Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 30 Mei 2021

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kepemimpinan di Sektor Pariwisata Indonesia: Potensi dan Tantangan

Baca di App
Lihat Foto
Ig @waerebo.official
Desa Wisata Wae Rebo Terima Penghargaan ASEAN Tourism Forum 2023
Editor: Egidius Patnistik

INDONESIA memiliki potensi daerah wisata sangat melimpah. Dapat dikatakan, di setiap daerah atau provinsi, masih banyak potensi pariwisata yang belum tereksplorasi atau istilahnya hidden gem. Hal ini yang terus pemerintah cari agar makin banyak daerah yang terekspos, sehingga wisatawan domestik dan internasional dapat datang mengunjungi dan menikmati keindahan Bumi Pertiwi.

Sektor pariwisata merupakan salah satu industri yang menjadi keunggulan Bumi Pertiwi. Dengan bentang alam yang eksotis, ditambah kekayaan budaya Nusantara menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan. Pemerintah Indonesia sadar akan hal itu, sehingga pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan kualitas destinasi wisata kita.

Kepemimpinan Pariwisata dan Posisi Indonesia

Sektor pariwisata tidak dapat dibangun dengan maksimal jika Indonesia tidak memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan di sektor pariwisata secara teoritis maupun praktis, tidak punya definisi yang baku.

Baca juga: Pendapatan Sektor Pariwisata pada 2023 Ditargetkan Capai Rp 111,7 Triliun

Banyak akademisi menelurkan beragam definisi tentang kepemimpinan pariwisata. Ladkin & Weber (2011) mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kemampuan yang dibutuhkan. Mereka menekankan bahwa kepemimpinan dalam sektor pariwisata membutuhkan kemampuan interpersonal relation dan komunikasi yang sangat kuat. Kata kuncinya adalah people-orientation karena sektor pariwisata merupakan industri hospitality.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mai, et al. (2022) menambahkan kompetensi kepemimpinan dalam industri pariwisata. Mereka menyebut dua kapabilitas dalam kepemimpinan pariwisata: berorientasi pada hasil dan mampu menghasilkan inovasi. Kedua kompetensi ini memang penting, terlebih industri pariwisata adalah industri yang dinamis. Alhasil, semua stakeholder harus mengedepankan inovasi agar semakin banyak wisatawan datang ke suatu negara.

Elbaz & Haddoud (2017) menjelaskan kepemimpinan di sektor pariwisata dalam kerangka wise leadership. Wise leadership berarti kemampuan pemimpin untuk terhubungan dengan orang lain dan percaya diri dengan kemampuannya. Wise leadership meningkatkan performa dan well-being anggota, sehingga mereka mampu berkontribusi dengan optimal. Tipe kepemimpinan seperti ini telah menunjukkan efektivitasnya di sektor pariwisata Mesir.

Ketiga definisi di atas berfokus pada karakter dan trait, tetapi belum ada definisi yang merangkum inti dari kepemimpinan pariwisata.

Sifolo (2021) mendefinisikan kepemimpinan di bidang pariwisata dengan tepat, yang merangkum ketiga definisi sebelumnya. Dia mengatakan, kepemimpinan pariwisata merupakan sebuah proses memimpin orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Proses memimpin dalam konteks itu mencakup bagaimana pemimpin memotivasi dan memandu anggota-anggotanya untuk menyadari potensi diri yang sebenarnya, sehingga bisa meraih tujuan organisasi yang lebih menantang.

Dalam proses kepemimpinan pariwisata, pemimpin memiliki tanggung jawab untuk merajut inovasi dan kreativitas semua orang untuk memajukan sektor pariwisata dengan prinsip people-oriented dan service-oriented. Pemimpin membagi peran dan porsi tanggung jawab yang jelas kepada anggotanya, mendorong pemikiran out of the box, serta membuat iklim kolaborasi agar bisa mencapai tujuan bersama, yakni menjadikan Indonesia destinasi favorit di kancah global.

Pemimpin-pemimpin Indonesia, mulai dari presiden, menteri, pihak swasta, LSM (lembaga swadaya masyarakat), dan komunitas telah berjuang membangun industri pariwisata dengan baik. Jika melihat statistik wisatawan mancanegara tahun 2010 sampai 2018, jumlahnya selalu meningkat. Tahun 2010, ada tujuh juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Tahun 2019, jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat menjadi 16,3 juta.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Indonesia juga meningkat, dari 3,05 persen di tahun 2010 menjadi 4,8 persen di tahun 2019. Tahun 2020, sektor pariwisata Indonesia sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Data dari BPS menunjukkan, kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2020 hanya 4,02 juta, turun dari 16,11 juta. Jumlahnya jauh lebih sedikit pada tahun 2021, hanya 1,55 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung.

Namun, pemerintah telah menunjukkan kepemimpinan pariwisata yang kuat dan berupaya bangkit dari keterpurukan. Berbagai kebijakan dibuat agar membangkitkan gairah industri pariwisata. Ada beberapa fokus kebijakan yang mendorong bangkitnya industri pariwisata, seperti penerapan protokol kesehatan, peluncuran kebijakan travel bubble Batam - Bintan - Singapura, pemberian insentif untuk pemulihan sebesar 4,55 triliun, dan dukungan prioritas yang menunjang sektor pariwisata seperti KTT G20.

Masyarakat juga punya peran yang signifikan, yaitu menyebarkan hidden gem yang ada di daerahnya dengan mengandalkan media sosial. Kontribusi banyak pihak ini merupakan wujud kepedulian nyata terhadap sektor pariwisata di Indonesia. Semua pihak yang berkepentingan memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan industri pariwisata dengan caranya masing-masing.

Usaha keras banyak pihak membuahkan hasil. Tahun 2022, ada 5,47 juta wisatawan mancanegara melakukan kunjungan ke tempat-tempat menarik di Indonesia. Jumlah tersebut melampaui target yang diusung pemerintah, yakni 3,6 juta.

Kontribusi devisa di sektor pariwisata juga membaik. Pada tahun 2022, sektor pariwisata menyumbang 4,26 miliar dollar untuk devisa negara. Ada bounce back yang terjadi tahun lalu. Pada 2021, sektor pariwisata hanya menyumbangkan 0,49 miliar dollar.

Peningkatan dalam segi pendapatan ini juga bersamaan dengan pencapaian pariwisata Indonesia di tingkat global. Indonesia meraih peringkat dua dalam destinasi wisata halal berdasarkan Global Muslim Tourism Index 2022.

Dalam Travel and Tourism Competitiveness Index 2022, Indonesia naik ke peringkat 32 setelah tahun sebelumnya ada di peringkat ke-44. Dalam regional Asia Pasifik, Indonesia ada di peringkat ke-8. Sementara itu, Indeks Pembangunan Kepariwisataan yang dibuat World Economic Forum 2022 menempatkan Indonesia di peringkat kedua se-Asia Tenggara, hanya di bawah Singapura.

Indonesia mengalahkan Thailand, Filipina, dan Malaysia untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pencapaian itu tidak bisa lepas dari kepemimpinan banyak pihak. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno pun bangga dengan hasil tersebut, namun dia berkeinginan untuk menjadikan industri pariwisata lebih baik lagi.

Dia mengatakan, "... kami tidak boleh berpuas diri. Sangat penting bagi kita untuk tidak kembali ke pendekatan bisnis seperti biasa, atau ke rasa aman yang salah. Kita harus membangun kembali industri pariwisata dengan lebih baik, lebih berkelanjutan, dan lebih tangguh.”

Dalam kacamata kepemimpinan, pernyataan ini mengindikasikan adanya kepemimpinan yang result-oriented dan innovation-oriented. 

Lihat Foto
kemenparekraf.go.id
Raja Ampat menjadi salah satu tempat terbaik untuk melakukan kayaking.
Asia Pasifik sebagai Kekuatan Pariwisata Dunia

Jika melihat dari perspektif yang lebih luas, pencapaian Indonesia di kancah regional maupun global menegaskan bagaimana potensi wilayah Asia Pasifik sebagai pemain terdepan dalam sektor pariwisata. Wilayah Asia Pasifik memiliki potensi besar sebagai world tourism powerhouse.

Di Asia Tenggara, kontribusi PDB dari tahun 2012 - 2019 konsisten meningkat: dari 233,94 di tahun 2012 menjadi 393,12 di tahun 2019. Penurunan yang terjadi di tahun 2020 dan 2021 memang merupakan hal yang wajar karena pandemi mematikan seluruh sektor ekonomi, terutama pariwisata.

Melihat trayektori perkembangan dalam beberapa tahun terakhir, sektor pariwisata dalam beberapa tahun ke depan akan terus berkembang. Wilayah Asia Pasifik akan menjadi world tourism powerhouse dan memimpin narasi global dalam industri pariwisata. Bahkan, di tahun 2022 saja, sektor pariwisata di Asia mulai menggeliat.

Salah satunya adalah Thailand. Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi pariwisata yang sama besarnya dengan Indonesia. Sebelum pandemi melanda, pemerintah Thailand telah sukses menciptakan Negeri Gajah Putih sebagai tourism regional hub. Tahun 2019, Thailand menjadi negara kesembilan yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dengan jumlah mencapai 39 juta orang.

Baca juga: Indonesia, Malaysia, dan Thailand Sepakat Revitalisasi Industri Pariwisata

Thailand memiliki perencanaan yang matang untuk mengembangkan sektor pariwisatanya. Selama tahun 2014 - 2019, sektor pariwisata telah membuka 36 juta lapangan baru. Pemerintah Thailand menerapkan metode pemasaran yang proaktif dengan mempromosikan negaranya sebagai tempat pertemuan dan pameran internasional.

Pemerintah Thailand telah memberikan berbagai fasilitas kepada badan pariwisata untuk mengembangkan daerah potensial lainnya dalam industri pariwisata, dan mengembangkan pariwisata halal merupakan pendekatan yang menjanjikan untuk menarik lebih banyak wisatawan.

Senasib dengan banyak negara lainnya, pandemi membuat sektor pariwisata di Thailand lumpuh, sehingga jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Thailand sangat sedikit. Tahun 2021, menurut Statistica, hanya ada 490 ribu pengunjung. Saat pandemi mulai mereda, industri pariwisata bangkit kembali. Sepanjang tahun 2022, Thailand sudah kedatangan 11,5 juta wisatawan.

Selain Thailand, Tiongkok menjadi negara yang menunjukkan tajinya di sektor pariwisata. Beberapa kota yang menjadi destinasi favorit wisatawan adalah Beijing, Shanghai, dan Chongqiong. Ketiga kota ini memiliki kekuatan dan keunikan, yang membuat banyak wisatawan tertarik berkunjung.

Tahun 2021 ada 3,26 miliar perjalanan domestik. Tiongkok mampu memanfaatkan kekayaan sejarahnya untuk kepentingan pariwisata. Terracota dan The Great Wall merupakan beberapa situs andalan Tiongkok untuk menarik wisatawan. Pemerintah Tiongkok memiliki visi untuk menjadi kekuatan global di sektor pariwisata pada tahun 2035 dengan mengembangkan semakin banyak daerah potensial dan mengintegrasikan kekayaan kulturalnya.

Negara lainnya adalah Malaysia. Destinasi pariwisata di Malaysia juga menarik. Mereka memiliki Gunung Kinabalu, Menara Kembar Petronas, Gua Batu, dan beberapa tempat lainnya. Dalam lima tahun terakhir (2015 - 2020), jumlah wisatawan di Malaysia cenderung meningkat dan konsisten di atas 25 juta.

Pariwisata menjadi sumber pendapatan negara terbesar ketiga. Malaysia mengembangkan sektor pariwisata sesuai perkembangan zaman. Pada tahun 2018, pemerintah Malaysia mencanangkan Malaysia Smart Tourism 4.0. Inisiatif ini berusaha mengkapitalisasi perkembangan teknologi agar dapat digunakan untuk menciptakan inovasi dan lapangan pekerjaan baru.

Tiga negara di atas menjadi contoh bagaimana kepemimpinan pariwisata terimplementasikan dalam bentuk kebijakan. Thailand, Malaysia, dan Tiongkok memang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar.

Pemimpin tiga negara tersebut mampu memanfaatkan potensi tersebut menjadi pendapatan negara. Mereka berinovasi dan membuat kebijakan yang memudahkan wisatawan domestik dan internasional menikmati daerah eksotis yang memiliki nilai unik dan kultural yang melimpah.

Banyak faktor yang menyebabkan sektor pariwisata tumbuh, seperti kebijakan yang holistik, infrastruktur yang memadai, atau insentif untuk wisatawan. Dari faktor-faktor tersebut, kepemimpinan memainkan peran penting dalam pembangunan sektor pariwisata.

Tanpa visi dari seorang pemimpin, sektor pariwisata tidak akan berkembang. Dalam konteks Indonesia, Presiden Jokowi pun memiliki visi yang komprehensif terkait sektor pariwisata. Ia mengatakan, semua tantangan harus disikapi dengan inovasi.

Pembangunan sektor pariwisata, menurut Jokowi, harus berorientasi ekonomi dunia yang inklusif, berkelanjutan, dan melestarikan kearifan lokal. Selain itu, jika melihat dari berbagai forecast tentang kondisi pariwisata, sektor ini akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan PDB di Asia Pasifik melebihi benua lain.

Menurut laporan World Travel & Tourism Council 2022, pariwisata akan berkontribusi sebesar 32 persen PDB di Asia Pasifik. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan Eropa yang hanya 10 persen. Selain itu, melihat ke belakang, PDB pariwisata Asia Pasifik lebih besar dibandingkan Eropa pada tahun 2019, yaitu sebesar 3.294 miliar dolar untuk Asia Pasifik dan 2.141 miliar dollar untuk Eropa.

Pertumbuhan sektor pariwisata di Asia Pasifik membuat kita optimis bahwa sektor pariwisata di wilayah ini akan terus bertumbuh. Dengan komitmen para pemimpin-pemimpin negara-negara Asia dalam membangun sektor ini membuat kita semakin optimis bahwa sektor pariwisata Asia akan mengungguli Eropa.

Tantangan dan Peluang

Namun, setiap negara memiliki tantangannya tersendiri dalam mengembangkan potensi pariwisatanya, termasuk Indonesia. Pada kasus Indonesia, tantangan terbesar yang dihadapi adalah infrastruktur. Infrastruktur menjadi masalah klasik yang kerap menghambat pertumbuhan sektor pariwisata.

Ada beberapa contoh di mana infrastruktur menjadi kendala yang mengganggu bagi wisatawan. Contohnya adalah situs pariwisata di kampung Wae Rebo. Jalur yang biasa digunakan oleh wisatawan, yakni Lembor Selatan dan Satarmese di Manggarai kondisinya sangat memprihatinkan. Beberapa anak sungai di sepanjang dua jalan ini belum memiliki jembatan.

Di Raja Ampat Papua Barat Daya juga masih terkendala infrastruktur, khususnya air bersih. Raja Ampat berada di kawasan yang minim air tawar. Destinasi wisata di Raja Ampat berada di pulau-pulau yang tidak ada sumber mata air tawar dan selama ini masyarakat menggunakan air payau.

Berkaca dari dua kasus itu, infrastruktur kita masih perlu mendapatkan perhatian khusus.

Menurut Cholik (2017), infrastruktur memegang peran penting karena bisa berkontribusi pada peningkatkan efisiensi produksi dan distribusi jasa, dan dalam kasus tertentu di area terpencil, bahkan meningkatkan penyediaan jasa pariwisata. Karena itu, pemerintah Indonesia harus mampu membangun infrastruktur yang kuat, sehingga dapat memaksimalkan potensi pendapatan di sektor pariwisata.

Tantangan berikutnya adalah adanya perubahan permintaan pasar terhadap destinasi pariwisata. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Onny Widjanarko, ada tiga tren yang berpengaruh terhadap permintaan pariwisata.

“Masyarakat lebih memilih untuk berwisata pada tempat-tempat yang tidak ramai dan kaya akan budaya dan komunitas lokal. Terkait hal tersebut, Indonesia juga dapat menjadi potensi pariwisata sesuai dengan preferensi wisatawan sejalan dengan wisatanya yang kaya akan budaya dan komunitas lokal,” kata dia.

Survei Agoda 2022 yang bekerja sama dengan YouGov menguak apa alasan wisatawan melancong. Dari jawaban responden di berbagai negara, ada beberapa hasli yang bisa jadi patokan para stakeholder.

Pertama, warga Jepang (44 persen), Taiwan (24 persen), dan Vietnam (23 persen) ingin menjelajahi kuliner, seni, dan budaya. Kedua, orang Indonesia (23 persen) dan Filipina (30 persen) bertujuan untuk berpetualang.

Ketiga, wisatawan dari Thailand (29 persen), Korea Selatan (25 persen), dan Singapura (25 persen) berwisata untuk memulihkan kondisi fisik dan mental.  Keempat, warga dari India (21 persen), Taiwan (33 persen), Australia (31 persen), dan Malaysia (21 persen) ingin berkunjung ke tempat kerabat atau sahabat mereka.

Mengembangkan daerah potensial yang belum terjamah menjadi sebuah kewajiban mutlak bagi pemerintah. Terlebih, banyak stakeholder yang dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan titik-titik yang potensial.

Bank BCA, misalnya, membina 10 desa wisata dan berkeinginan untuk mengubah desa tersebut menjadi destinasi kelas dunia. Desa Silokek di Sumatera Barat menjadi salah satu desa yang telah menjadi binaan bank BCA sejak tahun 2017. Bank BCA memfasilitasi pengembangan kapasitas manusia, pendampingan, dan pembinaan hingga bantuan infrastruktur.

Di samping peran swasta, akademisi juga berkontribusi besar dalam sektor pariwisata. Kontribusi akademisi dalam bentuk riset membantu memetakan potensi pariwisata suatu daerah: kelebihan dan kekurangan. Dengan riset yang dilakukan akademisi, stakeholder lain akan merasa terbantu, sehingga dapat mengetahui permasalahan daerah wisata dengan lebih baik.

Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja, Bali, mendukung pengembangan desa wisata Pulau Dewata melalui riset yang melibatkan stakeholder pariwisata.

Kolaborasi untuk Memimpin Narasi Pariwisata Global

Singkatnya, Indonesia memiliki banyak stakeholder pariwisata yang memiliki kepedulian dan visi yang sama untuk meningkatkan sektor ini. Peluang ini harus disambut dengan baik oleh pemerintah. Pemerintah perlu menggandeng berbagai stakeholder agar target yang diusung bisa tercapai.

Pengembangan sektor pariwisata merupakan upaya kolektif pemerintah, masyarakat, LSM, dan pihak swasta. Setiap stakeholder memiliki perannya masing-masing dan tentunya saling melengkapi. Sektor pariwisata tidak akan berkembang apabila setiap stakeholder tidak memainkan perannya.

Pemerintah membuat kerangka acuan kebijakan yang menjadi fondasi bagi pembangunan infrastruktur sampai bagaimana mempromosikan daerah wisatawan dalam kancah global. Kita bisa ambil contoh Indonesia. Sejak tahun 2016, Indonesia telah menggencarkan promosi daerah 10 Bali Baru. Promosinya dilakukan secara holistik, mulai dari level domestik hingga internasional.

Selanjutnya ada elemen masyarakat. Masyarakat punya peran vital sebagai pengembang potensi daerahnya. Mereka yang mengetahui seluk beluk desanya dan apa potensi yang bisa dimanfaatkan. Dengan pengetahuan tersebut, masyarakat dapat tercakup dalam berbagai level implementasi, seperti sosialisasi, ekonomi, partisipasi, dan gotong royong untuk mencapai tujuan desa wisata.

LSM juga punya peran penting. LSM menyokong peran masyarakat dan membantunya, terutama dari segi pemberdayaan dan promosi. Menurut Susanto, et al. (2016), LSM memiliki beberapa kelebihan ketika mengelola daerah pariwisata: akses ke pendanaan dalam dan luar negeri, memiliki jaringan yang luas, serta pengetahuan tentang community development.

Ketiga kemampuan tersebut sangat berguna untuk pengembangan desa dan daerah pariwisata percontohan. Pihak swasta memiliki andil yang besar terhadap pengembangan desa pariwisata.

Kirana & Artisa (2020) mengemukakan bahwa ada beberapa peran yang dapat pihak swasta lakukan, yaitu merumuskan dan memberikan stimulus inovasi serta memberikan suntikan modal kepada daerah-daerah yang membutuhkan.

Destinasi pariwisata tidak bisa dikenal luas tanpa ada peran media, baik itu media massa maupun media sosial. Keduanya punya andil dalam menyebarluaskan informasi-informasi potensi pariwisata ke banyak orang, sehingga membuat mereka tertarik untuk berkunjung.

Media sosial memainkan peran penting dalam banyak aspek pariwisata, terutama dalam pencarian informasi dan perilaku pengambilan keputusan, promosi pariwisata dan berfokus pada praktik terbaik untuk berinteraksi dengan konsumen.

Terakhir adalah peran akademisi. Akademisi yang berada di perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam pengembangan potensi pariwisata. Kapabilitasnya dalam melakukan riset daerah potensial akan memudahkan pemerintah dan sektor swasta memilih aspek apa yang akan ditingkatkan.

Perguruan tinggi juga dapat membantu LSM untuk melakukan pengembangan kapasitas dasar bagi masyarakat melalui program kuliah kerja nyata (KKN) ataupun pengabdian masyarakat, di mana mahasiswa beserta dosen dapat dikerahkan untuk terjun ke daerah wisata.

Masih banyak potensi di Indonesia yang belum tergali dan membutuhkan perhatian banyak pihak. Selain itu, dengan arah pergerakan kebijakan pariwisata yang menekankan keberlanjutan, otomatis itu menjadi tanggung jawab bersama.

Sandiaga Uno menekankan hal tersebut ketika membicarakan pengelolaan sampah plastik di desa wisata. Dia menekankan adanya kolaborasi antar berbagai pihak. Kepemimpinan pariwisata ke depan akan semakin menekankan pada sistem kolaborasi antar berbagai stakeholder.

Dengan berkolaborasi membangun daerah wisata, pariwisata Indonesia akan melesat lebih jauh dan menyumbang PDB yang lebih besar. Terlebih, tujuan mengembangkan dan menerapkan kemitraan kolaboratif adalah untuk memberikan pendekatan holistik untuk implementasi pariwisata berkelanjutan yang mencakup semua pemangku kepentingan.

Memiliki banyak potensi daerah pariwisata membuat Indonesia dapat mengambil peran dalam narasi pariwisata global. Indonesia dapat menggaungkan narasi sustainability tourism dengan menonjolkan kearifan lokal dan keunikan daerah-daerah di Nusantara. Desa wisata sebagai pilar utamanya.

Stakeholder pariwisata di Indonesia mulai bergerak membangun desa wisata berdasarkan prinsip Sustainable Tourism Development. Salah satu perusahaan BUMN, PT Telkom, mengembangkan Desa Timbuseng di Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Memanfaatkan potensi kekayaan flora dan fauna yang Desa Timbuseng miliki, PT Telkom dan Desa Timbunseng berkolaborasi membuat kawasan hutan bambu menjadi daerah ekowisata.

Indonesia juga punya Desa Kijon Pijul yang ada di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kawasan desa ini menjadi percontohan karena berhasil menerapkan prinsip Sustainable Tourism Development. Konsep wisata Desa Pujon Kidul berpusat pada pertanian dan peternakan. Ketika wisatawan berkunjung ke sana, mereka dapat menanam sayuran, memerah sapi, hingga memetik sayuran.

Dengan konsisten mengembangkan berbagai desa wisata dan mengusung konsep sustainable tourism development, Indonesia akan menjadi pemain penting dalam kancah pariwisata domestik dan global. Ini hanya bisa dilakukan dengan kolaborasi antar pihak. Memanfaatkan kekuatan masing-masing, Indonesia dapat memimpin narasi sustainable tourism.

Semua sumber daya harus dikerahkan agar itu bisa terjadi. Melihat banyaknya pihak yang sudah turun tangan mengembangkan potensi pariwisata, saya yakin Indonesia akan menjadi pemain kunci dalam pariwisata global. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi