Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Pertama di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Masjid Saka Tunggal, masjid tertua di Indonesia yang berdiri tahun 1288, di Banyumas, Jawa Tengah
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Masjid Baitussalam atau lebih dikenal dengan Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, Jawa Tengah disebut sebagai masjid tertua di Indonesia.

Harian Kompas, 20 Juni 2017 memberitakan, Masjid Saka Tunggal didirikan pada 1522 Masehi oleh Kiai Toleh atau Mbah Mustolih, seorang tokoh penyebar Islam di wilayah setempat.

Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma, Purwokerto, Wita Widyanandini mencatat, angka tahun 1522 Masehi didapat dari hasil konversi angka tahun 1288 Hijriah yang ditemukan di masjid tersebut.

Baca juga: Mengintip Mobil Pertama di Indonesia, Punya Siapa?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul nama Masjid Saka Tunggal

Dinamakan Masjid "Saka Tunggal" karena masjid ini hanya memiliki satu saka atau tiang penyangga sebagai kolom struktur setinggi 5 meter.

Tiang penyangga itu dipenuhi ukiran bunga dan tanaman, sertia dilindungi kaca.

Saka tunggal disebut sebagai simbol dari ajaran tauhid atau monoteisme.

"Filosofi saka tunggal adalah manunggalnya manusia dengan Sang Pencipta. Manusia menghormati Sang Pencipta yang menciptakan manusia untuk berbuat hal-hal baik," kata mantan juru kunci Masjid Saka Tunggal, Subagyo.

Pada ujung saka, terdapat empat sayap kayu yang disebut empat kiblat lima pancer, yaitu menunjuk empat arah mata angin dan satu pusat menunjuk ke atas.

Menurut Subagyo, ini berarti manusia harus memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan.

Masjid Saka Tunggal berukuran 15x17 meter, dan terletak 300 meter dari permukiman terdekat serta menjadi pusat kegiatan sosial warga setempat.

Masjid yang berada di kaki bukit Cikakak ini menyimpan cerita, sejarah, dan mitos terkait kehidupan penganut Islam Aboge.

Baca juga: Mengintip ATM Pertama di Indonesia, Siapa Pemiliknya?

 

Komunitas Aboge

Komunitas Islam Aboge melaksanakan berbagai ritual keagamaan dengan dasar kepercayaan kepada para leluhur.

Beberapa kegiatan yang kental nuansa akulturasinya dengan budaya lokal adalah selamatan, tahlilan (pembacaan tahlil), dan puji-pujian kepada Rasulullah SAW.

Harian Kompas, 2 Mei 2021 mencatat, sedikitnya ada 500 penduduk yang tinggal di sekitar masjid.

Mereka diyakini merupakan keturunan atau anak cucu dari Mbah Mustolih.

Keunikan lain dari masjid ini adalah keberadaan monyet-monyet ekor panjang yang diyakini warga setempat sebagai penjelamaan santri-santri dari Mbah Mustolih yang nakal.

Bahkan, pemerintah setempat pernah mengelar festival Rewandha Bojana.

Festival itu diadakan untuk memberikan makanan kepada monyet-monyet ekor panjang di sekitar masjid dan lingkungan perbukitan sekitar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi