Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Ejek Korban Musibah

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/HUSSEIN MALLA
Bangunan-bangunan hancur akibat gempa terlihat dari atas di Antakya, Turkiye, Kamis (9/2/2023). Gempa bermagnitudo 7,9 terjadi pada Senin (6/2/2023) mengguncang Turkiye dan Suriah.
Editor: Sandro Gatra

PADA saat naskah ini ditulis, jumlah korban jiwa akibat gempa bumi di kawasan perbatasan Turkiye dan Suriah sudah melampaui total 20.000 orang.

Tampaknya gempa Turkiye-Suriah merupakan gempa terbesar pada awal abad XXI. Bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh pelosok Turkiye dan Suriah. Dunia berbelasungkawa terhadap Turkiye dan Suriah.

Namun ternyata tidak semua pihak merasa prihatin. Bahkan ada yang meyakini musibah dahsyat yang menimpa sesama mamusia tersebut sebagai kutukan Tuhan mirip kisah apokaliptik yang meluluh-lantakkan Sodom dan Gomorrah.

Secara kodrati memang manusia memiliki beberapa jenis naluri. Naluri yang paling mendasar sebab langsung terkait dengan kehidupan adalah naluri untuk bertahan hidup.

Namun ada pula naluri yang sebenarnya tidak terlalu perlu, yaitu naluri mengejek sesama manusia yang kebetulan sedang menderita akibat mengalami musibah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maka pada saat sesama manusia mengalami musibah seperti misalnya terdampak gempa bumi senantiasa ada saja sesama manusia yang sedang tidak mengalami musibah tega mengejek sesama manusia yang terdampak musibah.

Lebih parah lagi adalah mengejek sesama manusia yang terkena musibah dikaitkan dengan suku, bangsa, ras, dan agama.

Bahkan ada yang meyakini bahwa gempa bumi merupakan kutukan Tuhan terhadap umat beragama tertentu yang dianggap berdosa maka justru wajib dikutuk.

Suatu keyakinan yang absurd serta anakronis dengan era globalisasi di mana praktis sudah tidak ada daerah apalagi negara yang 100 persen semua warganya beragama yang sama.

Misalnya, Kota Jerusalem kini dihuni oleh warga Israel yang beragama saling beda satu dengan lainnya mulai dari Yudaisme, Islam, Nasrani, Bahia sampai Agnostik bahkan Atheis.

Di Iran masa kini Zoroasterisme masih eksis sehingga punya wakil di parlemen Iran.

Memang ideologi Republik Rakyat China adalah komunisme yang secara prinsip tidak percaya Tuhan, namun masih cukup banyak warga Republik Rakyat China masa kini secara resmi menganut agama Buddha, Nasrani, dan Islam.

Maka pada hakikatnya mengejek sesama manusia yang sedang mengalami derita musibah gempa bumi atau kecelakaan lalu lintas atau penyakit fatal atau apapun jenis musibahnya bukan merupakan perilaku manusia yang beradab.

Sebagai pembelajar apa yang disebut sebagai humor serta pendiri Perhimpunan Pencinta Humor dan Pusat Studi Humorologi, saya tidak pernah tertawa atas lelucon tentang penderitaan sesama manusia.

Saya sadar bahwa setiap saat, saya sendiri bisa mengalami musibah yang sama dengan mereka yang dipaksa untuk menjadi bahan lelucon tidak lucu tersebut.

Di Indonesia, khususnya mereka yang tega mengejek sesama warga yang tertimpa musibah perlu dicurigai apakah mereka benar-benar warga Indonesia.

Apabila mereka ternyata warga Indonesia, maka masih perlu dipertanyakan apakah mereka benar-benar sudah menghayati kemudian mengejawantahkan Pancasila menjadi kenyataan.

Sebab perilaku mengejek sesama manusia yang sedang tertimpa musibah jelas sama sekali tidak sesuai dengan sukma adi luhur yang terkandung di dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi