Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulu Lugiyati dan Herdini Suryanto, Srikandi Pilot Pertama Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Arsip Keluarga Herdini
Lulu Lugiyati (kanan) dan Herdini (tengah) dilantik menjadi penerbang perempuan pertama di TNI AU oleh Komandan Wing saat itu. Hanya dua dari tiga calon penerbang perempuan yang lulus di masa itu dan selanjutnya bertugas sebagai penerbang solo dengan pesawat ringan Piper Cub.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Nama Lulu Lugiyati dan Herdini Suryanto tercatat dalam sejarah sebagai pilot perempuan pertama Indonesia.

Keduanya termasuk dalam Wanita Angkatan Udara (Wara) TNI AU angkatan pertama yang diterima pada 1963.

Lahir pada 25 November 1941, Lulu adalah mahasiwi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang tergiur melihat iklan penerimaan Wara TNI AU pada 1963.

Sementara Herdini yang dilahirkan pada 19 April 1938 merupakan mahasiswi tingkat akhir Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Herdini mendapat informasi dari teman-temannya di kelompok terbang layang di lingkungan TNI AU terkait penerimaan Wara TNI AU.

"Kalau bukan angkatan pertama, belum tentu saya berminat," kenang Lulu.

"Iya kalau bukan yang pertama, saya juga tidak antusias," Herdini menimpali, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 10 April 2016.

Baca juga: Mengenal Sosok Maria Ulfah Soebadio, Menteri Perempuan Pertama Indonesia dan Pejuang Kaum Wanita


Setelah mengikuti seleksi, Lulu dan Herdini akhirnya lolos menjadi anggota Wara bersama 28 anggota lainnya dan mengikuti pendidikan di Kaliurang, Yogyakarta pada 1963.

Setelah lulus dari pendidikan dasar militer, keduanya mengikuti pendidikan pilot.

Dari 30 anggota Wara, ada tiga orang yang mengikuti pendidikan pilot dengan dua di antaranya berhasil lulus dan menghadiri hari pelantikan (wing day), yakni Lulu dan Herdini.

Saat itu, mereka hanya terbang 10 jam bersama instruktur, kemudian langsung dilepas terbang solo.

Menurut Lulu, ia terpaksa harus mengganjal kursinya dengan bantal agar bisa menginjak pedal rudder saat mengendalikan pesawat ringan Piper Cub L-4J.

Herdini menambahkan, mereka juga harus berjalan zig-zag saat melaju (taxi) di landasan menuju titik lepas landas karena kokpit Piper Cub mendongak ke atas.

"Kami ini angkatan percobaan untuk membuktikan perempuan bisa menerbangkan pesawat atau tidak. Selanjutnya kami tidak konversi ke pesawat jenis lain," kata Lulu.

Baca juga: Mengenal Pratiwi Sudarmono, Astronot Pertama dan Satu-satunya dari Indonesia

Pengalaman bertugas

Pada 1964, Lulu terlibat dalam misi penerbangan TNI AU untuk menjatuhkan ribuan selebaran propaganda menentang pembentukan Malaysia.

Mereka terbang di atas wilayah koloni Inggris yang kelak menjadi Negara Bagian Sabah, Malaysia di malam hari.

Menariknya, sandi operasi itu dinamai "Operasi Lulu".

"Saya diajak Pak Leo Wattimena. Ada penerbang dan kopilot. Saya menjadi kru tambahan dalam operasi tersebut. Seusai operasi, saya membuat laporan dan bertanya kepada Pak Leo Wattimena, 'Apa sandi operasinya?' Dijawab, 'Kasih nama kamu.' Jadilah operasi itu disebut Operasi Lulu," ujarnya.

Seusai menjalani misi itu, Lulu mengaku tertidur di pesawat karena kelelahan. Setelah dijemput di pangkalan udara di Pontianak, ia pun tidur sendirian di mess TNI AD.

Baca juga: Mengenal Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia

Sementara itu, Herdini mengaku pernah membawa pesawat yang tidak memiliki komunikasi radio ke tower.

Untuk menentukan arah, ia menggunakan kompas, kemudian mengikuti jalur kereta api, dan tanda-tanda alam.

Suatu ketika, Herdini pernah tidak mulus mendaratkan pesawat ringan Piper Cub, sehingga melintir karena ketakutan melihat ada pesawat DC-3 Dakota yang mau mendarat di Halim.

Menurut Herdini, instrukturnya ketika itu mengatakan, wajahnya seputih kertas saat keluar dari kokpit.

Pada kesempatan lain, ia harus menghindari semburan jet pesawat pengebom Tu-16.

Herdini mundur dari dinas militer pada 1966, sementara Lulu mundur dua tahun kemudian, yakni pada 1968.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi