Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Bayangan Mirip Cacing di Mata, Apakah Berbahaya?

Baca di App
Lihat Foto
Twitter
Tangkapan layar twit soal bayangan mirip cacing di mata
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Beberapa orang kerap mendapati bayangan menyerupai cacing di mata. 

Salah satunya warganet Twitter ini, menanyakan maksud dari bayangan cacing yang menghalangi pandangannya.

"Ada yg pernah ga ngeliat kelangit atau tempat terang gitu trs liat cacing2 ini? Tapi kalo diliatin malah ngelak.. itu apa ya? Penyakit bukan?" tanya pengunggah, Kamis (2/3/2023).

Menanggapi pengunggah, beberapa warganet mengatakan bahwa bayangan cacing tersebut dinamakan floaters.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apakah Mata Minus Bisa Berkurang Secara Alami? Ini Penjelasan Dokter

"Itu namanya floaters," komentar salah satu warganet.

"Floaters, Jgn sering liat yg terang-terang nder trs biasanya ini ada di org yg minusnya tinggi," kata warganet lain.

"Oalahh namanya floaters, aku sering kaya gini klo hbis liat yg silau2, trs jg sering ada kaya kunang2 gitu klo lg sakit kepala alias darah rendah," timpal pengguna lainnya

Twit soal bayangan mirip cacing di mata pun menarik perhatian hingga menuai lebih dari 69.000 tayangan dan lebih dari 890 suka dari warganet hingga Kamis sore.

Baca juga: 7 Gejala Penyakit yang Dapat Dideteksi dari Mata

Lantas, apa nama bayangan mirip cacing di mata tersebut dan seperti apa penyebabnya?


Penjelasan dokter mata

Dokter mata di Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (JEC) Gitalisa Andayani menjelaskan, bayangan mirip cacing di mata tersebut benar disebut dengan floaters.

"Floaters adalah istilah bayangan titik-titik, benang-benang, cacing, sarang laba-laba, atau rambut jagung warna gelap yang melayang-layang dalam lapang pandang kita," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Gitalisa menambahkan, bayangan tersebut biasa bergerak dengan pergerakan bola mata.

Floaters sendiri biasanya muncul saat menatap sesuatu yang terang, seperti langit, layar komputer atau ponsel, atau dinding dan lantai berwarna putih.

Baca juga: Cek Apakah Mata Anda Minus, Ini Gejalanya

Menurut dia, sebagian besar floaters disebabkan penuaan. Saat seseorang mengalami degenerasi karena usia, terjadi perubahan vitreus atau badan kaca, yaitu gel yang mengisi rongga bola mata.

Sebagian gel akan mencair seiring bertambahnya usia. Di sisi lain, protein atau kolagen yang terkandung di dalamnya juga ikut berubah.

"Sehingga timbul awan-awan atau benang-benang halus yang menimbulkan bayangan pada retina atau lapisan saraf yang melapisi dinding dalam bola mata," terang dia.

Sebagian besar terjadi karena penuaan, Gitalisa mengatakan bahwa floaters umumnya menyerang orang berusia 50 tahun ke atas.

Namun, orang dengan mata minus kemungkinan akan mengalami floaters di usia lebih muda lantaran degenerasi vitreus lebih cepat terjadi.

Baca juga: Apakah Mata Minus Bisa Berkurang Secara Alami? Ini Penjelasan Dokter

Floaters yang perlu diwaspadai

Gitalisa menjelaskan, floaters perlu diwaspadai apabila terjadi pada:

  • Timbul secara mendadak
  • Ada riwayat diabetes
  • Ada riwayat cedera mata atau trauma
  • Pasien pasca-operasi mata
  • Ada penyakit mata lain.

Menurutnya, bisa jadi floaters merupakan pertanda perdarahan vitreus, retina robek atau ablasio retina (retinal detachment), maupun radang dalam bola mata (uveitis).

"Kalau floaters sudah sejak lama dialami dan tidak progresif, umumnya tak berbahaya. Tapi kalau mendadak muncul atau bertambah, segera periksa ke dokter mata," kata dia.

Biasanya, pasien akan diberi obat tetes untuk melebarkan pupil. Hal ini bertujuan agar dokter mata bisa mengamati vitreus dan retina.

Adapun pengobatan, Gitalisa mengatakan bahwa bergantung pada kelainan yang ditemukan.

Baca juga: Penjelasan Dokter soal Apakah Mata Merah Korban Kanjuruhan akibat Gas Air Mata Bisa Sembuh?

Rutin cek mata

Dokter mata ini menambahkan, apabila memiliki mata minus, penting untuk cek berkala selama enam bulan hingga satu tahun sekali.

Pasalnya, mata minus atau disebut juga miopi merupakan faktor risiko beberapa penyakit mata, termasuk kelainan retina dan glaukoma.

Di samping itu, bagi seseorang dengan usia 40 tahun ke atas, cek mata perlu dilakukan setiap satu sampai dua tahun sekali.

"Dan kalau sudah usia 65 tahun ke atas setiap tahun cek mata," ungkapnya.

Lebih lanjut Gitalisa mengatakan, cek mata secara rutin lebih cepat dilakukan bergantung pada masing-masing keluhan atau penyakit.

Misalnya, pada pengidap diabetes, disarankan untuk rutin memeriksakan mata secara lengkap setiap tahun.

"Atau lebih cepat tergantung rekomemdasi dokter," tandasnya.

Baca juga: Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Kedaluwarsa, Apa Dampaknya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi