Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Air Laut Pantai Baron Terpisah Jadi Dua Warna, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar akun Instagram @updatedisini
Terpisahnya air laut di lepas Pantai Baron menjadi dua warna terekam oleh kamera Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Surisdiyanto pada Jumat (17/2/2023).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Beredar sebuah video yang memperlihatkan air laut di lepas Pantai Baron, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terpisah menjadi dua warna.

Fenomena tersebut diunggah oleh akun @updatedisini dan sudah ditonton sebanyak 11.400 kali penayangan hingga Senin (20/2/2023).

"Penampakan Air Laut Dua Warna Di Perairan Gunungkidul," tulis akun tersebut dalam keterangan video pada Jumat (17/2/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, kapan fenomena air laut di lepas Pantai Baron terpisah menjadi dua warna?

Baca juga: Hujan Deras, Aliran Sungai Bawah Tanah Pantai Baron Gunungkidul Meluap

Direkam oleh Satlinmas Pantai Baron

Fenomena terpisah air laut di lepas Pantai Baron sebelumnya direkam oleh Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Surisdiyanto.

Dilansir dari Kompas.com, Surisdiyanto merekam fenomena tersebut ketika ia menebar jala bersama nelayan pada Jumat (17/2/2023) sekitar pukul 14.00 WIB.

"Saat itu, kondisi air laut yang terbelah cukup terlihat dengan jelas," ujarnya pada Senin (20/2/2023).

Ia menambahkan, fenomena tersebut masih terjadi hingga Minggu (19/2/2023) namun perbedaan warnanya sudah mulai menipis.

Baca juga: Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Pantai Baron Gunungkidul Sejak Malam Tahun Baru

Berasal dari luapan sungai bawah tanah Pantai Baron

Lebih lanjut, Surisdiyanto membenarkan bahwa fenomena terpisah air laut seperti yang ia rekam biasa terjadi ketika sungai bawah tanah yang bermuara di Pantai Baron meluap.

Semburan air sungai bawah tanah bahkan mencapai sela batuan seperti air terjun pada Kamis (16/2/2023) lalu.

"Saat intensitas hujan di kawasan utara tinggi, sungai bawah tanah yang bermuara di pantai Baron meluap maka ya seperti itu. Sebenarnya itu malah jadi unik, dan fenomena yang tidak dijumpai di kawasan lain kan," kata Surisdiyanto.

 

Bukan fenomena yang berbahaya

Peneliti ahli utama Kelompok Riset Petrologi dan Mineralogi Pusat Riset Sumber Daya Geologi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Haryadi Permana turut menanggapi fenomena terpisah warna air laut di lepas Pantai Baron.

Ia menjelaskan bahwa fenomena tersebut biasa terjadi di muara sungai yang menjadi tempat pertemuan air tawar dan air asin.

"Secara garis besar, ar warna cokelat, tawar, mengandung banyak sedimen terlarut," kata Haryadi kepada Kompas.com, Senin (20/2/2023).

Haryadi juga menerangkan bahwa terpisahnya air laut menjadi dua warna bisa dipicu oleh hujan.

Ia mengatakan, air sungai yang tawar akan membawa material halus hasil erosi sungai dan bertemu di muara dengaan air yang relatif asin.

"Fenomena ini bisa dijumpai di muara sungai besar, terutama setelah hujan," sambungnya.

Kendati belum banyak orang yang mengetahui fenomena terpisahnya air laut menjadi dua warga, peristiwa ini tidaklah berbahaya.

Haryadi menampaikan, air yang terpisah menjadi dua warna akan tercampur secara alami.

"Prosesnya itu pertemuan air tawar dan asin dengan berat jenis yang berbeda," jelasnya.

Baca juga: Belum Genap Setahun, Tanggul Pemecah Gelombang Pantai Baron Ambrol

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi