Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stroke Juga Dapat Menyerang Bayi Baru Lahir, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/titans
Ilustrasi bayi sakit.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Semua orang memiliki risiko terkena stroke. Kondisi ini muncul saat adanya aliran oksigen ke otak terhambat akibat ada gangguan pada pembuluh darah.

Penyakit stroke biasanya menyerang orang dewasa. Pada pria, rata-rata terjadi di usia 30 hingga 74 tahun. Sementara wanita yang menderita stroke biasanya berumur di atas 75 tahun.

Namun kenyataannya, stroke juga bisa mengenai anak kecil, bahkan bayi yang baru dilahirkan.

Berikut penjelasan mengenai stroke pada bayi.

Baca juga: 6 Kondisi Lingkungan yang Meningkatkan Risiko Stroke, Apa Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Stroke perinatal

Dilansir dari Healthline, stroke dapat terjadi dalam periode perinatal atau sekitar waktu kelahiran bayi.

Kondisi ini dapat terjadi sebelum ibu melahirkan dan dalam 28 hari pertama setelah bayi lahir.

Sebagian besar stroke perinatal adalah iskemik. Kondisi ini disebabkan karena bayi kehilangan suplai darah ke otak akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah secara tiba-tiba.

Infark iskemik arteri adalah jenis stroke yang paling umum sekaligus penyebab lebih dari 80 persen penderita stroke pada usia ini.

Penyebab stroke pada bayi

Penyebab utama dari stroke pada bayi adalah kelainan bawaan atau kondisi yang memengaruhi pembekuan darah.

Kondisi ini dapat diketahui melalui riwayat keluarga atau pengujian genetik. Namun, tidak ada cara untuk mencegah kelainan genetik yang dapat menyebabkan stroke pada bayi.

Selain itu, seorang bayi dapat menderita stroke akibat mengalami gangguan saat berada di dalam rahim.

Janin yang mengalami kondisi darurat selama persalinan, lahir melalui operasi caesar, atau terkena cedera traumatis berpotensi terkena stroke.

Ibu yang menggunakan obat-obatan tertentu selama kehamilan juga dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah atau perdarahan pada janin. Akibatnya, pembuluh darah bayi kemungkinan akan terganggu.

Baca juga: Apa Itu Stroke: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganan

Bahaya stroke pada bayi

Orang yang pernah mengalami stroke memiliki kemungkinan besar akan terkena gangguan yang sama. Hal yang sama juga terjadi pada bayi.

Bayi yang mengalami stroke berpotensi terkena penyakit yang sama saat dewasa. Bedanya, risiko kematian akibat stroke pada bayi cenderung lebih sedikit.

Namun, bayi penderita stroke akan mengalami kerusakan saraf, antara lain lumpuh otak, gangguan kognitif, gangguan bicara, dan epilepsi.

Selain itu, bayi yang menderita stroke akibat kelainan dan cedera bawaan akan berisiko cacat seumur hidup.

Baca juga: 8 Makanan dan Minuman yang Bisa Menyebabkan Stroke, Batasi Pengonsumsiannya

Gejala stroke bayi

Dikutip dari Rumah Sakit Anak di Boston, gejala yang paling umum dari stroke pada bayi adalah kejang yang sering terjadi sejak hari pertama lahir.

Sedangkan gejala umum dari stroke meliputi:

  • Rasa kantuk yang ekstrem dan kelesuan (hipotonia)
  • Merasa lemah pada satu sisi tubuh (hemiparesis)
  • Kesulitan makan
  • Apnea (periode di mana pernapasan berhenti sementara)
  • Gangguan neurologis

Sayangnya, banyak bayi yang tidak menunjukkan gejala stroke dengan jelas sampai mereka lebih dewasa. Keterlambatan bicara dan kesulitan keseimbangan bisa menjadi tanda bahwa seorang anak mengalami stroke saat baru lahir.

Pada orang dewasa, pengobatan stroke dilakukan dengan cara mengonsumsi obat pengencer darah atau pembedahan untuk menghilangkan penyumbat pembuluh darah.

Dalam mengobati stroke pada bayi, dokter perlu menangani kelainan bawaan yang mungkin menyebabkan kondisi tersebut.

Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan pemberian obat penghancur sumbatan di pembuluh darah, melakukan trombolisis endovaskular atau kateter berisi obat pelarut darah, dan perawatan saraf.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi