Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pratiwi Sudarmono, Astronot Pertama dan Satu-satunya dari Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/Dudy Sudibyo dan JB. Suratno
Pratiwi Sudarmono, foto diambil Juni tahun 1986 dan Juni 1984
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hingga saat ini, nama Pratiwi Pudjilestari Sudarmono masih tercatat sebagai astronot pertama dan satu-satunya dari Indonesia.

Pada era 1980-an, namanya melambung setelah terpilih menjadi antariksawan Indonesia untuk mengembangkan proyek DNA dan eksperimen ilmiah lainnya.

Hal ini bukan tanpa alasan. Para astronot saat itu sebagian besar didominasi oleh ilmuwan Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet.

Baca juga: Mengenal Husein Djajadiningrat, Doktor dan Guru Besar Pertama di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harian Kompas, 9 Juli 1987 mencatat, Pratiwi dijadwalkan terbang ke antariksa membawa satelit Palapa B3 dari pusat peluncuran roket di Florida, AS, pada 1986.

Sebelum diluncurkan, ia menjalani pemusatan latihan secara ketat dan padat di Amerika Serikat.

Selain itu, persiapan juga dilakukannya dengan menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan.

Baca juga: Profil Sri Mulyani, Masuk Jajaran 100 Wanita Berpengaruh Dunia 2022

Misi NASA ditangguhkan

Namun, insiden Challenger yang terjadi pada 28 Januari 1986 membuat semua misi NASA ke luar angkasa ditangguhkan selama tiga tahun.

Insiden itu terjadi ketika pesawat ulang-alik Challenger milik AS dengan misi STS-51-L, meledak di udara hanya 73 detik setelah diluncurkan pada ketinggian 15 atau 16 kilometer.

Akibatnya, tujuh orang astronot dinyatakan meninggal dunia.

Baca juga: Sosok Mohamed bin Zayed, Presiden Baru UEA yang Disebut Lebih Berpengaruh dari MBS

Padahal, peristiwa itu disiarkan secara langsung melalui saluran televisi di seluruh dunia.

Usai terjadinya musibah tersebut, keberangkatan ahli mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) ini tak kunjung terlaksana.

Meski demikian, Pratiwi tetap mengukirkan prestasi dan banyak dikenal oleh publik serta menjadi idola kaum muda.

Baca juga: Seleksi Mandiri UGM, UI, dan Unpad 2022

Peneliti terbaik UI

Pada 1988, ia tetap mengukirkan prestasi sebagai peneliti terbaik UI.

Pratiwi juga tetap aktif dalam kegiatan riset dan manajemen birokrasi, seperti diberitakan harian Kompas, 27 Januari 1991.

Pada 1990-an, Pratiwi menghabiskan waktunya di laboratorium yang dikembangkan dengan dana Bantuan Presiden yang sering ia sebut "laboratorium indah".

Banyak riset yang dilakukannya di laboratorium itu, seperti pengembangan kit diagnostik untuk demam berdarah.

Hingga kini, Pratiwi masih tercatat sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI).

Minat utamanya adalah mikrobiologi klinik, khususnya penyakit menular.

Baca juga: Selain Jokowi, Ini Tokoh Muslim Indonesia Paling Berpengaruh di Dunia 2022

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi