Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MinyaKita Langka di Pasaran, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Xena Olivia
Minyakita langka di Jabar, diduga ada penimbunan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Minyak goreng bersubsidi yang diinisiasi pemerintah, MinyaKita, tengah mengalami kelangkaan.

Sebagaimana diketahui, produk tersebut diluncurkan pada 6 Juli 2022 bertujuan untuk mengatasi harga minyak goreng yang sempat naik drastis hingga Rp 25.000 per liter.

MinyaKita sesuai ketentuan pemerintah dijual dengan harga Rp 14.000 per liter.

Namun di beberapa daerah masyarakat mengeluhkan MinyaKita yang mulai langka tersebut. Kalaupun ada, harganya lebih tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa penyebab MinyaKita langka di pasaran?

Berikut sejumlah hal yang diduga menjadi penyebab MinyaKita langka di pasaran:

Baca juga: Cara Terbaru Beli MinyaKita, Pakai KTP dan Maksimal 5 Kg

Baca juga: Minyak Goreng Bersubsidi Minyakita Langka di Pasaran, Ternyata Ditimbun sejak Desember

1. Dugaan penimbunan

Dikutip dari Kompas.com, Kamis (9/2/2023), MinyaKita langka di pasaran salah satunya diduga karena penimbunan.

Hal ini diketahui usai 500 ton atau 555.000 liter MinyaKita ditemukan menumpuk di salah satu perusahaan di lahan Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda Cilincing Jakarta Utara.

Minyak tersebut ditemukan dalam gudang PT Bina Karya Prima (BKP), Cilincing.

Padahal, produk minyak goreng tersebut sudah diproduksi sejak Desember 2022. Namun hingga Februari 2023, belum juga didistribusikan.

Ratusan ton minyak tersebut kemudian disegel oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN Kementerian Perdagangan).

Baca juga: Masyarakat Menjerit, Pemerintah Putar Otak Atasi Lonjakan Harga dan Stok MinyaKita

2. Masyarakat banyak yang beralih ke MinyaKita

Dikutip dari Kompas.com, Jumat (3/2/2023), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menerangkan bahwa kelangkaan MinyaKita di pasaran bukan karena stok yang menipis.

Menurutnya, kelangkaan muncul karena masyarakat mulai beralih dari minyak goreng premium menjadi MinyaKita.

Ia menilai, beralihnya masyarakat tersebut lantaran kualitas MinyaKita tak berbeda jauh dengan kualitas premium.

"Semua orang beli itu ya jadi habis. Nanti kalau semua yang beli premium jadi beli ini, ya enggak akan cukup juga. Karena udah bagus semua mau beli MinyaKita, dijualnya di retail modern, online padahal kan ini untuk pasar-pasar," ujar Zulkifli.

Baca juga: Pemerintah Bantah Minyak Goreng Langka, yang Bermasalah Cuma MinyaKita

3. Produsen tidak produksi

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (8/2/2023), Plt Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan, salah satu alasan penyebab langkanya MinyaKita karena produsen sawit sengaja tidak memproduksinya.

Ia menilai, produksi tidak dilakukan karena keuntungan MinyaKita dinilai terlalu minim.

Apalagi, saat ini ekspor sawit tengah lesu-lesunya, sehingga produsen tak bisa menutup kerugian.

"Saya menduga mereka tidak memproduksi MinyaKita ini karena tidak ada cuannya. Ekspor juga apa? Enggak ada untuk menutup kerugian mereka, tidak ada dari ekspor. Ya, karena di ekspor pun sudah dipotong 142 dollar AS," ujar Sahat

Ia mengatakan, produsen MinyaKita tak mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Akibatnya, mau tak mau harus menutup kerugian dengan penghasilan ekspor.

Namun, saat ini akibat resesi global akhirnya berpengaruh pada permintaan crude palm oil (CPO), sehingga kemudian ada penumpukan 6 juta ton CPO di produsen sawit.

"Pengusaha itu punya tunggakan Pungutan Ekspor (PE) 6 juta ton, 6 juta ton, tidak dijadikan bahan ekspor. Mulai dari tahun lalu sampai sekarang. Kenapa enggak diekspor? Ada 6 juta ton siap ekspor tidak mau ekspor, di luar negeri lagi resesi," jelas Sahat.

(Sumber: Kompas.com/Elsa Catriana | Editor: Yoga Sukmana, Ivany Atina Arbi, Muhammad Idris)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi