Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Korsel Semakin Tidak Ingin Punya Anak, Bagaimana dengan Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS/LEAH KELLEY
Ilustrasi ibu hamil, wanita hamil.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Korea Selatan dilaporkan kembali menjadi negara dengan tingkat kesuburan paling rendah di dunia.

Artinya, banyak wanita asal Negeri Ginseng itu yang tidak melahirkan anak.

Kondisi ini berbeda dari Indonesia di mana angka kelahiran anak tergolong masih tinggi.

Berdasarkan data World Bank pada 2020, warga Indonesia memiliki tingkat kesuburan 2,2. Ini berarti setiap wanita di Tanah Air melahirkan 2 anak.

Kondisi berbeda dialami Korea Selatan yang hanya memiliki tingkat kelahiran 0,8 pada 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka ini lalu menimbulkan kekhawatiran mengenai resesi seks di Korea Selatan.

Baca juga: Jepang dan Korsel Alami Resesi Seks, Apa Penyebabnya?

Lalu, bagaimana perbandingan tingkat kelahiran anak di Korea Selatan dan Indonesia saat ini?


Tingkat kelahiran di Korsel

Al Jazeera melaporkan (22/3/2023), Badan Pusat Statistik Korea Selatan merilis data terbaru mengenai jumlah rata-rata kelahiran bayi di negara tersebut.

Hasilnya, pada 2022, hanya ada 0,78 bayi yang diharapkan lahir dari seorang wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya. Angka tersebut turun dari 0,81 bayi pada 2021. Jumlah rata-rata kelahiran di ibu kota Seoul bahkan lebih rendah hanya 0,59.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap wanita asal Korea Selatan tidak pasti melahirkan satu anak semasa hidupnya.

Jumlah tersebut juga merupakan angka kelahiran terendah di antara negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Anggota organisasi itu memiliki angka rata-rata 1,59 pada 2020. Sementara rata-rata kelahiran bayi Amerika Serikat 1,64 dan 1,33 di Jepang.

Baca juga: Kepala BKKBN Bantah Indonesia Alami Resesi Seks, Apa Alasannya?

Lebih lanjut, data yang dirilis menunjukkan, sebanyak 249.000 bayi lahir di Korea Selatan tahun lalu. Angka ini turun dari 260.000 pada 2021.

Usia rata-rata seorang wanita melahirkan juga naik menjadi 33,5 tahun pada 2022.

Sementara itu, jumlah kematian di sana mencapai 372.800. Jumlah ini naik dari 317.680 orang meninggal dunia pada 2021.

Populasi Korea Selatan memuncak pada 51,84 juta orang pada 2020 tapi lalu turun menjadi 51,74 juta pada 2021.

Dari perhitungan tersebut, Korea Selatan perlu meningkatkan kesuburan menjadi 2,1 per wanita agar populasi negara tersebut tetap sama.

Baca juga: Apa Itu Resesi Seks yang Berpotensi Dialami Indonesia, Penyebab, dan Dampaknya?

Bagaimana dengan Indonesia

Berdasarkan data dari Wisevoter, Indonesia memiliki tingkat kesuburan 2,1 pada 2023. Artinya, satu wanita Indonesia melahirkan rata-rata 2 anak.

Diberitakan Kompas.com (27/4/2022), jumlah kelahiran pada 2022 mencapai 691.259 jiwa sedangkan jumlah kematian adalah 1.580.865 jiwa.

Data dari Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 273.879.750 orang pada 2022.

Angka ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk sebanyak 2.529.861 jiwa dibandingkan 2020.

Baca juga: Indonesia Berpotensi Alami Resesi Seks, Ini Dampaknya Menurut Sosiolog

Dari data tersebut, Indonesia memiliki tingkat kelahiran jauh lebih tinggi daripada Korea Selatan.

Dilansir dari Kompas.com (16/2/2023), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa angka kelahiran di Indonesia masih tinggi.

Ia menyatakan, jumlah kehamilan di Indonesia menyentuh angka 4.884.711 menurut data BKKBN 2021.

Di antara jumlah ini, 4.438.141 bayi lahir dalam keadaan hidup sedangkan 22.257 bayi lahir mati.

Baca juga: Apa Itu Resesi Seks yang Berpotensi Dialami Indonesia, Penyebab, dan Dampaknya?


Dari data ini, ia menyimpulkan Indonesia tidak memiliki resesi seks atau berkurangnya jumlah pasangan yang aktif secara seksual untuk memiliki keturunan.

Terlepas dari itu, Kompas.com memberitakan (27/1/2023), ada kemungkinan orang Indonesia mengalami resesi seks di masa depan.

Menurut sosiolog dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Anis Farida, ada banyak anak muda di usia siap menikah yang cenderung untuk menunda pernikahan dan memiliki anak. Alasannya, demi karier atau untuk melanjutkan pendidikan.

Meski begitu, ia menilai resesi seks belum akan terjadi dalam waktu dekat di Indonesia.

Indonesia sendiri diyakini akan menerima bonus demografi hingga 2045. Artinya, akan ada peningkatan penduduk usia produktif antara 16 hingga 65 tahun yang mendominasi Tanah Air.

Baca juga: Kepala BKKBN Bantah Indonesia Alami Resesi Seks, Apa Alasannya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi