Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Stasiun Samarang, Stasiun Pertama di Indonesia yang Kini Telah Hilang

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Wikimedia Commons
Ilustrasi Stasiun Samarang NIS di Hindia Belanda yang diresmikan pada 10 Agustus 1867.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, Stasiun Samarang merupakan stasiun pertama yang ada di Indonesia.

Kepastian mengenai status stasiun pertama ini didapatkan setelah penelusuran yang dilakukan oleh Indonesian Railway Preservation Society (IRPS).

Mereka yang terlibat di dalamnya adalah Tjahjono Rahardjo, Deddy Herlambang, dan Karyadi Baskoro.

Harian Kompas, 27 Februari 2014 memberitakan, informasi awal Stasiun Samarang didapatkan dari peta-peta kuno koleksi Koninklijk Instituut voor de Tropen dan foto-foto koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data itu kemudian dipadukan dengan peta dari citra satelit melalui Google Earth.

Penulusuran itu juga mengacu pada buku Spoorwegstations op Java karya Michiel van Ballegoijen de Jong (Amsterdam, 1993).

Tepat tanggal 10 Agustus 1867, untuk pertama kali resmi dioperasikan angkutan penumpang kereta api dari Stasiun Samarang menuju Tangoeng (Tanggung) sepanjang 25 kilometer melintasi Halte Allas-Toewa (Alas Tua) dan Broemboeng (Brumbung).

Pembangunan stasiun dan jalur berlangsung selama tiga tahun, dimulai pada 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJW Baron Sloet va Beele.

Adalah Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan swasta Belanda yang ada di balik eksistensi Stasiun Semarang itu.

Baca juga: Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Pertama di Indonesia


Bangunan awal

Bangunan Stasiun Samarang awal semula berbentuk "U" terbuka ke arah timur dan mengarah ke jalur rel.

Jalur rel pertama dibangun pada 1864-1867 sepanjang 25 kilometer dan menghubungkan Stasiun Samarang hingga Stasiun Tangoeng (Tanggung).

Belanda membangun jalur tersebut agar bisa mengangkut hasil bumi berupa kopi, tembakau, teh, dan gula menuju pelabuhan.

Dulunya, Stasiun Samarang berada dalam satu kawasan di Kelurahan Kemijen, Semarang, bersama Stasiun Semarang Gudang, dan Stasiun Kemijen.

Dalam buku Spoorwegstations op Java, terdapat foto Stasiun Samarang yang diambil pada 1867.

Kondisinya tak jauh beda dengan Stasiun Tanjung Priok dan Stasiun Jakarta Kota yang masih tegak berdiri.

Stasiun itu kemudian tumbuh menjadi maskapai kereta api terbesar di antara 18 maskapai yang pernah beroperasi di Indonesia.

Kompleks Stasiun Samarang awalnya memiliki lima bangunan penting, yakni personenstation (stasiun penumpang), goederenstation (stasiun barang), vaart van het station (stasiun kanal), werkplaatsen (bengkel atau balai yasa), dan station chef (rumah dinas kepala stasiun).

Baca juga: Mengenal Gereja Sion, Gereja Tertua di Indonesia, Berdiri sejak 1693

Tak berfungsi sejak penjajahan Jepang

Harian Kompas, 20 Maret 2009 mencatat, bangunan itu sudah tak berfungsi sejak Jepang masuk ke Indonesia.

Berdasarkan pengakuan warga setempat, bangunan bekas Stasiun Samarang sudah ditinggali warga sejak masa pendudukan Jepang.

"Stasiun ini sudah tidak difungsikan sejak Jepang masuk ke Indonesia. Makanya kemudian ditinggali oleh para pensiunan pegawai KA," kata seorang warga dan pensiunan pegawai KA bernama Ramelan.

Sementara itu, mantan kondektur kereta api bernama Masnohadi menyebut, bangunan Stasiun Samarang telah banyak dirombak sehingga hanya menyisakan sedikit ciri fisik sebuah stasiun.

Saat ini, kompleks perkeretaapian bersejarah itu jejaknya banyak yang hilang.

Penurunan permukaan tanah membuat kawasan kompleks Kemijen tergenang limpasan air laut pasang (rob) dan berubah jadi rawa.

Berdirinya Pelabuhan Tanjung Emas pada 1985 membuat kompleks bersejarah itu kerap dihantui banjir, dengan permukaan tanah yang terus menurun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi