Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwajah Mirip tapi Bukan Saudara, Mengapa Bisa Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
Francois Brunelle
Tangkap layar hasil foto model doppelgangers karya Francois Brunelle
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Saudara kandung, apalagi saudara kembar, biasanya memiliki kemiripan wajah satu sama lain.

Tidak hanya saudara kandung saja, kemiripan wajah juga bisa terjadi di antara saudara sepupu.

Namun ternyata, dua orang yang tidak memiliki kaitan genetik sama sekali, juga bisa memiliki wajah yang sama atau hampir mirip.

Mengapa bisa terjadi?

Baca juga: Kisah Lydia dan Timothy, Bayi Kembar Tertua yang Lahir di Dunia, Usianya 30 Tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Doppelgangers

Dikutip dari situs Majalah Smithsonian (24/8/2022), orang yang memiliki karakter fisik yang mirip tapi tidak berhubungan genetik disebut dengan doppelgangers.

Orang-orang ini terlihat seperti anak kembar karena wajahnya terlihat sama. Selain itu, mereka juga bahkan bisa memiliki gaya hidup yang serupa.

Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Manel Esteller dalam jurnal Cell Reports mengatakan, doppelgangers ternyata memiliki DNA, gaya hidup, bahkan sifat yang sama meskipun mereka tidak terlahir sebagai saudara.

Kesamaan fisik ini juga tidak ada hubungannya dengan kondisi lingkungan tempat mereka dibesarkan.

Artinya, dua orang yang lahir dalam keluarga atau lingkungan yang berbeda ternyata bisa memiliki gen sama sehingga fisiknya terlihat mirip satu sama lain.

Hal ini terjadi karena ada tumpang tindih genetik yang muncul di antara jutaan populasi manusia. Kondisi tersebut memungkinkan terjadi pengulangan DNA di antara orang yang berbeda.

Baca juga: Kisah Yuliana-Yuliani, Kembar Siam Dempet Kepala Operasi Tahun 1987

Penelitian doppelgangers

Penelitian mengenai orang berwajah mirip ini dilakukan Manel Esteller dan timnya yang berasal dari Institut Penelitian Leukimia di Spanyol.

Dilansir dari situs PetaPixel (1/9/2022), Manel Esteller memulai penelitian ini usai terinspirasi dari proyek pemotretan yang dilakukan seorang fotografer Kanada Francois Brunelle.

Francois Brunelle mengumpulkan 32 pasang orang yang wajahnya mirip untuk menjalani pemotretan bertema I’m not a look-alike! Hasil proyek ini lalu termuat dalam artikel New York Times pada 2014.

Dari Brunelle, Esteller kemudian melakukan penelitian lebih lanjut pada para model tersebut. Mereka menggunakan metode pengenalan wajah, kuesioner gaya hidup, dan tes DNA.

Peneliti menggunakan tiga algoritma pengenalan wajah yang berbeda untuk menentukan tingkat kemiripan para model.

Para peserta penelitian juga mengerjakan kuesioner tentang gaya hidup yang mengungkapkan pekerjaan, pendidikan, dan kebiasaan mereka. Selain itu, juga ada tes dengan sampel air liur untuk analisis DNA.

Hasil penelitian membuktikan, orang yang berwajah mirip memiliki gen, karakter fisik, dan sifat yang serupa.

Di sisi lain, kesamaan wajah ini tidak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal maupun pengalaman hidup seseorang.

Baca juga: Viral, Unggahan Anak Kembar Disebut Bisa Saling Merasakan Hal yang Sama, Benarkah?

Manfaat penelitian

Dalam studi yang dilakukan Esteller, tetap ada beberapa keterbatasan dalam proses penelitian.

Keterbatasan ini antara lain ukuran sampel yang kecil, penggunaan gambar hitam-putih 2D, dan kurangnya keragaman di antara peserta.

Namun, ke depannya, ia yakin penelitian ini bisa bermanfaat bagi publik.

Metode pemeriksaan wajah orang yang mirip dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit seseorang. Ini karena orang dengan DNA yang sama mungkin sama-sama rentan terhadap penyakit genetik tertentu.

Selain itu, para peneliti mengatakan temuan ini suatu hari nanti juga dapat membantu penyelidik polisi mengetahui wajah tersangka dari sampel DNA mereka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi