Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Indonesia Disebut Malas Jalan Kaki, Pakar: Kondisi Trotoar Tidak Memadai

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Matt Quinn
Pakar menyebut orang Indonesia malas berjalan kaki lantaran fasilitas trotoar yang tidak memadai.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut orang Indonesia tidak suka jalan kaki ramai diperbincangkan di media sosial.

Dalam unggahan Twitter ini, seorang warganet menanyakan alasan rata-rata orang Indonesia tidak suka berjalan kaki.

Ia juga menyematkan tangkap layar warganet lain yang mengaku kelelahan akibat berjalan kaki setelah menonton konser Dewa 19.

Unggahan tersebut langsung mendapat banyak komentar dari pengguna Twitter lainnya.

Beberapa warganet menyoroti infrastruktur jalan di Indonesia yang belum ramah pada pejalan kaki.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalo gua bilang bukan gasuka, daerah di Indo banyak yang nggak ramah pejalan kaki. Lah gimana, trotoarnya dipake semua buat pedagang," tulis akun ini.

"Kalau menurut gue karena Indonesia ini infrastruktur nya belum sebagus negara-negara lain yang terkenal rajin jalan kaki, kayak Hongkong dan Jepang. Disini aja trotoar malah dipake buat tempat jualan pedagang kaki lima, atau motor nyosor karena macet," komen akun ini.

"Menurutku planning jalan & kotanya itu sendiri bener bener dibuat dengan mikirin akses pengendara mobil & motor aja. kendaraan umum kyk bus aja belum merata, apalagi pedestrian," tulis akun ini.

Lalu, apa benar orang Indonesia paling malas jalan kaki? Dan benarkah ini disebabkan kurangnya infrastruktur yang memadai?

Baca juga: Ramai soal Hajatan di Jalan Umum, Bagaimana Aturannya?


Penyebab orang Indonesia tidak suka jalan kaki

Lektor Kepala Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung Ernawati Hendrakusumah mengiyakan anggapan bahwa orang Indonesia malas berjalan kaki akibat kurangnya infrastruktur yang memadai.

Ia menyebut, belum semua jalan di kota, desa, atau suatu wilayah di Indonesia menyediakan infrastruktur bagi pejalan kaki.

"Memang belum semua jalan tersedia bahu jalan yang ada ruang untuk pejalan kaki," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/2/2023).

Bahu jalan merupakan bagian tepi jalan yang digunakan sebagai tempat berhenti sementara kendaraan yang rusak atau dalam kondisi darurat. Bagian ini umumnya dibatasi dengan garis putih lurus dengan badan jalan atau jalan yang dilewati kendaraan.

Berdasarkan penjelasannya, terdapat jalan yang tidak diberi trotoar untuk pejalan kaki meskipun memiliki bahu jalan. Hal ini menyulitkan masyarakat sehingga mereka jadi enggan jalan kaki.

Di sisi lain, Ernawati menyatakan bahwa kondisi jalan yang memiliki trotoar juga tidak lebih ramah pejalan kaki.

"Pada jaringan jalan yang pada bahu jalannya sudah tersedia trotoar, dalam realitasnya banyak dimanfaatkan oleh PKL," jelasnya.

Trotoar yang dipakai sebagai tempat jualan akan menghalangi para pejalan kaki. Kondisi ini menyebabkan mereka terpaksa menggunakan badan jalan untuk jalan kaki.

Baca juga: Jalan Kaki untuk Imbangi Duduk Sepanjang Hari, Sebaiknya Dilakukan Berapa Lama?

Orang Indonesia malas jalan kaki

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan RI, sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Stanford, Amerika Serikat pada 2017 memang membuktikan kalau orang Indonesia malas berjalan kaki.

Para peneliti melacak 717.000 ponsel milik warga dari 111 negara yang terinstal aplikasi pemantau aktivitas. Hal ini dilakukan untuk menilai seberapa aktif warga yang berjalan kaki.

Hasilnya, Indonesia berada di peringkat 46 dalam daftar negara yang penduduknya suka berjalan kaki. Perhitungan langkah pada aplikasi itu menunjukkan, warga Tanah Air hanya berjalan 3.513 langkah setiap hari.

Jumlah langkah itu terbilang sedikit jika dibandingkan dengan warga negara lain, seperti warga Malaysia yang berjalan sebanyak 3.963 langkah dan berada di peringkat 44.

Sedangkan di peringkat pertama, adalah orang Hong Kong yang berjalan sebanyak 6.189 langkah atau lebih dari 6 km sehari.

Berikut daftar negara dan jumlah langkah penduduknya berdasarkan hasil penelitian tersebut.

1. Hong Kong 6.880
2. China 6.189
3. Ukraina 6.107
4. Jepang 6.010
5. Rusia 5.969
9. Singapura 5.674
43. Filipina 4.008
44. Malaysia 3.963
45. Arab Saudi 3.807
46. Indonesia 3.513

Baca juga: 5 Mitos Seputar Jalan Kaki yang Justru Buat Malas Bergerak

Solusi bagi pejalan kaki

Dikutip dari National Geographic, riset yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta pada 2017 membuktikan bahwa sekitar 74 persen trotoar di 14 kecamatan berkualitas buruk.

Rendahnya kualitas ini disebabkan karena trotoar menjadi lokasi penjual kaki lima, dilewati kendaraan bermotor, kondisinya kotor, kurang rambu lalu lintas, sehingga tidak membuat nyaman pejalan kaki.

Berdasarkan studi yang dilakukan Bina Marga, ada sejumlah solusi yang dapat diterapkan dalam pengembangan trotoar dan infrastruktur pejalan kaki yang lebih baik di Indonesia.

Penempatan trotoar

Untuk memudahkan akses, infrastruktur pejalan kaki seperti trotoar seharusnya ditempatkan dekat dengan aktivitas kerja. Ini membuat pejalan kaki mudah mengakses trotoar dan lokasi kerjanya dalam waktu 10 menit.

Selain itu, di setiap jalan, seharusnya ada area sendiri untuk pejalan kaki, pesepeda, maupun pengendara bermotor.

Baca juga: Ramai soal Jalan Kaki 45 Menit Setiap Hari Turunkan Berat Badan 10 Kg dalam Dua Bulan, Ini Penjelasannya

Desain trotoar

Jalan seharusnya memiliki trotoar yang mudah diakses, nyaman, aman, dapat menyambungkan banyak tempat tujuan, dan memiliki fasilitas lengkap seperti rambu-rambu, penerangan, marka, dan jalur khusus bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus.

Jalur penyeberangan

Perlu ada fasilitas penyeberangan jalan atau zebra cross yang memadai antartrotoar.

Jalur penyeberangan diberi lampu lalu lintas dengan penghitung waktu pejalan kaki menyeberang.

Infrastruktur tambahan

Fasilitas lain yang perlu disediakan bagi pejalan kaki adalah halte, pohon pelindung, serta atap.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi