Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Seseorang Bisa Bermimpi? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Baca di App
Lihat Foto
iStockPhoto/CarlaMc
Mengapa seseorang bisa bermimpi?
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Mimpi adalah pengalaman bawah sadar atau halusinasi yang terjadi selama tahap tidur tertentu.

Dari sekian banyak hal yang diketahui tentang tidur, mimpi adalah salah satu yang masih sulit dijelaskan oleh banyak peneliti.

Meskipun tidak ada bukti pasti, mimpi biasanya merupakan pemikiran otobiografi berdasarkan aktivitas, percakapan, atau masalah lain dalam hidup seseorang yang baru saja dialami.

Meski para peneliti belum mengetahui secara pasti mengapa orang bermimpi dan dari mana mimpi berasal, namun ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa seseorang mengalami mimpi saat tidur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 7 Makanan yang Bisa Memicu Mimpi Buruk

Apa yang menyebabkan mimpi?

Dilansir dari Clevelandclinic, ada teori bahwa sebagian besar mimpi terjadi selama fase tidur rapid eye movement (REM) atau fase tidur bermimpi, yang dilewati seseorang secara berkala di malam hari.

Bermimpi membantu seseorang mengkonsolidasikan dan menganalisis ingatan dan kemungkinan berfungsi sebagai "latihan" untuk berbagai situasi yang akan dihadapi seseorang di siang hari.

Sebuah studi mengenai tidur menunjukkan bahwa gelombang otak manusia hampir sama aktifnya selama siklus REM seperti saat ia bangun.

Para ahli percaya bahwa fase tidur REM dihasilkan oleh bagian batang otak, sedangkan otak depan yang akan menghasilkan mimpi.

Baca juga: Apa Saja Mimpi yang Paling Sering Dialami Orang di Seluruh Dunia?


Faktanya, jika batang otak terluka, seseorang dapat bermimpi meski tidak masuk ke fase tidur REM. Sebaliknya ketika otak depan mengalami cedera, seseorang bisa masuk fase tidur REM tetapi tidak bermimpi.

Dalam penelitian lain, diketahui bahwa mimpi lebih berasal dari imajinasi seseorang daripada persepsi atau pengalaman sensorik hidup yang dikumpulkan di otak depan.

Para ahli telah menemukan bahwa mimpi dapat menyertai kondisi kejiwaan seseorang.

Orang yang hidup dengan gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) lebih cenderung mengalami mimpi buruk.

Ini adalah manifestasi dari ketegangan bagi orang yang hidup dengan PTSD. Sebab mereka kerap mengulang ingatan pengalaman traumatisnya.

Baca juga: Terbangun karena Mimpi Terjatuh? Ternyata Ini Artinya

 

Mengapa manusia bisa bermimpi?

Dilansir dari Healthline, berikut beberapa alasan mengapa seseorang bisa bermimpi:

1. Mimpi sebagai sebuah terapi

Mimpi mungkin merupakan cara untuk menghadapi drama emosional dalam hidup seseorang.

Dan karena otak bekerja pada tingkat yang jauh lebih emosional daripada saat seseorang bangun, otak akan membuat koneksi mengenai perasaan yang tidak akan dibuat oleh tubuh ketika sadar.

2. Mimpi sebagai respon bertahan hidup

Salah satu area otak yang paling aktif saat bermimpi adalah amigdala, yakni bagian otak yang terkait dengan naluri bertahan hidup dan respons lawan-atau-lari.

Sebuah teori mengatakan bahwa, karena amigdala lebih aktif selama tidur daripada saat bangun, mimpi mungkin cara otak untuk membuat seseorang siap menghadapi ancaman.

Untungnya, batang otak mengirimkan sinyal saraf untuk mengendurkan otot selama fase tidur REM. Sehingga, tubuh tidak akan mencoba berlari atau meninju saat tidur.

Baca juga: Hati-hati, Mimpi Buruk Bisa Jadi Penanda Ada Masalah dalam Diri

3. Mimpi sebagai inspirasi

Dalam teori lain, dijelaskan alasan mengapa seseorang bermimpi adalah untuk membantu memfasilitasi kecenderungan kreatifnya.

Anda mungkin dalam suatu waktu pernah terbangun dengan ide bagus untuk melakukan sesuatu aktivitas kreatif seperti menggambar atau menulis lagu.

Jika biasanya Anda menggunakan filter logika dalam kehidupan nyata yang dapat membatasi kreativitas, saat tertidur pikiran dan ide tidak akan memiliki batasan.

Baca juga: Tips Tidur Malam yang Berkualitas

4. Mimpi sebagai penunjang ingatan

Salah satu teori populer tentang mimpi adalah tujuannya untuk membantu seseorang menyimpan ingatan penting dan hal-hal yang telah dipelajari.

Selain itu, pemimpin juga berfungsi menyingkirkan ingatan yang tidak penting, dan memilah-milah pikiran maupun perasaan yang rumit.

Sebuah studi menunjukkan bahwa tidur dapat membantu menyimpan ingatan. Ketika Anda mempelajari informasi baru kemudian tidur, Anda dapat mengingatnya lebih baik daripada melakukannya tanpa tidur.

Mimpi dapat membantu otak lebih efisien menyimpan informasi penting sambil memblokir rangsangan yang dapat mengganggu ingatan dan pembelajaran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi