KOMPAS.com - Gempa bumi di Turkiye pada Senin (6/2/2023) pagi menyebabkan banyak kerusakan dan korban jiwa.
Gempa bumi itu bahkan disebut sebagai gempa bumi terbesar selama 100 tahun terakhir yang menimpa Turkiye.
Tim penyelamat mengatakan banyak bangunan rusak dan hancur. Masih banyak orang-orang terjebak di bawah reruntuhan.
Baca juga: Cerita Kesaksian WNI Korban Gempa Turkiye, Wisata yang Menyisakan Trauma
Namun, dari sejumlah korban akibat dari gempa Turkiye itu ada kisah pilu dari seorang bocah yang bertahan hidup di bawah runtuhan bangunan.
Anak kecil itu bertahan hidup di bawah reruntuhan bangunan hampir 45 jam setelah gempa pertama dari dua gempa besar.
"#Rescue teams found a young Syrian #refugee under the rubble of a collapsed building in the southern Turkish town of #Hatay. The workers gave the boy water from a bottle cap before pulling him out, nearly 45 hours after the first of two major #earthquakes," tulis akun ini.
Baca juga: Cerita Bocah 7 Tahun Lindungi Adiknya dari Puing-puing Bangunan akibat Gempa di Suriah
Berikut garis besar dari terjemahan unggahan tersebut:
("Tim #Penyelamat menemukan seorang #pengungsi muda Suriah di bawah puing-puing bangunan yang runtuh di kota #Hatay, Turki selatan. Para pekerja memberi bocah itu air dari tutup botol sebelum menariknya keluar, hampir 45 jam setelah gempa pertama dari dua #gempa besar.")
Dalam unggahan video itu, tampak ia berada di antara runtuhan dalam kondisi tengkurap yang terjepit dengan reruntuhan.
Baca juga: Kisah Keluarga Palestina, Melarikan Diri dari Perang di Gaza, Tewas dalam Gempa Turkiye
Baca juga: Kisah Ibu dan Bayi 6 Bulan Berhasil Diselamatkan Usai 30 Jam Terjebak Reruntuhan Pascagempa Turkiye
Terperangkap di reruntuhan selama 45 jam
Dilansir dari abcnews, video yang beredar itu adalah saat tim penyelamat menemukan seorang pengungsi muda Suriah bernama Muhammed.
Ia ditemukan berada di bawah reruntuhan bangunan di kota Hatay, Turki selatan.
Tim penyelamat berusaha untuk membantu Muhammed yang sedang berjuang bertahan hidup di bawah runtuhan bangunan.
Baca juga: Mengapa Gempa Turkiye-Suriah Bisa Langsung Memicu Gempa di Sesar Lainnya?
Muhammed yang merupakan pengungsi dari Suriah itu tampak tak bisa menggerakkan badannya dalam video yang beredar tersebut.
Kemudian tampak salah seorang tim penyelamat sedang memberikan Muhammed air minum dari tutup botol saat penyelamat bekerja untuk membebaskannya.
"Muhammed, minum," kata tim evakuasi.
"Bagus, bagus," ungkap anggota tim evakuasi tersebut ketika Muhammed meminum air yang diberikan.
Personel evakuasi terus membujuk agar Muhammed terus minum sebelum menariknya keluar.
Baca juga: Analisis Gempa Turkiye yang Menimbulkan Banyak Korban Jiwa
Erdogan umumkan keadaan darurat
Sementara itu, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan keadaan darurat tiga bulan di 10 provinsi yang paling parah terkena dampak gempa bumi yang telah menewaskan ribuan orang, dikutip dari BBC.
Erdogan mengatakan, keadaan darurat untuk memastikan bahwa pekerjaan penyelamatan dapat "dilakukan dengan cepat" di tenggara negara itu.
Dia mengatakan, langkah-langkah itu akan memungkinkan pekerja bantuan dan bantuan keuangan masuk ke daerah yang terkena dampak, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Baca juga: Daftar Negara yang Mengirim Bantuan ke Turkiye dan Suriah Pascagempa
Keadaan darurat akan berakhir tepat sebelum pemilu pada 14 Mei, ketika Erdogan akan berusaha untuk tetap berkuasa setelah 20 tahun.
Dilansir dari CNN, Kamis (9/2/2023), korban tewas akibat bencana gempa bumi yang melanda Turkiye dan Suriah pada Senin (6/2/2023) telah meningkat menjadi lebih dari 15.000 orang, sebagian besar karena lonjakan jumlah di Turki.
Sementara jumlah korban di Suriah relatif statis meskipun badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa jumlahnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hingga 23 juta orang dapat terkena dampak gempa bumi di kedua negara.
Baca juga: Alasan Indonesia Selalu Dilanda Gempa