KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas pada Januari 2023 menunjukkan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, masih menduduki bakal calon presiden (capres) dengan elektabilitas tertinggi.
Diberitakan Kompas.com, Rabu (22/2/2023), Ganjar berada di urutan pertama dengan tingkat elektabilitas 25,3 persen.
Sementara itu, Prabowo menduduki peringat kedua dengan elektabilitas sebesar 18,1 persen. Menyusul, Anies berada di posisi ketiga dengan capaian 13,1 persen.
Berlangsung pada 25 Januari 2023 hingga 4 Februari 2023, jajak pendapat oleh Litbang Kompas ini melibatkan 1.202 responden dari 38 provinsi.
Masih menempati tiga teratas, lantas, bagaimana peluang Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan saat pemilihan presiden (Pilpres) 2024?
Baca juga: Survei Nama-nama Capres Potensial di 2024, Ganjar Nomor 1
Baca juga: Jalan Panjang Puan Maharani Menuju Kursi Ketua DPR RI
Peluang ketiganya bergantung pada partai politik
Pasalnya, Indonesia saat ini masih menganut presidential threshold sebesar 20 persen, sehingga pencalonan presiden akan sangat bergantung pada partai politik atau koalisinya.
"Sangat bergantung dengan partai politik, sebab sesungguhnya tiga-tiganya bisa memungkinkan batal sebagai calon presiden," terang dia, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/2/2023).
Menurut Ubedilah, hasil survei Litbang Kompas versi responden patut menjadi perhatian publik dan elit partai politik.
Baca juga: Bagaimana Peluang Ganjar dan Puan pada Pilpres 2024?
Penetapan capres dipegang koalisi partai politik
Namun demikian, keputusan penetapan capres masih dipegang oleh koalisi partai politik, dan bukan semata-mata murni hasil jajak pendapat.
Ganjar Pranowo misalnya, sebagai pemegang tahta elektabilitas capres saat ini, Ubedilah menyebutnya akan gigit jari jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tidak mencalonkannya.
Hal serupa akan terjadi pada Prabowo, turut gigit jari jika Partai Gerindra tidak bisa berkoalisi dengan partai lain atau ditinggalkan partai politik lain.
"Sebab Gerindra suara hasil pemilu 2019 lalu tidak sampai 20 persen," katanya lagi.
Baca juga: Jejak Prabowo di Pilpres 2009, 2014, dan 2019
Dosen UNJ ini melanjutkan, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga berpotensi gagal jika Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sosial (PKS) keluar dari Koalisi Perubahan.
Seperti diketahui, Koalisi Perubahan adalah koalisi antara Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat dalam menghadapi Pilpres 2024.
"Anies juga akan gigit jari. Apa yang saya kemukakan tersebut sesunguhnya mau menunjukan bahwa betapa kuatnya posisi partai politik dalam menentukan calon presiden," papar Ubedilah.
Baca juga: Kenapa PDIP Belum Deklarasi Capres 2024? Ini Kata Pengamat
Prediksi jika ketiganya jadi capres 2024
Ubedilah pun memaparkan analisis jika PDI-Perjuangan tidak mengusung Ganjar Pranowo.
Menurut dia, kemungkinan akan ada empat calon yang menghiasi Pilpres 2024, serta akan ada dua putaran pemilihan.
Jika Ganjar, Prabowo, dan Anies benar-benar menjadi capres 2024, Pilpres pun masih berpotensi terjadi dalam dua putaran.
"Jika dua putaran terjadi, ada kemungkinan akan terjadi head to head antara Prabowo melawan Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo melawan Anies Baswedan," tutur dia.
Jika head to head itu terjadi, Ubedilah menduga Anies Baswedan akan memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
Sebab, pendapatnya, mayoritas pemilih muda yang berjumlah hampir 60 persen akan menjatuhkan pilihan ke mantan Gubernur DKI ini.
"Begitu juga pemilih Prabowo, jika dua putaran, mayoritas akan memilih Anies Baswedan jika head to head-nya antara Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan," tandasnya.
Baca juga: Puan Curhat Banyak Tak Disukai Orang, Apa Penyebabnya?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.