Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Wanita Transgender Bisa Hamil Lewat Tranplantasi Rahim?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/zffoto
Ilustrasi ibu hamil. Mencegah stunting tidak perlu menunggu sampai anak lahir. Pencegahan stunting anak dapat dilakukan sedari pasangan belum menikah.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah video seorang wanita transgender yang menyatakan dirinya akan bisa hamil berkat tranplantasi uterus ramai diperbincangkan di media sosial Twitter.

Video tersebut diunggah akun ini pada Senin (6/3/2023).

"Pria menginginkan transplantasi rahim (uterus) dari seorang wanita," tulis pengunggah.

Dalam video tersebut, seorang wanita transgender menyatakan dia mungkin bisa hamil sekitar 10-20 tahun lagi berkat kemajuan teknologi.

Prosedur ini dilakukan dengan cara memindahkan uterus atau rahim dari tubuh wanita ke dalam tubuhnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di rahim tersebut, terdapat telur yang telah dibuahi. Lalu, janin akan berkembang dan lahir dari tubuh transgender tersebut.

"Tentu ini belum pernah terjadi pada wanita transgender. Tapi, ini menunjukkan betapa gilanya sains dan semua hal bisa terjadi," ujar orang dalam video tersebut.

Hingga Rabu (8/3/2023), video tersebut telah tayang sebanyak 358.900 kali, disukai 2.369 pengguna, dan di-retweet 376 kali.

Lalu, benarkah wanita transgender dapat hamil jika menerima transplantasi rahim dari tubuh wanita biasa?

Baca juga: Ramai soal Neovagina Transgender Berbau Feses, Apa Itu? Ini Penjelasan Dokter


Penjelasan dokter

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Ibu & Anak (RSIA) Anugerah, Semarang Indra Adi Susianto menyatakan, wanita transgender tidak akan mungkin mengalami kehamilan.

"Transgender ditakdirkan tidak mempunyai rahim dan ovarium sehingga tidak akan mungkin bisa hamil," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Ia menambahkan, mereka tetap tidak akan bisa hamil meskipun menjalani operasi. Hal ini karena mereka tetap tidak punya folikel sel telur karena secara genetik transgender tetaplah laki-laki.

Berkaca dari video tersebut, Indra menyebut bahwa prosedur transplantasi rahim memang seperti itu.

Caranya, rahim dan serviks akan ditanamkan ke tubuh pasien. Selanjutnya, embrio yang sudah dibuahi akan dimasukkan ke rahim. Jika berhasil, pasien akan hamil.

Selanjutnya, rahim itu akan kembali diangkat untuk mencegah reaksi penolakan dari tubuh pasien.

Indra menyatakan, jika operasi ini ingin diterapkan terhadap wanita transgender, harus dilakukan penelitian yang penjang terlebih dahulu.

Meski begitu saat ini, menurutnya, penelitian terkait transplantasi atau pemindahan rahim ke wanita transgender belum mendapatkan hasil yang pasti atau terbukti bisa dilakukan.

Namun, ia tidak menampik kalau wanita transgender mungkin bisa saja hamil dengan catatan adanya teknologi yang memungkinkan itu terjadi.

"Ke depan pasti bisa karena kemajuan teknologi, hanya membutuhkan riset yang panjang dan pertimbangan etik yang luas," ujarnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Transgender pada Kasus Zahad, Pria India yang Hamil dan Melahirkan...

Transplantasi rahim sulit dilakukan

Indra menjelaskan, prosedur transplantasi rahim harus melalui penelitian lebih lanjut jika ingin diterapkan pada wanita transgender.

Penelitian yang dilakukan juga tidak mudah. Hal ini karena para dokter memiliki berbagai pertimbangan sebelum melakukan tindakan tersebut.

"Karena tidak hanya organ saja yang ditanam, tapi juga mempertimbangkan hormonal dan anatomis wanita transgender yang berarti bahwa ini tidak mungkin mudah dilakukan," lanjutnya.

Menurutnya, wanita dan wanita transgender memiliki perbedaan hormon dan anatomi tubuh.

Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang dominan. Sementara wanita transgender yang secara genetik merupakan pria lebih dominan hormon testosteron.

Jika seorang wanita transgender ingin seperti wanita, maka mereka harus suntik hormon yang sesuai dengan kondisi wanita hamil secara terus-menerus.

Baca juga: Ibu Hamil Meninggal Usai Ditolak RSUD Subang, Kemenkes: RS Punya Kewajiban Beri Pertolongan Pertama

Perbedaan anatomi tubuh antara keduanya juga menjadi hal yang membuat prosedur transplantasi rahim ke wanita transgender susah dilakukan.

"Persyarafan dan anatomi cowok dan cewek berbeda. Suplai rahim berasal dari pembuluh darah uterina dan ovarica. Di transgender tidak ada," lanjutnya.

Indra menceritakan, pada awal 2022, sempat ada ahli bedah di New Delhi yang menyatakan akan segera melakukan transplantasi rahim pada seorang wanita transgender.

Operasi tersebut belum pernah berhasil dilakukan pada orang yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir.

Akibatnya, pengumuman tersebut memicu serangkaian reaksi atas implikasi dari prosedur tersebut.

Menurutnya, seharusnya ada penelitian yang panjang dan bertahap terlebih dahulu sebelum operasi itu diumumkan ke publik.

"Untuk memastikan bahwa prosedur ini aman dan efektif, banyak penelitian perlu dilakukan. Bermula pada model komputer, hewan, dan kadaver," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi