Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia
Foto Ruhana Kuddus, jurnalis perempuan pertama di Indonesia tahun 1900
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, nama Ruhana Kuddus sebagai jurnalis atau wartawan perempuan pertama Indonesia.

Dilahirkan pada 20 Desember 1884 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Ruhana tumbuh besar dari keluarga yang berpendidikan.

Ayahnya merupakan soerang Hoofd Jaksa yang menyulap rumahnya menjadi tempat belajar, bermain, dan membaca, catat Emil Salim dalam artikel "100 Tahun Pemberdayaan Perempuan" di Harian Kompas, 21 April 2011.

Baca juga: Mengenal Pratiwi Sudarmono, Astronot Pertama dan Satu-satunya dari Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak heran, Ruhana sejak kecil pandai membaca dan menulis, baik dalam bahasa Melayu maupun Belanda.

Ia juga ikut ayahnya merantau, sehingga mengetahui kehidupan dunia luar.

Ruhana kemudian menikah dengan seorang notaris, penulis, dan aktivis pergerakan bernama Abdul Kuddus pada usia 24 tahun.

Pernikahan ini memberinya semangat baru untuk belajar dan mendidik kaum hawa Kota Gadang. Sayangnya, ia justru mendapat respons negatif dari warga setempat.

Baca juga: Mengenal Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia

Kedudukan perempuan dalam Islam

Ruhana saat itu dianggap telah merusak budi pekerti perempuan Kota Gadang.

Kehidupan sosial yang memberlakukan sistem matrilineal menumbuhkan pola kehidupan sosial yang sangat protektif terhadap perempuan.

Atas dasar itu, Ruhana beserta suaminya meninggalkan Kota Gadang, kemudian berpindah ke Padang Panjang dan Maninjau.

Baca juga: Selain Jokowi, Ini Tokoh Muslim Indonesia Paling Berpengaruh di Dunia 2022

Di sana, ia mendalami agama dan mempelajari kedudukan perempuan dalam Islam kepada ayah Buya Hamka, Buya Syekh Abdul Karim bin Amrullah.

Pada usia 27 tahun, Ruhana kembali ke kampung halamannya untuk mendirikan perkumpulan perempuan.

Meski masih muda, ia telah memimpin sebuah pertemuan yang dihadiri oleh 60 perempuan, empat orang ninik-mamak dan ulama, catat Harian Kompas, 11 Februari 2011.

Pertemuan tersebut menyepakati dibentuknya "Perkumpulan Karadjinan (PK) Amai Satia" yang bertujuan untuk memajukan perempuan Kotagadang dalam berbagai aspek kehidupan yang diketuai oleh Ruhana.

Baca juga: Kenapa Hari Pahlawan Diperingati Tiap 10 November?

Pemberdayaan perempuan Minangkabau

PK Amai Setia pun mulai bergerak dengan membangkitkan semangat pemberdayaan perempuan Minangkabau serta membekali mereka dengan ilmu dan ketrampilan.

Selain memimpin PK Amai Satia, Ruhana juga menjadi Pemimpin Redaksi Sunting Melayu, sebuah surat kabar perempuan.

Hal itu membuat namanya tercatat dalam sejarah sebagai perempuan pertama Indonesia yang memimpin surat kabar.

Baca juga: Sepak Terjang Ruhana Kuddus, Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019

Melalui surat kabar itu, Ruhana dan PK Amai menarik perhatian pemuka Belanda di Batavia (Jakarta).

Mereka kemudian mengundang Ruhana untuk ikut serta dalam Pameran Internasional di Belanda untuk menunjukkan kreativitas hasil kerajinan tangan dari perempuan Kota Gadang yang fasih berbahasa Belanda.

PK Amai pun tercatat telah mendapat sejumlah penghargaan, seperti Bronzen Ster (1941), Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto (1987), dan Penghargaan Kebudayaan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2007).

Pada 2019, Ruhana ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Hari Pahlawan Nasional

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi