KOMPAS.com - Penyakit asam urat adalah salah satu jenis radang sendi akibat penumpukan kristal asam urat.
Menurut Kementerian Kesehatan, penyakit yang juga disebut gout ini bisa terjadi pada sendi mana pun, termasuk jari kaki dan tangan, lutut atau siku, dan pergelangan.
Namun, penderita asam urat biasanya lebih sering mengalami rasa nyeri di bagian jempol kaki.
Apa itu asam urat tinggi?
Asam urat adalah produk limbah yang ditemukan dalam darah. Dikutip dari Cleveland Clinic, bahan ini merupakan sisa saat tubuh memecah bahan kimia bernama purin.
Purin sendiri merupakan zat dalam tubuh manusia sebagai hasil dari metabolisme protein dalam makanan.
Normalnya, asam urat akan larut dalam darah, bergerak melewati ginjal, dan keluar dari tubuh melalui urine.
Namun, pada kondisi tertentu, asam urat bisa menumpuk dalam jaringan, menimbulkan peradangan atau inflamasi, bahkan membentuk benjolan atau tophus.
Selain menumpuk dan menimbulkan nyeri di persendian (gout), asam urat tinggi juga berpotensi mengendap di ginjal dan membentuk batu ginjal.
Jika tidak diobati, kadar asam urat tinggi bisa menyebabkan kerusakan tulang, sendi, maupun jaringan secara permanen, serta penyakit ginjal dan jantung.
Baca juga: 4 Sayuran Penurun Kolesterol dan Asam Urat, Bantu Turunkan Risiko Penyakit Kronis
Penyebab asam urat
Penyebab asam urat paling umum adalah terlalu banyak kadar asam urat dalam aliran darah, sehingga lama kelamaan akan membentuk kristal tajam dan menumpuk di bagian sendi.
Sementara itu, penumpukan asam urat terjadi karena banyaknya zat purin di dalam tubuh atau turunnya fungsi ginjal.
Purin dalam tubuh bisa berasal dari konsumsi makanan mengandung purin, seperti makanan laut, daging merah, jeroan, dan minuman beralkohol.
Di sisi lain, penurunan fungsi ginjal menyebabkan organ ini tak lagi bisa bekerja dengan baik untuk membuang asam urat dari dalam tubuh.
Selain dua penyebab tersebut, penyakit asam urat memiliki kemungkinan lebih besar untuk berkembang pada kondisi tertentu.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, berikut faktor risiko yang meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh:
Baca juga: Apa Itu Stroke: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganan
Tubuh orang dengan kelebihan berat badan akan memproduksi lebih banyak asam urat. Bukan hanya itu, ginjal juga akan bekerja lebih untuk menyaring dan mengeluarkan asam urat.
2. Kondisi medisPenyakit dan kondisi medis tertentu turut meningkatkan risiko asam urat. Beberapa kondisi medis yang dimaksud, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, sindrom metabolik, serta penyakit jantung dan ginjal.
3. Konsumsi obat-obatan tertentuAspirin dosis rendah dan beberapa obat untuk mengontrol hipertensi, termasuk diuretik thiazide, inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE), dan beta blocker, dapat meningkatkan kadar asam urat.
4. Keluarga pengidap asam uratJika anggota keluarga menderita asam urat, maka risiko untuk mengalami penyakit serupa pun akan lebih besar.
5. Usia dan jenis kelaminWanita cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih rendah. Oleh karena itu, penyakit ini lebih sering terjadi pada pria.
Namun, setelah menopause, wanita juga lebih berisiko terkena asam urat sama seperti pria.
Adapun pria, lebih mungkin terkena asam urat lebih awal, antara usia 30-50 tahun. Sedangkan, wanita umumnya mengalami tanda dan gejala setelah menopause.
Baca juga: 6 Sayuran Penurun Asam Urat, Rendah Purin dan Kaya Nutrisi
Gejala asam urat
Berikut sejumlah gejala asam urat yang patut diwaspadai:
1. Nyeri sendi yang intensGout biasanya menyerang jempol kaki, meski bisa terjadi pada sendi mana pun.
Sendi lain yang sering terserang nyeri akibat asam urat ini termasuk pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan dan jari-jari.
Rasa sakit paling parah yang dirasakan bisa berlangsung selama 4-12 jam pertama setelah serangan pertama mulai.
2. Rasa tidak nyaman setelah nyeriSetelah rasa sakit atau nyeri mereda, sendi akan merasakan ketidaknyamanan. Rasa tidak nyaman ini bisa berlangsung hingga beberapa hari atau minggu.
Pada serangan asam urat selanjutnya, rasa tidak nyaman bisa bertahan lebih lama dan memengaruhi lebih banyak persendian.
3. Peradangan dan kemerahanSendi yang terkena asam urat akan menjadi bengkak, terasa lunak, hangat, dan kemerahan.
Saat asam urat menyerang, penderita kemungkinan tidak dapat menggerakkan persendian secara normal.
Jika tiba-tiba mengalami nyeri hebat pada persendian, segera hubungi atau kunjungi dokter.
Pasalnya, asam urat yang tidak diobati dapat menyebabkan sakit luar biasa hingga kerusakan sendi.
Baca juga: 3 Jenis Buah yang Sebaiknya Tidak Dimakan Penderita Asam Urat
Pengobatan asam urat
Pengobatan asam urat fokus pada dua masalah berbeda. Pertama, membantu mengurangi peradangan dan rasa sakit akibat penyakit asam urat.
Yang kedua, mencegah komplikasi asam urat dengan menurunkan jumlah asam urat dalam darah.
1. Obat untuk menangani nyeri asam uratObat yang digunakan untuk mengobati asam urat dan mencegah serangan, antara lain:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin (Bufferin), ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve).
- Colchicine (Colcrys, Mitigare).
- Kortikosteroid.
Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi mengurangi asam urat meliputi:
- Obat-obatan seperti allopurinol (Aloprim, Lopurin, Zyloprim) dan febuxostat (Uloric), membantu membatasi jumlah asam urat yang dihasilkan tubuh.
- Obat-obatan seperti probenecid (Probalan), membantu meningkatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan asam urat dari tubuh.
Baca juga: Waspadai Bahaya Asam Urat Tinggi, Berapa Kadar Asam Urat Normal?
Komplikasi penyakit asam urat
Masih dari Mayo Clinic, asam urat berpotensi menimbulkan beberapa komplikasi, termasuk:
- Kerusakan sendi.
- Terbentuknya tophi (tophus), yaitu penumpukan kristal asam urat di bawah permukaan kulit, sehingga muncul benjolan. Biasanya terbentuk di jari, tangan, kaki, dan siku.
- Batu ginjal, karena bisa menumpuk pada saluran kemih.
Pencegahan asam urat
Merujuk Kementerian Kesehatan, penyakit asam urat dapat membantu menurunkan risiko dan mencegah terjadinya penyakit asam urat.
Pencegahan penyakit ini, antara lain dengan:
- Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan menghindari dehidrasi.
- Olahraga secara teratur untuk menjaga berat badan tetap sehat.
- Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu.
- Membatasi konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan zat purin tinggi, seperti daging merah, minuman beralkohol, hingga makanan dan minuman tinggi fruktosa.
- Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan tinggi.