Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

3 Alasan Orang Tak Percaya pada Motivator

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/benzoix
Banyak orang yang kini enggan mendengarkan perkataan motivator.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Kita sering kali mendapati seminar, acara, hingga unggahan media sosial yang diisi oleh para motivator. Di sana, mereka memberikan kalimat-kalimat motivasi dengan harapan bisa membangkitkan semangat audiensnya.

Namun, ternyata beberapa dari warganet merasa bahwa motivator tak memberikan pengaruh apa pun terhadap hidupnya. Bahkan, beberapa dari mereka menganggap kisah motivator tak realistis.

Dua alumni SUCI X, Kukuh Adi dan Muhammad Dwik, dalam siniar Balada +62 bertajuk “Jangan Dengerin Kata Motivator untuk Kejar Passion!” dengan tautan dik.si/Balada62E1 juga merasa demikian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, mengapa banyak orang yang kini tak terpengaruh oleh perkataan para motivator?

1. Garis Awal yang Tak Sama

Banyak warganet yang merasa kurang relate dengan kisah hidup para motivator. Hal ini terjadi jika sang motivator sudah berada di keluarga yang sangat berkecukupan dalam memulai bisnis atau usahanya.

Para motivator yang menyasar audiens dengan tingkat ekonomi yang berbeda, tentu saja kurang memberikan dampak terhadap mereka. Itu sebabnya, garis awal sangat menentukan kesuksesan seseorang.

Baca juga: Perlukan Punya Teman di Kantor?

Jika seorang motivator sudah berada di keluarga kaya raya dan ia mengalami kegagalan berkali-kali, tentu saja ia bisa bangkit kembali dengan bantuan keluarganya. Namun, ini tentunya berbeda jika ada orang miskin yang gagal berkali-kali, mereka tentu harus memutar otak untuk mencari dana yang lebih berisiko.

2. Terlalu Menjual Omongan Tak Realistis

Motivator bisa diundang untuk berbicara ketika dirinya sudah sukses. Namun, sering kali apa yang mereka bicarakan kurang realistis untuk ukuran manusia. Misalnya, saat mengalami kegagalan, alih-alih sedih, kita diberikan petuah untuk terus berjuang.

Tak hanya itu, mereka juga kerap menjual saran agar kita terus bekerja keras agar bisa mencapai tujuan dengan mengesampingkan tantangan yang menghadang. Padahal, dalam prosesnya tidaklah mudah.

Ada darah dan keringat, bahkan perasaan yang pasti akan bergejolak. Mereka seakan lupa bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki emosi dan butuh istirahat. Jadi, jika sedang lelah mengejar tujuan, ada baiknya untuk beristirahat sejenak.

3. Terlalu Sering Menjual Pencapaian

Selain itu, ada pula beberapa motivator yang terlalu menjual pencapaian mereka. Misalnya, “Bisa meraih posisi A hanya dalam waktu satu tahun” atau “Bisnis sukses hanya dalam satu bulan”.

Klaim-klaim seperti itu tentu memiliki faktor lain agar mereka bisa sukses. Tentunya, kerja keras saja tidak cukup. Pencapaian dengan waktu singkat terdengar kurang realistis bagi masyarakat awam. Bahkan, mereka bisa saja tak menghiraukan ucapan sang motivator.

Baca juga: Kenapa Self Awareness Penting?

Alih-alih mengglorifikasi pencapaian, ada baiknya para motivator fokus menceritakan tantangan cara menghadapinya agar audiens bisa langsung mempraktikkan.

Meski begitu, mau seinspiratif apa pun seorang motivator, nyatanya yang bisa membawa diri berubah adalah kita sendiri. Jadi, temukanlah motivator–tak harus orang–yang dapat membantumu bangkit dari keterpurukan.

Dengarkan perbincangan lengkap Kukuh Adi dan Dwik seputar topik ini hanya melalui siniar Balada +62 bertajuk “Jangan Dengerin Kata Motivator untuk Kejar Passion!” dengan tautan dik.si/Balada62E1.

Di sana, kita akan mendengarkan obrolan mengenai topik-topik yang ramai dibicarakan dengan perspektif baru, namun tetap menggunakan argumentasi yang logis.

Tunggu apalagi? Yuk, subscribe YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi