Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pelajaran dari "Emancipation"

Baca di App
Lihat Foto
media sosial
Film Emancipation
Editor: Sandro Gatra

SETELAH dicekal panitia penyelenggara Anugerah Oscar akibat menempeleng Chris Rock yang berulang kali menghina istri Will Smith di hadapan hadirin upacara Anugerah Oscar, sang penerima Anugerah Oscar sebagai aktor terbaik di dalam film King Richard memenuhi permintaan sutradara Antoine Fuqua untuk berperan utama dalam film “Emancipation”.

Will Smith sengaja menguruskan badan serta tampil sedemikian kumal demi lebih meyakinkan peran sebagai seorang budak yang punggungnya penuh bekas luka akibat cambukan oleh para centeng pemilik budak.

Film yang digarap dengan teknik sinematografi warna hitam-putih itu berkisah tentang sekelompok budak yang melarikan diri menerabas kawasan rawa ke Baton Rouge untuk bergabung dengan angkatan bersenjata Abraham Linclon yang ingin menghentikan politik perbudakan di Amerika Serikat.

Sebagai film tentang peradaban perbudakan di Amerika Serikat, sebenarnya Emancipation tidak terlalu istimewa apalagi jika dibandingkan dengan novel abolisionis Harriet Beecher Stowe “Uncle Toms Cabin” maupun novel dan film otobiografi Solomon Northup “Seven Years as Slave” yang mengerikan itu.

Namun dari film berlatar belakang Perang Saudara Amerika Serikat yang digarap di kawasan rawa Lousiana itu, saya banyak memetik pelajaran sejarah antara lain bahwa Baton Rouge memegang peran strategis untuk menentukan kemenangan laskar Utara terhadap Selatan dengan keberhasilan tentara kulit hitam membungkam meriam-meriam yang dipersiapkan untuk melumpuhkan angkatan bersenjata Abraham Lincoln.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film “Emancipation” secara politically corect juga menampilkan adegan-adegan pendayagunaan ayat-ayat kitab suci agama untuk membius perasaan para budak agar ikhlas menerima nasib penderitaan mereka sebagai budak yang dipaksa memetik kapas maupun membangun rel kereta api untuk mengangkut bedil dan meriam ke medan perang yang ingin membebaskan kaum budak.

Dari pembiusan yang terkisah di dalam Emancipation dapat dimengerti alasan Karl Marx sempat menuding agama disalah-gunakan untuk membius masyarakat.

Besar kemungkinan bahwa para pendukung gerakan White Supremacist terutama kaum Ku Klux Klan tidak akan suka menonton film Emancipation yang memang membuka luka lama zaman perbudakan yang memang merupakan noda cemar yang melekat pada sejarah peradaban Amerika Serikat yang seharusnya lebih baik ditutup ketimbang dibuka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi