Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Diffuse Axonal Injury yang Dialami Korban Penganiayaan Mario Dandy Satrio ?

Baca di App
Lihat Foto
Yaqut Cholil Qoumas
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menjenguk anak dari pengurus GP Ansor yang menjadi korban penganiayaan oleh anak pegawai Ditjen Pajak. (Dok Pribadi)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus penganiyaan yang dialami anak kader GP Ansor, D (17), oleh Mario Dandy Satrio (20), anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, masih terus menjadi perhatian publik.

Diberitakan dari Kompas.com, Jumat (24/2/2023), korban masih belum sadarkan diri hingga Jumat (24/2/2024) sore.

Anggota Bidang Cyber dan Media PP GP Ansor sekaligus rekan ayah korban, Ahmad Taufiq menjelaskan, korban penganiayaan Mario itu mengalami diffuse axonal injury.

"Menurut Dokter bahwa ananda David kena diffuse axonal injury," ujar Taufiq saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (24/2/2023).

Taufiq melanjutkan, korban sejak Rabu (22/2/2023) malam telah dipindah ke Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta Selatan, untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa itu diffuse axonal injury (DAI)?

Baca juga: Membaik tapi Belum Sadar, Korban Penganiayaan Anak Pejabat Ditjen Pajak Terkena Diffuse Axonal Injury

Apa itu diffuse axonal injury?

Dikutip dari Pusat Nasional Informasi Bioteknologi AS (NCBI), diffuse axonal injury (DAI) adalah jenis cedera otak traumatis (TBI) yang diakibatkan oleh cedera tumpul pada otak.

Di Amerika Serikat, cedera otak traumatis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di kalangan anak-anak dan dewasa muda.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa ada lebih dari 1,5 juta kasus cedera otak traumatis yang dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat.

Cedera otak traumatis diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan skala koma Glasgow (GCS). Pasien cedera otak traumatis dengan GCS 13 sampai 15 tergolong ringan, yang termasuk mayoritas pasien cedera otak traumatis.

Pasien dengan GCS sembilan hingga 12 dianggap memiliki cedera otak traumatis sedang, sedangkan pasien dengan GCS di bawah delapan diklasifikasikan memiliki cedera otak traumatis berat.

Baca juga: Anak Pengurus GP Ansor yang Dianiaya Terkena Diffuse Axonal Injury, Apa Itu?

Penyebab diffuse axonal injury

Dilansir dari Medical News Today, DAI bisa terjadi ketika pukulan atau sentakan keras yang tiba-tiba ke kepala menyebabkan kerusakan pada otak.

Setelah pukulan, otak bisa bertabrakan dengan bagian dalam tengkorak, yang bisa mengakibatkan robeknya serabut saraf. Cedera terjadi ketika otak bergeser dan berputar di dalam tengkorak.

Hal ini dapat memengaruhi kemampuan berbagai bagian otak untuk berkomunikasi dengan bagian lain, yang dapat menyebabkan masalah neurologis, serta koma, gangguan jangka panjang, atau kematian.

DAI adalah penyebab paling umum dari koma, kecacatan, dan keadaan vegetatif persisten pada orang dengan Cedera Otak Traumatik (TBI).

Secara klinis, pakar kesehatan mendefinisikan DAI sebagai kehilangan kesadaran yang berlangsung selama 6 jam atau lebih setelah cedera.

Ini juga dapat menyebabkan perubahan perilaku, sosial, fisik, dan kognitif pada seseorang yang mungkin bersifat sementara atau permanen.

Baca juga: Operasi Pendarahan Otak dan 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan

 

Penyebab dan faktor risiko diffuse axonal injury

DAI lebih sering terjadi pada kecelakaan traumatis berenergi tinggi di mana otak berputar atau bergerak maju atau mundur di dalam tengkorak.

Biasanya, jenis trauma ini melibatkan gerakan percepatan dan perlambatan.

Jika kekuatan ini cukup kuat, mereka dapat merusak akson, menyebabkan interkoneksi saraf ini tidak berfungsi atau terputus dan memengaruhi banyak area otak.

DAI umumnya memengaruhi area otak yang mengandung akson:

  • Materi putih lobus frontal
  • Materi putih lobus temporal
  • Corpus callosum
  • Batang otak

Penyebab utama DAI meliputi:

  • Kecelakaan kendaraan bermotor
  • Kecelakaan terkait olahraga
  • Kekerasan
  • Jatuh yang tidak disengaja, yang lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua
  • sindrom bayi terguncang

Gejala diffuse axonal injury?

Dikutip dari Healthline, gejala umum DAI adalah kehilangan kesadaran yang biasanya berlangsung enam jam atau lebih. Jika DAI ringan, orang mungkin tetap sadar tetapi menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak lainnya.

Gejala-gejala ini bisa sangat bervariasi, karena bergantung pada area otak mana yang rusak, beberapa meliputi:

  • Disorientasi atau kebingungan
  • Sakit kepala
  • Mual atau muntah
  • Mengantuk atau kelelahan
  • Kesulitan tidur
  • Tidur lebih lama dari biasanya
  • Kehilangan keseimbangan atau pusing

Mereka dengan DAI yang lebih parah dapat mengalami kehilangan kesadaran dan tetap dalam keadaan vegetatif. Manifestasi neurologis lain dari DAI dapat mencakup disautonomia.

Istilah ini menggambarkan ketika sistem saraf otonom tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gejalanya mungkin termasuk:

  • Detak jantung istirahat cepat
  • Pernapasan dangkal yang cepat
  • Keringat berlebih
  • Hipertermia. 

Pilihan pengobatan

Tindakan segera yang diperlukan dalam kasus DAI adalah mengurangi pembengkakan di dalam otak, karena hal ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Dalam kasus tertentu, rangkaian steroid akan diberikan untuk mengurangi pembengkakan.

Tidak ada operasi yang tersedia untuk orang yang mengalami DAI. Jika cederanya parah, ada kemungkinan keadaan vegetatif atau bahkan kematian. Namun jika DAI ringan hingga sedang, rehabilitasi dapat dilakukan.

Program pemulihan akan tergantung pada individu, tetapi mungkin termasuk:

  • Terapi berbicara
  • Terapi fisik
  • Terapi rekreasi
  • Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi
  • Pelatihan peralatan adaptif
  • Penyuluhan. 

Nah, itu lah penjelasan mengenai diffuse axonal injury, kondisi yang dialami korban penganiyaan yang dialami anak kader GP Ansor, D (17). 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi