengan strutkur norma dan nilai-nilainya.

Bagaimanakah fenomena ini ditelaah melalui imajinasi sosiologis? Imajinasi sosiologis merupakan kesadaran hubungan antara individu dengan masyarakat yang lebih luas, baik di masa kini maupun di masa lalu.

Dengan menghubungkan pengalaman individu dengan kehidupan sosial sepanjang waktu, imajinasi sosiologis membuat individu tidak lagi terperangkap dalam pengamatan individual. Melalui imajinasi sosilogis yang baik, individu akan mampu membangun analisa yang berbeda dari orang awam maupun para filsuf dalam memahami realitas sosial.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Otorita: Lebih dari 100 Orang Tertarik Jadi Investor di IKN

Salah satu amanah dari imanjinasi sosiologis adalah (membantu) merumuskan seperti apakah masyarakat yang baik itu (Wirutomo, 2022)?

Visi dari Ibu Kota Nusantara tentu adalah membangun ’masyarakat yang baik" atau paling tidak lebih baik dari sebelumnya. Jelas ini bukan perkara sederhana. Merumuskan dan mendefinisikan ’masyarakat yang baik’, bukan perkara mudah, apalagi jika melibatkan transdisiplin keilmuan.

Upaya untuk membangun rumusan yang disepakati bersama perlu terus dilanjutkan, demi menghasilkan (kondisi) masyarakat yang memang jauh lebih baik dari sebelumnya. Apalagi mengingat investasi untuk ibu kota negara yang baru itu begitu besar.

Seorang tokoh sosiologi, Max Weber, terkait isu ini menyatakan, “Truth can not be fully achieved, it can only be approached, our struggle is never ending and never complete”. Semangat yang perlu terus dibangun adalah pelibatan sebanyak mungkin pemikiran untuk menyatukan persepsi bersama.

Suatu contoh, sebagai ikhtiar membangun masyarakat yang lebih baik di Nusantara, yaitu bagaimana membawa ciri atau karakteristik umum penduduk desa, yang kental dengan keguyuban/paguyuban (gemeinschaft) ke dalam kota baru ini; bagaimana membawa kehidupan khas paguyuban yang dicirikan dengan keterikatan batin anggota masyarakatnya, kehidupan yang nyata dan organis ke dalam ruang/ranah ’perkotaan’, yang sering dicirikan sebagai patembayan (gesellschaft).

Karena itu dari tahap awal, masyarakat dikonstruksi tidak sebagai masyarakat yang mekanistis, terikat dengan ikatan timbal balik, kontrak kerja, asosiasi teknis yang memecah belah. Masyarakat mesti dibangun dari awal dengan suasana kekerabatan organis, yang dibangun dari hubungan batin yang mengikat.

Personal Troubles vs Public Sssues

Pada konteks sosiologis, personal troubles dimaknai sebagai permasalahan pribadi individu. Misalnya, pada sebuah kota berpenduduk 100.00 orang, terdapat satu orang penangguran. Maka ini adalah personal troubles, yang (kemungkinan besar) disebabkan oleh faktor pribadi seperti kemalasan dan kekurangtrampilan yang bersangkutan.

Namun ketika sebuah kota berpenduduk satu juta orang berusia produktif, namun 300 ribu di antaranya pengangguran, maka ini adalah public issues. Sebuah kota baru yang dirancang mampu memberikan kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi warganya, tentu sedapat mungkin perlu mengatisipasi terjadinya public issues.

Baca juga: Akses ke IKN Dilengkapi Tol Bawah Laut, Jadi yang Pertama di Indonesia

Sebagai contoh, sudahkah dipertimbangkan peluang bekerja di sektor swasta dan wirausaha, bagi puluhan ribu calon pekerja baru yang mungkin saja akan bermigrasi membangun harapan baru di IKN Nusantara? Sudahkan diantisipasi masuknya sektor informal, seperti pedagang kaki lima (PKL)?

Prinsipnya, beragam potensi fenomena sosiologis dapat terjadi, sehingga beragam gagasan dan alternatif solusi perlu selalu dibangun.

Optimasi Teknologi dan Masyarakat Digital

Merencanakan kota masa depan berarti berpikir bagaimana mengimplementasikan dan mengambil keutungan dan maslahat semaksimal mungkin dari perkembangan teknologi. Broadband internet berkecepatan tinggi, kendaraan otomatis berbasis tenaga listrik terbarukan, pembayaran non-kontak, transportasi publik tepat waktu, sensor jalan raya, dan lain-lain adalah sejumlah teknologi yang dapat dipertimbangkan untuk kota masa depan.

Maka, secara imajinatif, ini akan menjadi ’surga’ bagi knowledge society dan ‘neraka’ bagi yang kurang terampil dan miskin kompetensi. Kota masa depan Nusantara berpotensi menjadi awal lahirnya kategori knowledge workers di era post-industrial society dengan ciri utama pemanfaatan struktur baru dari optimasi perkembangan teknologi.

Maka penguatan sumber daya manusia (SDM) generasi muda bangsa, yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan kota baru perlu menjadi arus utama. Pola pikir berbasis ’apa yang mungkin dilakukan oleh teknologi’ menjadi penting untuk menghasilkan manfaat seefektif dan seefesien mungkin.

Secara umum, inilah momentum terbaik untuk menyempurnakan segala kesalahan yang pernah dibuat selama ini terkait masalah kependudukan desa-kota, kepadatan penduduk, urbanisasi yang tidak terkendali, pengangguran, perumahan liar, sengketa lahan, kriminalitas, alih fungsi lahan yang kebablasan.

Akhir kata, selamat atas keputusan dan keberanian membangun ibu kota baru untuk Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi