Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak ASN Usia 51-60 Tahun, soal Rekrutmen dan Kinerja Jadi Sorotan

Baca di App
Lihat Foto
Dokumentasi Kementerian PANRB
Ilustrasi informasi pembukaan seleksi CPNS 2023.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah menyoroti kekeliruan proses rekrutmen Aparatur Sipil Negara (ASN) sehingga banyak PNS berusia 51-60 tahun. 

Selain itu, banyaknya ASN yang menumpuk di usia jelang pensiun mempengaruhi kinerja dan layanan publik. 

Dilansir dari Kompas.com, data Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) menunjukkan jumlah ASN di Indonesia per September 2022 mencapai 4.315.181 orang.

Dari jumlah itu, 1.494.004 ASN berusia 51-60 tahun disusul usia 41-50 tahun sebanyak 1.353.173 orang, dan usia 31-40 tahun sebanyak 1.064.972 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara ASN yang berusia 21-30 tahun jumlahnya hanya 356.761 orang dan ASN yang berusia 20 tahunan sebanyak 896 orang.

Lantas, apa penyebab dan dampak yang ditimbulkan ketika banyak ASN usianya di rentang 51-60 tahun dan bagaimana komposisi ASN yang ideal?

Baca juga: Jelang Tahun Politik, ASN Pemkot Ambon Diingatkan Tidak Terlibat Politik Praktis

Kekeliruan rekrutmen ASN

Trubus menilai ada kekeliruan dalam proses rekrutmen sehingga perbandingan ASN yang berusia muda dan tua begitu jomplang.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah kebijakan zero growth yang menimbulkan penumpukan ASN di usia tua, sementara jumlah ASN yang berusia muda masih sedikit.

Dijelaskan Trubus, zero growth adalah kebijakan penerimaan pegawai dengan jumlah yang sama dengan pegawai yang berhenti.

Kebijakan tersebut menyebabkan regenerasi ASN menjadi tersendat.

"Pemerintah seringkali melakukan kebijakan zero growth. Jadi, itu penyebabnya (ASN banyak berusia tua). Akhirnya menumpuk di usia itu (51-60 tahun, sementara (usia muda) di bawahnya masih minim," kata Trubus kepada Kompas.com, Rabu (8/2/2023).

Di sisi lain, pihaknya juga menyoroti kebijakan pemerintah merekrut tenaga honorer yang ketika mereka diangkat menjadi ASN saat usia sudah tua.

"Karena 'kan Kemenpan-RB lebih mengutamakan mereka yang kategori honorer. Itu penyebabnya di situ, mereka usianya sudah tua baru diangkat jadi PNS," ungkap pengajar di Universitas Trisakti, Jakarta ini.

Baca juga: Pemprov Jatim Izinkan ASN dan Pegawai Swasta WFH Selama Resepsi Harlah 1 Abad NU

 

Berpengaruh pada layanan publik

Trubus mengatakan, banyaknya ASN yang berusia 51-60 tahun tentunya memengaruhi pelayanan publik. Sebab pada usia 51-60 tahun pegawai tersebut telah mendekati masa pensiun. 

Oleh karena itu Trubus meminta pemerintah untuk mempercepat digitalisasi.

Tujuannya agar pelayanan kepada masyarakat tetap berlangsung dan tetap optimal kendati ASN sudah pensiun.

"Menurut saya akan berdampak pada kinerja layanan karena 'kan usia itu sudah mau mendekati pensiun," ujar Trubus.

Di sisi lain, ia menyoroti adanya kepentingan politik di balik rekrutmen ASN di Kemenpan-RB, terutama ketika pergantian menteri.

Ia menyampaikan, rekrutmen ASN bergantung pada politic will Menpan-RB sehingga ketika terjadi reshuffle turut menyebabkan pergantian kebijakan.

"Menterinya ini 'kan beda-beda, dari Pak Tjahyo berbeda dengan menteri yang sekarang," imbuh Trubus.

"Nah, di situ perencanaan-perencanaan yang dilakukan oleh menteri sebelumnya dirubah lagi oleh menteri berikutnya," lanjutnya.

Baca juga: ASN di Indonesia Capai 4 Juta, Usia Terbanyak di Rentang 51-60 Tahun

Komposisi ASN yang ideal

Melihat banyaknya usia ASN yang berusia 51-50 tahun, Trubus menyebutkan komposisi usia ASN yang ideal agar pelayanan publik menjadi optimal.

Menurutnya persentase ASN dengan usia 40-50 tahun sebesar 60 persen dan usia di bawah 40 tahun sebesar 30 persen.

Sementara persentase ASN yang berusia 51-60 tahun sebaiknya sekitar 10 persen saja, menurut Trubus.

"Supaya enggak jomplang sebenarnya idealnya itu paling tidak 60 persen harus usia 40-50 tahun. Itu harus 60 persen," jelas Trubus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi