Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Manusia Kuno Mengawetkan Makanan Sebelum Ada Kulkas?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Anja Bauermann
Ilustrasi mengawetkan makanan

KOMPAS.com - Kita terbiasa mengawetkan makanan dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari pendingin.

Dilansir dari Kompas.com (2021), penemu kulkas sendiri adalah William Cullen, seorang ilmuwan kelahiran Skotlandia yang menempuh pendidikan di Universitas Glasglow di bidang kimia, fisika dan kedokteran.

Di tahun 1784, Cullen pertama kalinya melakukan eksperimen mesin pendingin sederhana.

Ia berhasil memastikan satu fakta ilmiah yang sudah dipraktikkan oleh nenek moyangnya, bahwa bakteri tak bisa berkembang di suhu dingin.

Cullen kemudian menggunakan pompa untuk menciptakan vakum parsial di atas sebuah tempat yang menampung dietil eter yang lantas dipanaskan. Uap air dari proses pemanasan tersebut ternyata berhasil menciptakan bongkahan es kecil-kecil.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari situlah, teknologi kulkas akhirnya berkembang makin modern dan canggih hingga kini.

Lantas, sebelum ada kulkas, bagaimana cara manusia kuno mengawetkan makanannya?

Baca juga: Sejarah Kulkas, Ilmu Kuno yang Disempurnakan dari Abad ke Abad


Menyimpannya di dalam kolam

Dilansir dari Livescience (25/10/2021), sebelum ada teknologi kulkas, manusia kuno harus mencari cara bagaimana memperlambat pertumbuhan mikroorganisme yang bisa membusukkan makanan.

Penemuan yang bisa menyingkap soal bagaimana manusia kuno mengawetkan makanan, salah satunya dimulai dari penemuan tulang panggul hewan mamut di Michigan tahun 2015 lalu.

Diperkirakan, lebih dari 11.000 tahun yang lalu, kawanan mamut berkeliaran di Amerika Utara.

Para pemburu mamut, tentu saja tak akan bisa menghabiskan dalam satu kali makan hewan yang besarnya serupa gajah Afrika tersebut.

Hingga akhirnya, para pemburu menaruh sisa mamut mereka ke dalam kolam untuk disimpan dan digunakan nanti.

"Kolam menawarkan tempat untuk menyimpan bagian bangkai," kata Daniel Fisher, seorang profesor dan kurator di Museum Paleontologi Universitas Michigan.

Bangkai sengaja ditempatkan di salah satu dari banyak kolam kecil dan dangkal yang menandai lanskap postglacial di Upper Midwest.

Pengawetan yang terjadi bukan karena dinginnya air, namun berkat kerja keras dari bakteri Lactobacilli yang hidup di air.

Fisher yakin perburuan itu mungkin terjadi pada musim gugur. Potongan besar mamut kemudian disimpan di air di kolam kecil terdekat, hingga dagingnya tetap bisa dimakan sampai musim panas berikutnya. 

Baca juga: 6 Ritual Kecantikan Purba yang Masih Digunakan hingga Kini

Mengubur di dalam tanah

Lalu, bagaimana dengan manusia kuno yang tinggalnya tak di dekat kolam? Ternyata ada cara lain untuk mengawetkan makanan yang dilakukan oleh manusia kuno.

Masih dari Livescience, mengubur makanan adalah cara cerdik lainnya untuk menjaga makanan tetap segar. Penguburan makanan akan melindungi makanan dari sinar matahari, panas, dan oksigen, yang semuanya memicu pembusukan.

Untuk mengubur makanan, manusia kuno memilih lahan serupa rawa, yaitu lahan basah air tawar dari tanah lunak dan kenyal yang sebagian besar terdiri dari bahan tanaman yang membusuk sebagian (gambut).

Lingkungan yang sejuk, rendah oksigen, dan sangat asam ini cocok untuk mengawetkan makanan yang mudah rusak.

Kata arkeolog, manusia kuno di Eropa Utara, biasa memasukkan makanan, termasuk mentega, ke dalam rawa untuk mengawetkannya.

Hal ini dipastikan semenjak mereka menemukan dan menarik gumpalan zat lilin seperti parafin dari kotoran yang ada di dalam air. Para peneliti melakukan analisis kimia pada zat lilin dan mengidentifikasinya sebagai produk susu.

Baca juga: Kedai Kopi Tertua di Dunia, Berusia Ratusan Tahun hingga Rutin Disinggahi Voltaire

Memasukkan ke dalam salju

Dikutip dari Livescience (8/2/2017), manusia kuno yang hidup di wilayah bersuhu dingin ekstrem, adalah yang paling leluasa mengawetkan makanan.

Orang Eropa khususnya, terbiasa mengawetkan makanannya dengan membawanya ke danau-danau yang membeku.

Ilmu mengawetkan makanan dengan suhu dingin sudah ditemukan dari ribuan tahun yang lalu.

Diawali di dataran China sekitar tahun 1000 SM, dimana orang akan mencari es atau salju dan memasukannya ke dalam rumah untuk digunakan mengawetkan makanan.

Sekitar lima ratus tahun kemudian, ditemukan fakta bahwa orang Mesir dan India memiliki tradisi meletakkan air dalam mangkuk-mangkuk gerabah di luar rumah semalaman suntuk untuk mendapatkan air yang membeku atau es.

Es ini kemudian mereka gunakan sebagai alat pengawet makanan, baik buah maupun sayuran.

Tradisi ini juga dilakukan oleh orang Yunani juga Romawi. Ketika salju tak ditemukan dalam suatu daerah, manusia-manusia kuno akan menggunakan bantuan air dari danau atau sumur yang memiliki suhu dingin

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Inten Esti Pratiwi
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi