Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Guncang Jepang Berimbas Bencana Nuklir Terburuk Kedua dalam Sejarah

Baca di App
Lihat Foto
HO NEW/REUTERS
Gelombang tsunami menghantam Kota Miyako di Prefektur Iwate setelah gempa 9,0 magnitudo mengguncang wilayah Tohoku, 11 Maret 2011.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hari ini 12 tahun lalu, tepatnya 11 Maret 2011, gempa bumi magnitudo 9,1 dan tsunami mengguncang Jepang dan menyebabkan bencana nuklir dahsyat.

Dikutip dari The Guardian, gempa dan tsunami yang terjadi di Tohoku, sekitar 43 mil lepas pantai timur laut Honshu ini menewaskan lebih dari 18.000 jiwa.

Gempa besar ini turut memicu kehancuran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Okuma, Fukushima, Jepang.

Bahkan menurut History, bencana nuklir Fukushima tercatat sebagai bencana nuklir terburuk kedua dalam sejarah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setidaknya, lebih dari 100.000 orang direlokasi akibat tragedi ini.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004


Gempa terdahsyat Jepang picu gelombang tsunami

Dilansir dari Kompas.com (11/3/2020), gempa terjadi pada 11 Maret 2011 pukul 14.46 waktu setempat.

Pusat gempa terletak di 130 kilometer timur kota Sendai, prefektur Miyagi, Tohoku, dengan kedalaman 30 kilometer di bawah Samudera Pasifik.

Gempa ini disebut sebagai gempa terdahsyat dalam sejarah Negeri Sakura, dan terbesar keempat sepanjang sejarah dunia.

Usai gempa bumi mengguncang, gelombang setinggi 10 meter mendatangi pantai dan sebagian kota Sendai, lalu membanjiri bandara dan permukiman di sekitarnya.

Menurut beberapa laporan, gelombang air laut masuk ke daratan sejauh 10 kilometer dan menyebabkan Sungai Natori meluap.

Gelombang tsunami juga menghantam pantai merusak prefektur Iwate, tepat di utara prefektur Miyagi, serta Fukushima, Ibaraki, dan Chiba, prefektur di sepanjang Pantai Pasifik di selatan Miyagi.

Daerah lain yang diterjang tsunami adalah Kamaishi dan Miyako di Iwate, Ishinomaki, Kesennuma, dan Shiogama di Miyagi, serta Kitaibaraki dan Hitachinaka di Ibaraki.

Ketika air kembali ke laut, puing-puing bangunan ikut terseret beserta ribuan korban yang terjebak dalam banjir. Hamparan luas daratan pun tiba-tiba hilang terendam air laut.

Menurut Britannica, kecepatan tsunami yang menyebar dari pusat gempa mencapai 800 kilometer per jam.

Akibatnya, sejumlah kawasan lain di cekungan Pasifik juga mengalami gelombang tinggi.

Ombak setinggi 3,3 hingga 3,6 meter terlihat di pantai-pantai Kauai dan Hawaii, sementara ombak setinggi 15 meter tampak di Pulau Shemya.

Sembilan jam kemudian, gelombang tsunami setinggi 2,7 meter menghantam pantai-pantai di California dan Oregon, Amerika Utara.

Baca juga: PLTN Chernobyl dan Tragedi Nuklir Terburuk Sepanjang Sejarah

Bencana nuklir Fukushima

Di sisi lain, sesaat setelah gempa bumi, sistem di PLTN Fukushima mendeteksi guncangan, sehingga secara otomatis mematikan reaktor nuklir.

Dikutip dari Kompas.com (3/11/2021), generator darurat bertenaga diesel menyala agar pendingin tetap dipompa di sekitar inti reaktif. Sebab, inti reaktif masih sangat panas bahkan setelah reaktor berhenti.

Terjangan gelombang tsunami pertama tiba di PLTN Fukushima Daiichi, dan mampu dihadang tembok penghalang.

Akan tetapi, beberapa menit kemudian, disusul gelombang tsunami kedua setinggi lebih dari 14 meter yang menembus tembok penghadang dan membuat kekacauan di PLTN.

Saat itu, terjadi keadaan darurat nuklir, dan membuat pemerintah Jepang mengeluarkan perintah evakuasi penduduk yang tinggal dalam radius 1,9 mil atau 3 kilometer dari pembangkit listrik.

Selama keadaan darurat, masing-masing dari tiga reaktor nuklir di PLTN Fukushima berhasil ditutup, tetapi daya cadangan dan sistem pendinginnya gagal.

Akibatnya, sisa panas menyebabkan batang bahan bakar di ketiga reaktor meleleh sebagian.

Reaktor 1 meledak pada 12 Maret 2011, disusul dengan ledakan reaktor 3 pada 14 Maret 2021. Hal ini membuat zona evakuasi diperluas hingga radius 20 kilometer dari PLTN.

Tak hanya itu, PLTN juga mengalami sejumlah ledakan zat kimia yang merusak bangunan. Materi radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudera Pasifik, mendorong evakuasi dan meluasnya zona terlarang.

Pemerintah Jepang pun akhirnya mengevakuasi semua penduduk dalam radius 30 kilometer dari lokasi PLTN.

Tak ada korban jiwa saat bencana nuklir terjadi. Setidaknya 16 pekerja terluka karena ledakan, sementara puluhan lainnya terpapar radiasi saat berusaha mendinginkan reaktor dan menstabilkan PLTN.

Bencana Fukushima diklasifikasikan sebagai level tujuh oleh Badan Energi Atom Internasional, level tertinggi untuk peristiwa yang sama.

Di samping itu, bencana ini menjadi bencana kedua yang memenuhi klasifikasi setelah tragedi nuklir Chernobyl di Ukraina.

Pada 2012, Perdana Menteri Jepang saat itu, Yoshihiko Noda menuturkan, negara turut andil atas bencana ini.

Pada 2019, pengadilan kemudian memutuskan pemerintah ikut bertanggung jawab dan wajib membayar kompensasi kepada para pengungsi.

(Sumber: Kompas.com/Mela Arnani | Editor: Aditya Jaya Iswara, Inggried Dwi Wedhaswary)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi