Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Soroti soal Potensi Gempa Sesar Cimandiri dan Lembang, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS
Peta Gempa direvisi berdasarkan hasil riset. Sejumlah sesar, seperti sesar Lembang dan patahan Sumatera di Lampung, dinyatakan lebih aktif dari sebelumnya sehingga berpotensi memicu gempa yang lebih besar.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan soal bahaya membangun di zona merah kawasan bencana. 

Pihaknya mengingatkan pemerintah daerah harus memperketat izin mendirikan bangunan (IMB) di kawasan-kawasan rawan bencana gempa bumi.

"IMB dan tata ruang ditetapkan ketat. Kalau zona merah jangan dibangun, sebab nanti jadi kuburan massal. Zona orange dan kuning, boleh dibangun namun syaratnya harus ketat," kata Dwikorita dalam acara di Sekolah Partai PDI-P Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Dwikorita yang mantan Rektor UGM itu juga mengingatkan soal Indonesia merupakan negara rawan gempa lantaran memiliki beberapa patahan atau sesar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah satu yang menurutnya harus diwaspadai, adalah Sesar Lembang dan Cimandiri. Kedua sesar tersebut memotong mulai dari Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Baca juga: Ingatkan Potensi Gempa, Kepala BMKG: Zona Merah Jangan Dibangun, Nanti Jadi Kuburan Massal

 

Sesar Cimandiri

Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan, Sesar Cimandiri berada di sekitar Sukabumi hingga Cianjur dan Padalarang.

"Memanjangnya ya kira-kira barat ke timur. Nah itu sesarnya memang sudah terdefinisi dengan baik, bahwa itu aktif dan ada potensi gempanya," kata Heri kepada Kompas.com, Minggu (5/3/2023).

Namun, catatan gempa yang pernah terjadi di sesar itu belum ada yang mirip dengan gempa Tukri Februari lalu.

Dalam sejarahnya, cukup banyak gempa bumi yang dipicu oleh Sesar Cimandiri.

Termasuk di antaranya adalah gempa sekitar Gunung Gede pada 1699, gempa Sukabumi pada 1879 dan 1900.

Kemudian gempa Cianjur pada 1844, gempa Rajamandala pada 1910, serta gempa di Sukabumi pada tahun 2000 yang memicu kerusakan parah.

Harian Kompas, 11 September 2012 mencatat, laju pergesaran di Sesar Cimandiri mencapai 8 milimeter per tahun.

Sesar ini juga menjadi satu dari empat sumber gempa bumi di Jakarta, selain Lempeng Indo-Australia di Selat Sunda, sesar Lembang, dan sesar Semongko.

Baca juga: Peneliti Belanda Prediksi Sulawesi Diguncang Gempa 8 Magnitudo Awal Maret Ini, BMKG: Potensinya Kecil

 

Sesar Lembang

Sementara itu terkait Sesar Lembang lokasinya diperkirakan berada di utara Bandung, Jawa Barat.

Ada sejumlah pendapat ahli terkait Sesar Lembang, di antaranya: 

  • Beberapa ahli berpendapat bahwa sesar ini sangat aktif dan bisa memicu gempa hingga lebih dari magnitudo M 7,0.
  • Sejumlah ahli menyebut Sesar Lembang memiliki karakteristik sesar yang 'kriting' atau terus bergerak dan tidak terkunci.
  • Pembentukan sesar Lembang disebut lebih ke arah vulkanik akibat letusan gunung Sunda.

Menurut Heri, belum terdefinisikannya Sesar Lembang secara pasti karena masih kurangnya data. Sementara para peneliti dapat menyimpulkan sebuah sesar berbasis hipotesis dan bukan data pengukuran. 

"Contohnya untuk bisa memahami sesar dengan baik kan harus ada jaringan pemantauan informasi, itu kan belum ada di Sesar Lembang. Di Cimandiri sudah ada, tapi masih kurang," kata dia. 

Untuk zona merah kawasan rawan gempa, Heru menjelaskan bahwa zona itu berlokasi di dekat sesar.

Semakin jauh suatu daerah dari sesar, maka warna zonasi tersebut semakin menguning hingga menghijau.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi