Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Banyak Orang Menunda Pernikahan? Ini Pandangan Sosiolog

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/sewcream
Ilustrasi Keluarga
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Unggahan perihal tren penundaan atau keengganan orang untuk tidak menikah ramai di media sosial.

Tren keengganan orang untuk menunda pernikahan atau tidak mau menikah tersebut disebutkan terjadi di China, Korea, dan Jepang.

"Di China/Korea/Jepang sudah terjadi. Apakah kita menyusul," tulis @Askrlfess.

Sementara itu, dilansir dari China Daily, Kementerian Urusan Sipil menemukan adanya penurunan baru dalam antusiasme untuk menikah di China.

Laporan pada Agustus 2021 diketahui jumlah pasangan yang mendaftar untuk menikah, setelah 8 tahun terus menurun mencapai kurang dari 8 juta, terendah dalam 36 terakhir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kisah di Balik Viral Pernikahan ala Harry Potter dan Narnia...

Lantas, apa yang terjadi dan apakah tren menunda pernikahan itu juga terjadi di Indonesia?

Menunda pernikahan di Indonesia

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengungkapkan, tren penundaan pernikahan sekarang memang sudah mulai berkembang di Indonesia.

"Beberapa riset yang telah saya lakukan memang menunjukkan tentang perempuan otonom yang memutuskan untuk tidak menikah atau sudah menikah dan bercerai tapi tidak mau menikah lagi," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/2/2023).

Drajat menyampaikan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak orang tidak mau menikah atau memutuskan untuk menunda pernikahan.

Baca juga: Batas Usia Menikah dan Syaratnya Berdasarkan Undang-Undang


Baca juga: Kisah di Balik Viralnya Kado Saham Wisuda Mahasiswi UI

Pertama, mereka cenderung ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi daripada memutuskan untuk segera menikah. Mereka meyakini sekolah menjadi jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan memiliki kesempatan untuk naik dalam hal status yang lebih tinggi.

Kedua, Drajat menjelaskan, orang-orang biasanya akan menganggap bahwa pernikahan merupakan hal yang rumit. Mereka terlalu nyaman hidup sebagai perempuan otonom yang independen dan mandiri. Sehingga sering kali beranggapan bahwa lebih enak untuk hidup sendiri.

"Orang-orang yang sudah bekerja dan mendapatkan penghasilan, mereka bisa dengan bebas mengatur waktu dan lebih leluasa untuk melakukan berbagai hal. Hal ini yang membuatnya merasa nyaman untuk hidup sendiri," ungkapnya.

Baca juga: Sedang Jadi Tren, Ini Syarat dan Cara Terbaru Nikah di KUA

Ketiga, untuk menghindari konflik.

Drajat mengungkapkan bahwa hal inilah yang sering dijadikan alasan mengapa orang enggan untuk menikah.

Biasanya orang akan terpengaruh dari pengalaman di keluarganya sendiri, menonton berita pertengkaran rumah tangga, dan lainnya.

Daripada membuang-buang waktu bertengkar dengan pasangan, mereka cenderung memilih untuk menggunakan waktunya dalam pekerjaan, pendidikan dan kegiatan yang menyenangkan baginya.

Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Mencicil Rumah, Sebelum atau Sesudah Menikah?

Keempat, orang menunda pernikahan bisa juga dikarenakan kondisi ekonomi. Perlunya kesiapan ekonomi, dan pekerjaan juga bisa menjadi faktornya.

Namun Drajat mengungkapkan, jika faktor ekonomi hanya berperan di sebagian kecil orang saja. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pernikahan anak muda yang banyak terjadi di Indoneisa.

"Walaupun saat ini masyarakat berkembang semakin rasional dan semakin mengarah kepada nuclear family atau keluarga kecil yang kemudian segala sesuatu harus dipertimbangkan secara ekonomi. Namun pertimbangan seperti kenyaman hidup juga menjadi salah satu pertimbangan yang semakin berkembang," jelasnya.

Baca juga: Bahaya Penipuan Berkedok Undangan Pernikahan dan Cara Mengantisipasinya

Bahaya menunda pernikahan di Indonesia

Drajat menambahkan, kecenderungan untuk hidup sendiri itu berbahaya dan mengancam institusi keluarga. 

Dengan semakin banyak orang yang tidak mau menikah, maka kontrol-kontrol di masyarakat juga akan sulit untuk dilaksanakan, sehingga perilaku kurang baik bisa berkembang.

Penundaan pernikahan bisa menyebabkan integrasi atau saling keterkaitannya kontrol dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena fungsi dan peran sosial sebagai keluarga di masyarakat kurang atau terganggu. 

Baca juga: Persyaratan Membuat KK bagi yang Baru Menikah

Dampak lain yang ditimbulkan akibat penundaan pernikahan juga bisa menyebabkan lesunya ekonomi di Indonesia.

"Orang yang menunda bahkan tidak mau menikah akan berdampak pada ekonomi, di mana produk-produk rumah tangga seperti susu, popok, dan lainnya akan mengalami penurunan," katanya.

Lebih lanjut, menunda pernikahan bisa menurunkan jumlah keluarga yang dibarengi dengan berkurangnya keinginan untuk kebutuhan rumah tangga. 

Baca juga: Ramai soal Pernikahan Siswi SMP di Buru Selatan, Berapa Batas Usia Minimal Menikah?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Mendapatkan Kartu Nikah Digital

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi