Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kutukan Mumi Itu Nyata?

Baca di App
Lihat Foto
britannica
Topeng emas firaun Mesir Tutankhamun. Topeng ini ditemukan di Makam firaun Mesir, Tutankhamun.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Di pertengahan abad ke-20, banyak orang percaya akan kutukan mumi. Orang yang membuka makam mumi diyakini akan meninggal atau mengalami kesialan akibat kutukan di dalamnya.

Kepercayaan akan kutukan mumi ini terlihat dari film-film bertema sama yang rilis saat itu.

Contohnya film The Mummy's Curse (1944) dan The Curse of the Mummy's Tomb (1964).

Ketakutan akan kutukan mumi ini muncul setelah beberapa arkeolog yang terlibat dalam pembukaan makam meninggal dunia.

Orang saat itu menganggap mereka tewas karena membuka makam mumi yang terkutuk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, benarkah kutukan mumi itu nyata?

Baca juga: Ratusan Mumi dan Piramida Ratu Mesir Kuno Ditemukan di Dekat Makam Raja Tut


Meninggal usai buka makam mumi

Kabar akan adanya kutukan mumi menyebar di kalangan warga Inggris usai George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris Raya, jatuh sakit dan meninggal pada 1923.

Menurut Live Science (23/9/2022), Herbert merupakan pendonor di misi pencarian dan penggalian makam Raja Mesir Tutankhamun.

Arkeolog Inggris Howard Carter berhasil menemukan makam itu pada November 1922 di Lembah Para Raja dekat Luxor, Mesir.

George Herbert dan Howard Carter lalu membuka makam itu bersama-sama. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, Herbert meninggal.

Kejadian yang disebut terjadi akibat kutukan mumi itu tidak hanya dirasakan Herbert.

Dilansir Daily JSTOR (22/8/2019), Sir Bruce Ingham, teman Carter, menerima hadiah pemberat kertas yang terbuat dari tangan mumi. Nahas, rumahnya lalu terbakar habis.

Pemodal Amerika George Jay Gould yang pernah mengunjungi makam tersebut juga tertular pneumonia dan meninggal pada 16 Mei 1923.

Kejadian-kejadian ini lalu membuat publik semakin yakin kutukan mumi sungguh ada dan bisa membunuh seseorang.

Baca juga: Peti Mati dan Mumi Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Kuil Kuno Mesir

Asal kutukan mumi

Dikutip dari National Geographic, ahli Mesir Dominic Montserrat berusaha menyimpulkan bahwa konsep adanya kutukan mumi dimulai dari pertunjukan aneh di London abad ke-19.

Dalam pertunjukan ini, ada adegan yang menunjukkan mumi asli Mesir dibuka. Hal ini dilakukan agar bisa jadi ide bagi penulis lainnya.

Sementara itu, ahli epidemiologi Mark R. Nelson menyatakan bahwa kutukan mumi dipicu oleh cerita dari karya sastra.

Contohnya penulis Little Women, Louisa May Alcott yang menerbitkan cerita pendek "Lost in a Pyramid" atau "The Mumy's Curse" pada 1869.

Ia juga menjelaskan bahwa konsep kutukan mumi itu mendahului penemuan makam Tutankhamun. Ini karena karya seni tentang kutukan itu sudah ada paling tidak 100 tahun sebelum Herbert dan Carter menemukan makam tersebut.

Ronald Fritze, seorang profesor sejarah di Universitas Negeri Athena di Alabama menambahkan, publik di masa Yunani dan Romawi sering mengasosiasikan masyarakat Mesir kuno dengan kutukan dan sihir.

Ia juga menyatakan bahwa saat banyak orang asing datang ke Mesir untuk melihat mumi, warga setempat merasa terganggu. Lalu, muncullah cerita fiksi yang menceritakan tentang kutukan yang berhubungan dengan mumi.

Mitos kutukan mumi lalu membesar di publik. Banyak koran dan novel menuliskan tentang ini, termasuk Arthur Conan Doyle penulis novel Sherlock Holmes.

Baca juga: Arkeolog Temukan Mumi dengan Lidah Emas Berusia 2.000 Tahun di Mesir

Fakta kutukan mumi

Ahli Mesir asal Universitas American di Kairo Salima Ikram percaya bahwa konsep kutukan memang ada di Mesir kuno sebagai bentuk sistem keamanan yang primitif.

Dia mengatakan bahwa beberapa dinding makam di Giza dan Saqqara bertuliskan kutukan untuk menakuti orang yang akan mengganggu tempat peristirahatan kerajaan. Isi kutukan itu berupa ancaman dari dewa dan kematian akibat hewan buas.

Sedangkan soal kematian ilmuwan, beberapa ahli menyakini George Herbert meninggal akibat infeksi kuman atau patogen. Hal ini dinyatakan oleh Sylvain Gandon seorang peneliti Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris.

Studi laboratorium menunjukkan beberapa mumi purba membawa jamur, termasuk Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.

Keduanya dapat menyebabkan kemacetan atau pendarahan di paru-paru. Bakteri penyerang paru-paru seperti Pseudomonas dan Staphylococcus juga dapat tumbuh di dinding makam.

Baca juga: Kedai Kopi Tertua di Dunia, Berusia Ratusan Tahun hingga Rutin Disinggahi Voltaire

Faktanya, tim peneliti penulis artikel di jurnal International Biodeterioration & Biodegradation mengungkapkan bahwa organisme yang menciptakan bintik-bintik coklat di makam Tutankhamun sudah tidak aktif.

Mark Nelson, seorang profesor epidemiologi di Universitas Monash Australia juga tidak menemukan bukti bahwa arkeolog yang masuk ke dalam makam akan selalu meninggal.

Studi yang dilakukan terhadap 25 orang yang bekerja atau masuk ke makam mumi justru membuktikan bahwa mereka yang masuk ke dalam makam hidup sampai usia 70 tahun. Usia ini terbilang cukup tinggi bagi masyarakat pertengahan abad ke-20.

Selain itu, profesor epidemiologi di University of Hawaii di Manoa F. DeWolfe Miller tidak percaya makam di bawah tanah berusia 3.000 tahun itu memiliki mikroorganisme aneh di dalamnya yang bisa membunuh seseorang enam minggu kemudian.

Setelah diperiksa, George Herbert ternyata meninggal dunia akibat infeksi, bukan kutukan. Ia menderita infeksi akibat luka yang didapat dari bekas gigitan nyamuk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi