Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Klub Bola Deportivo Palestino, Didirikan Imigran Palestina yang Lari dari Perang

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar Instagram Deportivo Palestino
Pemain Deportivo Palestino
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Tidak banyak yang mengetahui tentang Deportivo Palestino, klub sepak bola yang berasal dari Chile.

Deportivo Palestino atau Club Deportivo Palestino (CD Palestino) didirikan pada 1920 di Kota Santiago, ibu kota Chile.

Klub yang bermarkas di Estadio Municipal de La Cisterna ini berlaga di liga utama Chile, Campeonato Nacional.

Palestino di nama klub merupakan kata dari bahasa Spanyol yang berarti Palestina.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nama itu tak sekadar disematkan sebagai identitas klub, tetapi memiliki arti lebih dari itu. 

Baca juga: 10 Klub Sepak Bola di Dunia dengan Pemilik Terkaya

Meski berasal dan berlaga di kompetisi sepak bola Chile, Deportivo Palestino mempunyai keterkaitan dengan sejarah Palestina.

Tak hanya pada namanya, ikatan kuat dengan Palestina juga ditunjukkan dari warna merah, hijau, putih, dan hitam yang ada di logo dan jersey klub.

Warna-warna itu identik dengan bendera Palestina.

Klub beruluk “Arabes” ini juga mempunyai sponsor utama Bank of Palestine.

Baca juga: Mengenal St Pauli, Klub yang Menyatukan Sepak Bola, Musik, dan Gerakan Sosial

Sejarah berdirinya Deportivo Palestino

Dilansir dari trtworld, Chile merupakan rumah bagi komunitas imigran asal Palestina terbesar di luar Timur Tengah, dengan jumlah sekitar 450 ribu hingga 500 ribu orang.

Kelompok imigran paling awal tiba di Chile pada tahun 1885. Mereka melarikan diri dari Perang Krimea.

Gelombang selanjutnya berdatangan selama Perang Dunia I, Perang Palestina 1948, dan saat pembentukan negara Israel.

Kebanyakan dari imigran Palestina tersebut beragama Kristen, agama yang dulunya dianut oleh mayoritas warga Palestina.

Dikutip dari Guardian, sebagian besar imigran yang datang ke Chile bekerja sebagai petani dan pengrajin. Mereka juga terpelajar.

Baca juga: Globalisasi Laskar Pelangi Lewat Sepak Bola 

Datang lalu kemudian memulai hidup baru di Chile, komunitas imigran Palestina mendirikan Club Deportivo Palestino pada 20 Agustus 1920 di La Cisterna, tempat komunitas Palestina banyak bermukim.

Komunitas Palestina memandang sepak bola sebagai salah satu cara untuk mengintegrasikan dan melestarikan warisan dari negara leluhur mereka.

Walaupun sudah berdiri sejak 1920, Deportivo Palestino baru mengikuti kompetisi di liga utama Chile pada 1950.

Sejak itu, klub yang juga memiliki julukan “Tetracolores” itu menjadi kebanggaan warga keturunan Palestina di Chile.

Beberapa pesepak bola Chile-Palestina yang bermain di Deportivo Palestino pernah membela timnas Palestina, seperti Roberto Bishara, Alexis Norambuena, dan Luis Antonio Jumenez.

Luis Antonio sendiri bahkan berhasil masuk timnas Chile.

Baca juga: Football Vs Soccer, Mengapa Ada Dua Istilah untuk Sepak Bola?

Kontroversi nomor punggung gambar peta Palestina

Pada 2014, dalam tiga pertandingan di Januari, Deportivo Palestino mengenakan jersey dengan nomor punggung berupa gambar peta Palestina sebelum 1948, atau sebelum dicaplok Israel.

Memakai jersey itu, mereka berhasil memenangkan ketiga pertandingan tersebut.

Pemakaian jersey itu memantik protes dari komunitas Yahudi di Chile. Mereka menganggap pengenaan jersey adalah tindakan politisasi agama dan menuduh Deportivo Palestino anti-Israel.

Buntut protes tersebut, federasi sepak bola Chile memanggil presiden klub, Maurice Khamis Massu dan melarang penggunaan jersey peta Palestina. Selain itu, klub juga didenda sebesar 15.000 dolar Amerika.

Namun, kontroversi itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi komunitas Palestina di sana.

Jersey nomor punggung 11 membentuk peta Palestina laris manis dibeli para penggemar.

Baca juga: Sejarah Lagu You’ll Never Walk Alone Milik Liverpool yang Ikonik 

Selain itu, kemenangan dalam tiga pertandingan saat jersey dikenakan dinilai sebagai penghargaan untuk rakyat Palestina terutama di Gaza.

“Kemenangan itu adalah kegembiraan bagi rakyat Palestina yang menderita. Peristiwa mengerikan di Gaza telah memperkuat hubungan kami dengan Palestina dan akar kami,” ucap Massu, salah satu penggemar.

Presiden Federasi Palestina-Chile mengatakan kemenangan itu sebagai perjuangan Palestina.

“Menjadi sangat penting dalam beberapa tahun terakhir karena konflik di Gaza yang memburuk,” ucapnya.

“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang perjuangan Palestina dan mempromosikan persatuan komunitas Palestina di Chile,” lanjutnya.

Baca juga: Kisah Keluarga Palestina, Melarikan Diri dari Perang di Gaza, Tewas dalam Gempa Turkiye

Prestasi klub

Deportivo Palestino tak sekedar pelengkap di liga sepak bola Chile. Mereka juga mampu meraih sederet prestasi.

Dikutip dari laman Palestino, Deportivo Palestino pernah dua kali juara liga kasta kedua Chile, dua kali juara liga utama Chile, dan tiga kali juara Copa Chile.

Dua gelar liga kasta kedua Chile diraih pada1952 dan 1972.

Sedangkan juara liga utama Chile direngkuh pada 1955 setelah tiga tahun mengikuti kompetisi. Prestasi itu diulang pada 1987.

Kemudian pada 1975 dan 1977 mereka menjuarai Copa Chile.

Lalu pada tahun 2018, kembali berhasil memenangkan Copa Chile untuk ketiga kalinya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Karaiskakis yang Menewaskan 21 Suporter Sepak Bola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi