KOMPAS.com - Bencana banjir terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Contohnya banjir Pidie Jaya pada awal Februari, banjir di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan pada pertengahan Februari, dan terbaru banjir juga menggenangi Kota Solo dan sekitarnya (Solo Raya).
Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 7.885 warga di 7 kelurahan di Kota Surakarta harus mengungsi setelah tempat tinggal mereka terendam banjir pada Jumat (17/2/2023).
Jumlah pengungsi terebut berpotensi mengalami kenaikan lantaran masih ada lima kelurahan yang belum terdapat dan cakupan banjir yang semakin meluas.
Baca juga: Viral, Video Knalpot Dipasang Selang agar Motornya Tidak Mogok Saat Banjir, Berbahayakah?
Baca juga: Banjir di Kudus, Bagaimana Kondisinya Saat Ini dan Apa Penyebabnya?
Lantas bagaimana prediksi cuaca dari BMKG?
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani menegaskan, cuaca ekstrem berupa hujan lebat masih akan melanda beberapa wilayah di Indonesia hingga sepekan ke depan.
Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai terkait cuaca ekstrem tersebut yakni:
- Pesisir barat Sumatra
- Sumatra bagian Selatan
- Sebagian besar Pulau Jawa
- Kalimantan bagian Timur dan Utara
- Bali
- NTB
- NTT
- Sulawesi bagian Tengah dan Selatan.
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Barat
- Papua.
Pihaknya memprediksi cuaca ekstrem hujan lebat itu akan terjadi pada siang hingga sore.
“Secara umum, waktu terjadinya hujan diprediksi pada siang menjelang sore hari,” tandasnya.
Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?
Penyebab hujan lebat
Menurutnya, cuaca ekstrem di Indonesia terjadi karena adanya siklon tropis di sekitar Pulau Jawa.
“Dari pantauan dinamika atmosfer terkini, menunjukkan adanya bibit tropis 92S di Samudera Hindia selatan Bali yang membentuk daerah konvergensi di Jawa bagian tengah,” kata Ida.
“Kemudian adanya penguatan angin baratan yang tampak signifikan di sebelah utara Jawa,” katanya lagi.
Baca juga: Saat Arab Saudi Diterjang Banjir, Apa yang Terjadi?
Rekomendasi BMKG
Diberitakan Kompas.com (28/12/2022), BMKG merekomendasikan sejumlah hal guna antisipasi dampak dari cuaca ekstrem:
- Masyarakat diminta memastikan kapasistas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap guna menghadapi atau mengantisipasi adanya peningkatan curah hujan.
- Lakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan.
- Lakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
- Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.
- Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat, serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi).
- Tingkatkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi.
- Update dan terus monitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG di seluruh wilayah Indonesia melalui:
- Website BMKG http://www.bmkg.go.id, untuk prakiraan cuaca hingga level kecamatan
- Akun media sosial @infobmkg
- Aplikasi iOS dan android "Info BMKG"
- Call canter 196 BMKG, dan
- Kantor BMKG terdekat
Baca juga: 1.252 Rumah di Kota Tangsel Terendam Banjir, BNPB: Tetap Waspada