Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Warganet Malaysia Sebut Bumi Bakal Dilanda Kiamat Iklim pada 2040, Apa Maksudnya?

Baca di App
Lihat Foto
@farhaanrahmat
Tangkapan layar video kiamat iklim 2040.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah video unggahan warganet Malaysia yang mengatakan Bumi akan mengalami kiamat iklim pada 2040 ramai dibicarakan di media sosial TikTok.

Akun TikTok @farhaanrahmat membagikan video yang menjelaskan es di Antartika akan mencair dan suhu Bumi menjadi hangat.

Dua hal itu menunjukkan Bumi akan mengalami kiamat iklim.

"18 tahun lagi menuju 2040, dunia akan diprediksi mengalami kiamat iklim," ujar pengunggah.

Ia juga menyatakan akan ada banyak bencana alam yang terjadi saat itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diunggah pada Rabu (8/3/2023), hingga Selasa video tersebut telah tayang sebanyak 457.700 kali, disukai 36.100 warganet, dan mendapatkan 673 komentar.

Lalu, apa itu kiamat iklim dan benarkah akan terjadi di Bumi pada 2040?

Baca juga: Waspada, Prediksi Peneliti Badai Matahari Picu Kiamat Internet, Fenomena Apa Itu?


Tanggapan BMKG

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari mengungkapkan, kiamat iklim bisa benar-benar terjadi di Bumi pada 2040.

"Iya, jika laju pemanasan tidak melambat," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).

Supari menjelaskan, kiamat iklim merupakan istilah yang digunakan Dr Sharifah Mazlina, seorang warga Malaysia yang menjadi anggota tim ekpedisi ke Kutub Selatan untuk mencari tahu dampak perubahan iklim di kawasan Antartika.

"Istilah kiamat iklim sebetulnya merujuk kepada fenomena krisis iklim," tambahnya.

Krisis iklim merupakan krisis akibat perubahan iklim secara signifikan yang terjadi di seluruh dunia. Krisis ini terjadi berkat aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida.

Menurutnya, perubahan iklim yang signifikan ditandai dengan pemanasan suhu global hingga mencapai ambang batas 1,5 celsius di atas kondisi pra-industri.

Supari menjelaskan, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah panel ilmiah buatan PBB yang berisikan para ilmuwan perubahan iklim dari seluruh dunia, pada 2018 mengeluarkan laporan berjudul "Special Report on Global Warming of 1,5°C".

Laporan ini mengungkapkan, suhu Bumi akan memanas hingga mencapai 1,5 celsius atau naik dari 1,25 pada 2017.

"Mereka memprediksi kondisi ini akan terjadi pada 2040 jika laju pemanasan global saat ini tidak berhasil dikurangi," ungkapnya.

Baca juga: Heboh Matahari Terbit dari Utara, Lapan: Tak Ada Hubungannya dengan Kiamat

Dampak kiamat iklim

Jika kiamat iklim atau krisis iklim akibat memanasnya suhu Bumi benar terjadi, Supari menegaskan akan ada banyak bencana yang melanda planet ini.

Ia mengungkapkan, sekitar 14 persen populasi Bumi akan berpotensi terkena gelombang panas yang parah setidaknya setiap lima tahun sekali sejak 2040.

"Di wilayah subtropis, hari-hari terpanas bahkan akan meningkat 3 derajat celcius atau lebih panas di atas suhu normalnya," jelasnya.

Suhu ekstrem terhangat akan berada di Amerika Utara, Tengah, dan Timur, Eropa Tengah dan Selatan, Mediterania (termasuk Eropa Selatan, Afrika Utara dan Timur Dekat), Asia Barat dan Tengah, serta Afrika Selatan.

Saat ini, di daerah tersebut, suhu terpanas rata-rata antara 38 hingga 57 derajat celsius.

Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2023? Ini Prediksi BMKG

Tidak hanya itu, di daerah lintang tinggi atau dekat kutub, suhu pada malam hari akan menjadi sekitar 4,5 derajat celcius lebih hangat. Saat ini, suhunya sekitar -18 derajat celsius.

Sementara itu, suhu dingin di wilayah daratan Arktik juga akan menghangat sebanyak 5,5 derajat celcius.

Selain itu, berbagai wilayah akan dilanda kekeringan karena curah hujan berkurang.

Sebaliknya, frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem justru akan meningkat dan dapat memicu bencana

"Indonesia berpotensi mengalami dampak-dampak tersebut di antaranya meningkatnya suhu udara, meningkatnya curah hujan ekstrem," lanjutnya.

Adapun untuk mencegah kiamat iklim terjadi pada 2040, Supardi menyebutkan beberapa solusi, antara lain:

  • Mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Mempromosikan energi terbarukan.
  • Meningkatkan efisiensi energi.
  • Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mengatasi perubahan iklim.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi