Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Menelisik Kehidupan Keluarga Chaebol di Korea

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/Lifestylememory
Chaebol adalah keluarga konglomerat Korea yang paling berpengaruh.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Dalam kehidupan sosial, ada berbagai kalangan dengan lapisan yang berbeda, mulai dari yang miskin, menengah, hingga kaya raya. Begitu pula di Korea Selatan. Bahkan, mereka memiliki sebutan tersendiri untuk keluarga konglomerat, yaitu chaebol.

Salah satu drama Korea terbaru yang diperankan oleh Yoon A dan Lee Jun Ho, King The Land, mengisahkan kehidupan keluarga chaebol yang terlibat gejolak asmara dengan salah satu karyawannya.

Informasi ini disampaikan dalam Kamjagiya Korea! episode “Upcoming Drama “King The Land”” dengan tautan dik.si/KamKorKTL.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Keluarga Chaebol di Korea Selatan

Mengutip Verdict, chaebol sendiri berasal dari bahasa Korea chae (kekayaan) dan bol (klan). Secara harfiah, chaebol adalah para konglomerat yang membangun bisnis keluarga dan mampu mendominasi industri Korea Selatan. Sebut saja SAMSUNG, Hyundai, LG, SK, dan Lotte.

Baca juga: Mengapa Agensi Penting untuk Grup Idola Korea?

Istilah ini muncul pada tahun 60–70-an karena adanya transformasi ekonomi Korea Selatan yang dimulai setelah Park Chung Hee mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 1961.

Pemerintahan Park dari tahun 1963 hingga 1979 berfokus pada pertumbuhan ekonomi Korea Selatan memberikan insentif kepada perusahaan Korea untuk meningkatkan ekspor.

Selain itu, ia juga berencana memulihkan Korea dengan membangun industri baru, seperti produksi baja, galangan kapal, dan elektronik.

Itu sebabnya, insentif yang diberikan pun tak hanya berupa uang, melainkan juga akses kredit luar negeri yang lebih mudah, pinjaman bersubsidi, dan keringanan pajak.

Sayangnya, strategi ini hanya menyasar beberapa perusahaan saja. Sebab, pengalaman Korea Selatan dalam industri berat semacam itu masih minim.

Jadi, hanya perusahaan yang dipercaya oleh pemerintah yang mendapat pinjaman asing dan diperlakukan istimewa oleh Presiden Park.

Faktor lain yang membuat chaebol semakin menjamur karena adanya kesenjangan pengetahuan dan keterampilan.

Perusahaan-perusahaan baru yang mencoba mendobrak bisnis chaebol pun lebih dulu bangkrut. Bahkan, karena kendala sumber daya, mereka pun turut diakuisisi oleh pesaing mereka (chaebol baru yang telah dipilih Park).

Apakah Chaebol Berpengaruh terhadap Politik Korea Selatan?

Jika melihat dari sejarah, Pemerintah Korea Selatan dan chaebol telah lama memiliki hubungan simbiosis. Banyak pemimpin di Seoul menyamakan kesuksesan chaebol dengan kemakmuran Korea Selatan pascaperang.

Mengutip CFR, saat ini, beberapa politisi bahkan mengandalkan chaebol untuk mendapatkan dukungan uang selama kampanye dan sering memuji keberhasilan ekonomi chaebol sebagai kesuksesan nasional.

Sementara itu, chaebol meminta imbalan untuk meringankan undang-undang dan kebijakan publik agar menguntungkan mereka.

Hal inilah yang meningkatkan angka korupsi di Korea Selatan karena menormalisasikannya. Sama seperti di Indonesia, tindakan ini pun juga menyulut amarah para masyarakat Korea. Dalam beberapa dekade, pertumbuhan ekonomi negeri ginseng itu telah turun sebanyak tiga persen. Di sisi lain, para chaebol semakin makmur.

Meski begitu, banyak pula chaebol yang melakukan korupsi, termasuk para pemimpin SAMSUNG, Hyundai, Lotte, dan SK.

Namun, lagi-lagi sama seperti di Indonesia, kebanyakan dari mereka tak berada di penjara dalam waktu yang lama. Banyak dari mereka yang membayar denda, menerima pengampunan presiden, atau menerima penangguhan hukuman oleh pengadilan.

Selain itu, ada pula salah satu kasus yang sempat menyita banyak perhatian dari dunia internasional, yaitu kudeta Presiden Park Geun Hye pada 2017 silam. Perempuan nomor satu ini diturunkan secara paksa karena ia meminta suap dari banyak chaebol.

Akhirnya, pada April 2018, dia dijatuhi hukuman dua puluh empat tahun penjara dan denda hampir 17 juta dolar. Sebelumnya, skandal korupsinya ini memicu aksi protes jalanan besar-besaran selama berbulan-bulan.

Baca juga: 4 Tanda Kamu Berada di Keluarga Toxic

Melansir Kompas, meski sudah dijatuhi hukuman penjara, Park Geun Hye menyebut dirinya sebagai korban balas dendam politik. Dia menolak untuk menghadiri persidangannya sejak Oktober 2017.

Pernikahan “Sedarah” Keluarga Chaebol

Mengutip Pulse News, keluarga chaebol juga memiliki ketentuannya tersendiri dalam hal pernikahan. Untuk menjaga harta dan warisan, mereka saling menikahkan anak untuk kepentingan bisnis.

Masih dalam sumber yang sama, menurut studi CEO Score, pada kasus pernikahan di 55 konglomerat, 48,3 persen dari 317 nama keluarga merupakan pernikahan antar chaebol. Kecenderungan tersebut semakin tinggi pada generasi muda dengan rasio 50,7 persen.

Salah satunya adalah pernikahan antara putri tertua ketua Amorepacific dan putra tertua Bokwang Investment.

Ingin tahu informasi terkini lainnya seputar grup idola hingga budaya Korea? Yuk, dengarkan Kamjagiya Korea! hanya di Spotify.

Akses juga episode-episode lainnya yang tak kalah seru dalam playlist YouTube Medio by KG Media. Akses juga episode ini melalui tautan dik.si/KamKorKTL.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi