KOMPAS.com – Kudis atau scabies merupakan penyakit yang menyerang kulit dan bisa menular.
Disebut dengan scabies, karena sesuai dengan nama tungau yang menyebabkan penyakit ini, yakni Sarcoptes scabiei.
Rasa gatal yang luar biasa akan terjadi di area tungau tersebut berada. Biasanya berada di sela-sela atau bagian lipatan pada tubuh.
Selain manusia, kudis juga dapat dialami oleh hewan.
Baca juga: 11 Jenis Penyakit Kulit dan Penyebabnya, Apa Saja?
Penyebab kudis
Dikutip dari MayoClinic, penyebab utama dari munculnya kudis adalah tungau.
Tungau betina akan menggali kulit manusia untuk tempat mereka bertelur.
Kemudian, telur menetas dan larvanya akan bergerak ke permukaan kulit, tempat mereka dewasa.
Tungau ini selanjutnya dapat menyebar ke area kulit lain atau kulit orang lain ketika bersentuhan.
Sehingga, seseorang berisiko lebih tinggi untuk terjangkit kudis karena sejumlah faktor berikut:
- Berbagi pakaian atau handuk dengan orang lain.
- Berbagi tempat tidur dengan orang lain.
- Tidak menjaga kebersihan kulit.
- Menggunakan ruang loker atau kamar mandi umum.
- Berkeringat secara berlebihan.
- Hidup di lingkungan yang lembab.
- Berpartisipasi dalam olahraga kontak langsung, seperti basket atau gulat.
- Mempunyai anggota keluarga yang terjangkit kudis.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sedangkan rasa gatal dari kudis disebabkan oleh alergi tubuh terhadap tungau, telur, dan kotorannya.
Baca juga: Kurap: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya
Gejala kudis
Dilansir dari ClevelandClinic, biasanya gejala akan muncul pada manusia setelah empat hingga enam minggu pertama mereka tertular.
Berikut gejala kudis yang akan muncul:
- Gatal yang hebat dan akan lebih buruk saat malam hari. Hal ini karena tungau betina akan bertelu di kulit saat malam hari.
- Benjolan yang muncul karena tungau yang membuat semacam terowongan di dalam kulit.
- Ruam merah yang kemudian terlihat keabu-abuan atau garis-garis sewarna dengan kulit.
- Luka-luka pada kulit akibat garukan.
Baca juga: Kulit Gatal di Malam Hari, Gejala Penyakit Apa?
Pencegahan kudis
Dikutip dari HealthDirect, berikut beberapa cara untuk mencegah seseorang tidak tertular kudis:
- Menjaga pola hidup sehat.
- Rutin membersihkan diri dan mengganti pakaian, terutama setelah berkegiatan di luar rumah atau tempat umum.
- Mengawasi anggota keluarga atau orang lain di sekitar yang terkena kudis.
- Menjaga kebersihan lingkungan hidup, dengan mendapat penyinaran yang cukup dari matahari agar tidak lembab.
- Jangan berbagi pakaian, handuk, atau pun tempat tidur.
- Bila seseorang tertular kudis, sebaiknya hal yang dilakukan meliputi.
- Usahakan tidak menggaruk kulit, karena dapat menyebabkan tungau tersebut dapat menyebar ke bagian lain dengan cepat.
- Mengisolasi diri sementara agar orang lain tidak tertular hingga sekiranya kudis sudah sembuh.
Baca juga: Apa Itu Kutil: Jenis, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatannya
Pengobatan kudis
Dilansir dari American Academy of Dermatology (AAD), sebagian besar obat untuk kudis dioleskan kepada bagian kulit yang tertular.
Pemberian obat pada kulit tersebut biasanya dilakukan sebelum tidur dan dibersihkan setelah bangun tidur.
Biasanya dokter akan meresapkan obat dengan persentase kandungannya seperti berikut:
- Krim permetin (5%).
- Krim atau losion Crotamiton (10%).
- Losion bencil benzoate (25%).
- Cairan Spinosad (0,9%).
- Salep sulfur (5% - 10%).
- Losion Lindane (1%).
Selain itu, dokter akan memberikan obat lainnya sebagai pendukung penyembuhan kudis, seperti:
- Antihistamin, untuk mengontrol rasa gatal dan membantu tidur.
- Losion pramoxine, untuk mengontrol rasa gatal.
- Antibiotik, untuk menghilangkan infeksi.
- Krim steroid, untuk meredakan kemerahan, bengkak, dan gatal.
Baca juga: Apa Itu Kanker Kulit: Jenis, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.