Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Malcolm X, Aktivis Hak-hak Sipil Kulit Hitam Tewas Dibunuh

Baca di App
Lihat Foto
BBC Indonesia
Malcolm X dikenang sebagai tokoh perjuangan hak sipil dan kesetaraan
Penulis: Farid Firdaus
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Hari ini, 58 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 21 Februari 1965, seorang tokoh muslim Amerika dan pemimpin gerakan hak-hak sipil Afrika-Amerika tewas dibunuh di New York.

Malcolm X dibunuh dengan cara ditembak saat sedang memberikan ceramah di Audubon Ballroom, Harlem, New York.

Tiga anggota Nation of Islam, kelompok agama-nasionalis kulit hitam yang pernah diikuti Malcolm X, ditangkap dan dihukum atas pembunuhannya, seperti dikutip dari britannica.

Selama persidangan, salah satu terdakwa Tarmaldge Hayer mengaku, tetapi mengeklaim dua terdakwa lainnya, Thomas Butler dan Norman Johnson tidak terlibat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 2021, kedua nama terakhir dibebaskan dari penjara.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mahatma Gandhi Dibunuh 30 Januari 1948

Melansir New York Times, Malcolm X baru mengucapkan beberapa patah kata sapaan ketika ledakan keras terdengar.

Peluru-peluru yang mengenainya menjatuhkannya ke belakang.

Keributan pecah di antara 400 orang kuli hitam yang hadir di Audubon Ballroom.

Pria, wanita, dan anak-anak merunduk di bawah meja dan tiarap di lantai saat beberapa tembakan masih dilepaskan.

 

Siapa Malcolm X?

Mengutip dari biography, Malcolm X adalah aktivis hak asasi manusia dan pemimpin nasionalis kulit hitam terkemuka.

Dia bergabung dalam organisasi Nation of Islam dan menjadi juru bicara organisasi itu selama 1950-an dan 1960-an.

Berkat ketokohannya, anggota Nation of Islam meningkat dari 400 orang pada 1952 menjadi 40.000 anggota pada 1960.

Malcolm X lahir pada 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska.

Nama kecilnya adalah Malcolm Little. Dia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara.

Ibunya, Louise adalah seorang ibu rumah tangga, sementara ayahnya, Earl Little menjadi pengkhotbah.

Ayahnya anggota aktif di cabang lokal dari Universal Negro Improvement Asociation dan pendukung setia pemimpin nasionalis kulit hitam, Marcus Garvey.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa San Fernando di AS, 64 Orang Tewas

Karena aktivisme hak-hak sipil sang ayah, keluarga Malcolm X sering mengalami pelecehan dan perlakuan rasisme dari kelompok supremasi kulit putih Ku Klux Klan dan salah satu faksi sempalannya, Legiun Hitam.

Malcolm bahkan sudah bertemu rasisme sebelum dia lahir.

"Ketika ibu saya mengandung saya, sekelompok pengendara Ku Klux Klan mendatangi rumah kami, mengacungkan senapan dan berteriak agar ayah saya keluar," kenangnya semasa masih hidup.

Perlakukan rasime berlanjut saat Malcolm berusia empat tahun. Semua jendela rumah keluarganya dihancurkan.

Untuk melindungi keluarganya, Earl Little memindahkan keluarganya dari Omaha ke Milwaukee, Wisconsin pada 1926 dan kemudian ke Lansing, Michighan pada 1928.

Pendidikan

Malcolm X bersekolah di Mason High School.

Di sekolah itu, dia merupakan salah satu dari sedikit siswa kulit hitam.

Dia unggul secara akademis dan sangat disukai teman sekelasnya yang memilihnya sebagai ketua kelas.

Namun setelah diberi tahu dengan tegas oleh gurunya bahwa tidak ada gunanya seorang anak kulit hitam mengejar pendidikan, Malcolm X putus sekolah pada usia 15 tahun.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Karaiskakis yang Menewaskan 21 Suporter Sepak Bola

Setelah berhenti sekolah, Malcolm pindah ke Boston untuk tinggal bersama kakak tirinya, Ella.

Ella memberi Malcolm pekerjaan menyemir sepatu di Roseland Ballroom.

Namun, sendirian di jalanan Boston, dia berkenalan dengan penjahat kota bawah tanah dan segera beralih menjadi penjual narkoba.

Dia mendapat pekerjaan lain sebagai pembantu dapur di kereta Yankee Clipper dan jatuh lebih jauh ke dalam kehidupan narkoba dan kejahatan.

Dia sering mengunjungi klub malam dan ruang dansa serta sepenuhnya ke tenggelam dalam serangkaian tindakan kriminal untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Black Saturday, Misteri Kebakaran Massal di Kairo yang Tak Terungkap

Dipenjara

Pada 1946, Malcolm X ditangkap atas tuduhan pencurian dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.

Selama di panjara, Malcolm yang masih menyematkan "Little" di namanya rajin membaca.

Dia melahap buku-buku dari perpustakaan penjara sebagai upaya menebus tahun-tahun pendidikan yang dia lewatkan dengan putus sekolah.

Saat dipenjara, Malcolm juga dikunjungi beberapa saudara kandungnya yang telah bergabung dengan Nation of Islam, sebuah kelompok muslim kulit hitam yang menganut ideologi nasionalisme kulit hitam.

Salah satu gagasan dalam Nation of Islam adalah bahwa untuk mengamankan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan, orang kulit hitam Amerika perlu mendirikan negara mereka sendiri, sepenuhnya terpisah dari orang kulit putih Ameroika.

Sebelum dibebaskan pada 1952, Malcolm mulai mengganti "Little" menjadi "X" sebagai nama belakang dan bergabung menjadi anggota Nation of Islam.

Menurut britannica, penggantian nama belakang itu merupakan tradisi pengikuti Nation of Islam. Mereka menganggap nama keluarga mereka berasal dari kulit putih pemilik budak.

Nation of Islam

Selepas bebas, Malcolm X melakukan perjalanan ke Detroit, Michigan dan bekerja dengan pemimpin Nation of Islam Elijah Muhammad, untuk memeprluas pengikuti gerakan tersebut di Amerika secara nasional.

Pada 1960, Malcolm X mendirikan surat kabar nasional, Muhammad Speaks, untuk lebih mempromosikan pesan Nation of Islam.

Di Nation of Islam, Malcolm X dengan cepat menjadi pembicara dan organisator yang ulung.

Dengan kemampuannya sebagai orator yang fasih, bersemangat dan inspiratif, dalam pidato-pidatonya Malcolm mendesak orang kulit hitam untuk melepaskan belenggu rasime dengan cara apa pun yang diperlukan termasuk kekerasan.

"Anda tidak memiliki revoluasi damai. Anda tidak memiliki revolusi tanpa kekerasan," katanya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Aktivis HAM Munir Lahir 8 Desember 1965

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi