Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Megaria, Bioskop Tertua yang Masih Beroperasi hingga Kini

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata
Bioskop Metropole, gedung bioskop pertama di Indonesia.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Sejarah perfilman di Indonesia tak bisa lepas dari peran bioskop Megaria.

Bioskop Megaria mulai dibangun pada 1949 dan beroperasi pada 1951.

Bangunan bioskop ini merupakan rancangan arsitek Belanda Han Groenewegen. 

Harian Kompas, 22 November 2015 mencatat, film pertama yang diputar kala itu berjudul Annie Get Your Gun yang dibintangi Barbara Hutton.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat peresmian, sejumlah tokoh turut hadir, seperti istri wakil presiden Rahmi Hatta, Sultan Hamengku Buwono IX, dan H Agus Salim.

Awal 1950-an itu merupakan masa-masa perjuangan bagi industri film Indonesia untuk bisa diputar di bioskop-bioskop ternama.

Sebab, bioskop-bioskop ternama, termasuk Metropole masih cenderung memilih untuk memutar film impor.

Sepanjang 1966, film-film Jepang bahkan sempat merajai bioskop-bioskop di Indonesia, termasuk Megaria.

Baca juga: Studi: Menonton Film Horor Dapat Membakar Kalori Layaknya Berjalan Kaki 30 Menit

Pada dekade itu, bioskop dengan kapasitas 1.000 penonton tersebut menjadi salah satu yang terbaik dan bergengsi di Jakarta.

Gedung biskop Megaria juga menempati area yang sangat strategis, yaitu di sudut persimpangan dua jalan ramai, Jalan Cikini-Jalan Proklamasi (Pegangsaan Timur) dan Jalan Diponegoro.

Persimpangan tersebut merupakan gerbang masuk ke kawasan permukiman elite Menteng.

Sejarah nama Megaria

Harian Kompas, 15 Maret 2007 memberitakan, bioskop Megaria mulanya bernama Metropole.

Akan tetapi, namanya diganti menjadi Megaria pada 1960-an, karena Bung Karno tidak menyukai nama berbau Belanda itu.

Setelah bergabung dengan kelompok bioskop 21 Cineplex pada 1990-an, namanya diganti lagi menjadi Metropole 21.

Sempat diganti lagi dengan nama Megaria, kini bioskop tersebut berubah menjadi Metropole XXI.

Namun, setelah ruang bioskop dipecah-pecah menjadi empat teater kecil, pamor Megaria justru merosot dan cuma jadi tujuan penonton film kelas dua.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kebakaran Bioskop Laurier Palace di Kanada, 78 Anak Tewas

Arditya W Fitrianto dalam tulisannya berjudul "Pudarnya Gemerlap Metropole" yang dimuat dalam Harian Kompas, 26 Januari 2003 mencatat, gaya arsitektur bangunan yang diusung oleh Groenewegen cukup menarik.

Sebab, terlihat massa bangunan utama yang berbentuk seperti kapal dengan kepalanya sebagai pintu masuk.

Ornamen garis vertikal yang rapat mencoba untuk mengurangi bentuk massa yang terlalu solid.

Kemudian dipadu dengan komposisi menara yang diletakkan di bagian sudut yang cukup strategis, terlihat dari arah Menteng maupun Jalan Proklamasi.

Baca juga: Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Pertama di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi