KOMPAS.com - Lini media massa kembali ramai oleh video penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mertens (37).
Dalam video yang diunggah oleh KompasTV, Jumat (10/3/2023), pilot asal Selandia Baru itu tampak masih hidup dan dikawal oleh sejumlah pasukan bersenjata api.
Penyanderaan yang dilakukan oleh Egianys Kogoya dan kelompoknya dilaporkan sudah terjadi selama lebih dari sebulan, tepatnya sejak Selasa (7/2/2023).
Selama itu pula, misi penyelamatan belum membuahkan hasil.
Baca juga: LINK Live Streaming Update Penyanderaan Pilot Susi Air
Disorot media asing
Sejumlah media asing kembali ikut memberitakan video penyanderaan pilot Susi Air.
Terlebih sejak video penyanderaan kembali beredar dan viral.
Berkut beberapa media internasional yang turut menyoroti insiden penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mertens.
1. South China Morning Post (SCMP)Dalam artikel berjudul "Kidnapped New Zealand pilot shown alive in video released by Papua rebels" pada Jumat (10/3/2023), South China Morning Post menuliskan momen yang terjadi pada video penyanderaan pilot Susi Air.
Disebutkan bahwa pilot yang mengenakan jaket biru itu duduk di balok kayu dan dikelilingi separatis bersenjata.
Sang pilot diminta untuk membaca pernyataan yang tertulis di selembar kertas.
Disebutkan bahwa pilot tersebut tidak diizinkan untuk bekerja atau terbang di Papua sampai wilayah tersebut merdeka.
Selain itu, kelompok tersebut juga meminta agar PBB menengahi negosiasi kemerdekaan mereka.
Baca juga: Viral, Video KKB Sandera Pilot Pesawat Susi Air, Ini Kata Polda Papua
CBS17, stasiun televisi berlisensi ke Goldsboro, North Carolina, Amerika Serikat juga ikut menyoroti video penyanderaan Kapten Philip Mark Mertens.
Melalui artikel berjudul "Papua rebels release videos showing kidnapped NZ pilot alive" (10/3/2023), disebutkan bahwa video viral itu didistribusikan oleh juru bicara KKB Sebby Sambom.
Pihak militer setempat mengatakan bahwa video tersebut disebar sebagai bagian dari propaganda penyandera.
Baca juga: Profil Susi Air dan Insiden Pengusiran Pesawat dari Hanggar Malinau
Penyiar umum nasional nonkomersial Australia, ABC menuliskan berita video penyanderaan itu dengan judul "Video released by Papuan fighters holding NZ pilot hostage warns 'ordeal could go on for a long time'" pada Jumat (10/3/2023).
Dalam pemberitaan itu, disebutkan bahwa sang pilot menyampaikan pesan kepada keluarganya agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
Sebab, penyanderaan itu disebut bisa berlangsung lebih lama.
Dengan suara gemetar, Kapten Philip Mark Mertens menyakinkan isteri dan anaknya yang masih kecil.
Philip mengatakan bahwa selama disandera, dia dijaga sebaik mungkin.
"Maria dan Jacob, aku mencintaimu dan sangat merindukan kalian berdua. Aku memikirkanmu setiap hari. Cobalah untuk tidak mengkhawatirkanku," ungkapnya.
Baca juga: Pilot Susi Air yang Disandera: OPM Minta Mediasi PBB
4. The Washington PostThe Washington Post memberitakan video penyanderaan yang kembali viral itu dalam artikel berjudul "Papua rebels release videos showing kidnapped NZ pilot alive" pada Jumat (10/3/2023).
Artikel itu menggambarkan bahwa Kapten Philip Mark Mertens disuruh untuk membacakan surat pernyataan dan meminta PBB turun tangan untuk memediasi penyanderaan tersebut.
Para pilot asing juga tidak diizinkan untuk bekerja atau terbang di Papua hingga wilayah itu merdeka.
Video itu juga disinyalir hanya menjadi bagian dari propaganda penyandera.
Di sisi lain, video itu memperkuat dugaan bahwa sang pilot, Kapten Philip, masih hidup.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: PBB Didirikan, Bagaimana Awal Mulanya?
5. IndependentMedia berita Independent.co juga turut menyoroti video viral penyanderaan pilot Susi Air yang sudah sebulan lamanya.
Melalui artikel berjudul "New Zealand pilot held hostage by Papua rebels appears alive in new videos, Jumat (10/3/2023), disebutkan bahwa pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mertens diculik oleh pejuang kemerdekaan dari Tentara Pembebasan Papua Barat.
Kapten Philip tampak membacakan selembar surat yang dipegangnya dalam video yang kembali viral.
Dia menyatakan bahwa pilot asing dilarang bekerja atau terbang di Papua sampai mereka merdeka.
“Kami meminta Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik bersenjata antara Tentara Pembebasan Papua Barat dan Militer Indonesia di Papua,” katanya.
Baca juga: Mengapa Masalah KKB di Papua Tak Kunjung Teratasi?
Di sisi lain, Kapten Philip juga meminta keluarganya untuk tdak terlalu khawatir terhadap kondisinya.
Pasalnya, dia mengaku dirawat dan memiliki cukup makanan dan air.
Kapten Philip meminta agar gajinya dikirimkan langsung kepada isterinya.
Tak hanya itu, kelompok penyandera juga meminta sejumlah negara untuk berhenti menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Beberapa negara yang dimaksud, di antaranya Selandia Baru, Australia, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, China, dan Rusia.
Baca juga: Mengenal Vanuatu, Negara yang Kerap Kritik Indonesia soal Papua di PBB
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.