Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 1 Jan 1970

Adinegoro: Wartawan, Sastrawan, dan Kejujuran

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia
Djamaluddin Adinegoro adalah seorang tokoh nasional dengan keahlian yang beragam.

Oleh: Rangga Septio Wardhana dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Djamaluddin Adinegoro adalah wartawan dan sastrawan yang lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 14 Agustus 1904. Sebenarnya, Adinegoro bukan nama asli. Pria itu lahir dengan nama Djamaludin dengan gelar Datuk Maradjo Sutan.

Djamaluddin memakai nama samaran tersebut agar karangannya dapat menarik pembaca dari Jawa. Ternyata, nama samaran ini jauh lebih populer dari nama sebenarnya. Oleh karena itu, ia mulai dikenal dengan nama Djamaluddin Adinegoro.

Sosok ini terkenal karena perjuangannya membangkitkan kesadaran pemuda Indonesia melalui media surat kabar (pers) demi terwujudnya negara yang merdeka. Hal ini juga dikisahkan dalam siniar Tinggal Nama bertajuk “Djamaluddin Adinegoro: Pelopor Jurnalistik Indonesia” dengan tautan akses dik.si/TNDjamaludin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wartawan dan Perjalanan Kejujuran

“Hanya ada satu mata uang yang berlaku di mana-mana. Bukan Gulden Negeri Belanda, bukan Deutche Mark Jerman, bukan Poundsterling Inggris, dan bukan pula Dolar Amerika. Mata uang itu bernama kejujuran.”

Baca juga: 5 Racun Paling Mematikan Di Dunia

Kalimat tersebut adalah rangkuman catatan perjalanan jurnalistik Adinegoro dalam buku Melawat ke Barat saat menjelajahi eropa di usia 22 tahun. Saat itu, Adinegoro memperdalam pengetahuan jurnalistiknya di Jerman pada 1926.

Adinegoro memulai kariernya sebagai wartawan majalah Cahaya Hindia. Setiap pekan, ia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut. Pria itu juga merangkap sebagai wartawan lepas di surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia).

Setelah menyelesaikan pendidikan di Jerman pada 1931, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka. Namun, hal tersebut hanya bertahan enam bulan, sebelum akhirnya memimpin surat kabar Pewarta Deli pada 1932 hingga 1942.

Setelah Indonesia Merdeka, Adinegoro bersama Prof.Dr. Supomo memimpin majalah Mimbar Indonesia sejak 1948 hingga 1950. Setahun kemudian, pada 1951, pria itu menjadi pemimpin Yayasan Pers Biro Indonesia. Adinegoro juga tercatat sebagai pekerja di Kantor Berita Nasional.

Sebagai wartawan, Adinegoro senantiasa menulis atas dasar fakta, sumber terpercaya, dan data kredibel. Sosok ini menempatkan ilmu jurnalistik bukan sekadar cerita biasa. Dia mampu memberikan referensi terperinci mengenai berita yang disampaikan.

Adinegoro mampu menjadi sosok wartawan yang ‘komplet’. Ia mampu bekerja sebagai reporter sekaligus fotografer, infografer, dan kartografer. Ia juga sangat memahami bahwa karya jurnalistik dapat bermanfaat menjadi produk bersarana informasi multichannel, yaitu koran, jurnal, buku, dan materi siaran radio.

Itu sebabnya, sosok ini berhasil menjadi pelopor perkembangan jurnalistik menjelang Indonesia merdeka. Adinegoro juga menjadi salah satu orang yang mencetuskan gagasan terbentuknya Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 1945.

Sastrawan dan Pengembaraan Tulisan

Selain wartawan, Djamaluddin Adinegoro juga dikenal sebagai sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Karyanya yang terkenal adalah novel Asmara Jaya dan Darah Muda yang terbit pada 1928. Melalui kedua novel tersebut, Adinegoro berupaya menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan.

Baca juga: Mengelola Emosi Negatif di Lingkungan Kerja

Ajip Rosidi dalam buku Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1982) menyebutkan Adinegoro merupakan pengarang Indonesia yang berani melangkah lebih jauh untuk menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan.

Selain dua novel itu, Adinegoro juga berhasil menulis novel rangkuman perjalanan dalam tiga jilid dengan judul Melawat ke Barat (1987). Dengan buku ini, ia mengukuhkan profesinya sebagai wartawan sekaligus sastrawan.

Pada tahun 1950, atas ajakan Mattheus van Randwijk, Adinegoro membuat atlas pertama berbahasa Indonesia.

Atlas tersebut dibuat di Amsterdam bersama Adam Bachtiar dan Sutopo yang kemudian menerbitkan Atlas Semesta Dunia (1952). Adinegoro juga menerbitkan ensiklopedia pertama dalam bahasa Indonesia berjudul Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia (1954).

Jika menganalisis hasil karya Adinegoro, cerminan kejujuran selalu ada dalam setiap kata yang tersusun.

Dalam tiap laporan jurnalistik dan bukunya, ia mengubah kata ke bahasa Indonesia, seperti Celebes menjadi Sulawesi, Borneo menjadi Kalimantan, Batavia menjadi Bogor, dan Buitenzorg menjadi Bogor.

Setelah Akhir Hayat

Setelah berkarya selama puluhan tahun, Djamaluddin Adinegoro meninggal dunia pada 8 Januari 1967 di Jakarta. Wartawan tersebut wafat saat berusia 68 tahun.

Setelah wafat, Adinegoro dianugerahi gelar Perintis Pers Indonesia oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk penghargaan yang diberikan kepada insan pers. Hadiah Adinegoro menjadi tanda penghargaan tertinggi bagi setiap karya jurnalistik yang muncul setiap tahunnya.

Lantas, bagaimana kisah lengkap Djamaluddin Adinegoro dalam menjadi pelopor jurnalistik Indonesia?

Temukan jawabannya dalam siniar Tinggal Nama episode “Djamaluddin Adinegoro: Pelopor Jurnalistik Indonesia” di Spotify.

Dengarkan juga berbagai seru dan inspiratif lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNDjamaludin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Yohanes Enggar Harususilo
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi