Oleh: Meike Kurniawati*
DENIS Diderot, mungkin nama yang asing bagi sebagian orang. Diderot adalah seorang penulis dan filsuf berkebangsaan Perancis.
Sumbangan terbesarnya adalah sebagai kontributor Encyclopédie, sehingga dijuluki sebagai Bapak Encyclopédie
Meskipun demikian, kondisi keuangan Diderot sangat mengkhawatirkan, Diderot hidup sangat miskin. Kondisi ekonomi Diderot sampai ke telinga Catherine The Great, yang ingin membantunya dengan menawarkan pembelian Perpustakaan Diderot seharga £1000 (tahun 1763).
Setelah keberuntungannya mendapatkan sejumlah uang dari hasil penjualan perpustakaan tersebut, Diderot menerima sebuah mantel sutra berwarna merah tua yang baru dan mewah.
Menyadari keindahan dan kemewahan mantel yang tidak cocok dengan barang-barang bobrok di rumahnya, maka Diderot tergerak membeli perabotan baru agar sesuai dengan keindahan gaun tersebut.
Diderot mulai membeli perabotan baru dan mahal, mulai dari sofa, meja, hingga karpet. Semua perabot lama yang dianggap usang diganti dengan perabot baru.
Ketika semua perabotan sudah diganti, Diderot baru merasa mantel tersebut berada di tempat yang tepat.
Namun saat itu juga, Diderot baru menyadari uangnya habis, punya banyak hutang, dan kembali jatuh miskin. Sikap boros, konsumsi berlebihan yang dilakukan Diderot memunculkan istilah Diderot effect.
Secara sederhana, Diderot Effect dapat didefinisikan proses spiralling consumption/snowball effect. Keinginan seseorang untuk terus membeli barang baru demi melengkapi/ menyempurnakan barang yang sudah dimiliki sebelumnya.
Adalah Grant McCracken, seorang antropolog berkebangsaan Kanada, yang pertama kali memperkenalkan istilah ini.
Apa yang dialami Diderot sekitar abad 17 – 18 lalu, tampaknya masih sering juga kita alami di masa kini.
Ketika memiliki sebuah baju baru, kita jadi merasa perlu membeli tas, sepatu, topi, dan aksesoris baru agar sesuai dengan baju baru kita.
Kita merasa tas, sepatu, topi, dan aksesoris yang sudah kita miliki tidak cocok dengan baju baru itu.
Ketika merenovasi ruang tidur, kita jadi merasa perlu membeli tempat tidur, lemari dan meja rias baru supaya sesuai dengan ruang baru kita.
Demikian juga ketika membeli barang baru yang lain, kita cenderung berbelanja lagi untuk “mencocokkan” dengan barang baru tersebut sehingga tanpa disadari kita terjebak dalam perilaku boros, spiraling consumption.
Diderot efek harus dicegah, dihindari. Diderot Effect adalah ancaman bagi kesehatan finansial.
Bulan puasa adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan memperbaiki ibadah dan perilaku seseorang. Termasuk perilaku berbelanja dan mengatur keuangan.
Dikutip dari muslim.or.id, puasa secara bahasa artinya adalah menahan diri. Menahan diri tidak hanya terbatas pada menahan makan, minum, dan emosi, tetapi juga menahan diri dari hawa nafsu termasuk hawa nafsu berbelanja dan berperilaku hedonis.
Menahan diri dari belanja barang yang tidak kita perlukan, menahan diri dari berbelanja barang yang pada akhirnya menumpuk sia-sia, mubazir. Sedangkan tabungan, investasi dan keuangan kita kering.
Menahan diri dari nafsu berbelanja yang tidak diperlukan, tentunya tidak hanya dilakukan pada bulan Puasa saja, tetapi harus dilakukan sepanjang waktu.
Namun bulan Puasa merupakan momen yang sangat tepat untuk mulai belajar mengendalikan diri.
Tidak mudah memang menahan diri berbelanja saat bulan Puasa ketika tawaran buka bersama datang silih berganti, pusat perbelanjaan mengelar diskon dan berbagai tawaran menarik lainnya.
Apalagi ditambah THR yang jumlahnya cukup lumayan, menjadikan kita makin sulit menahan diri. Namun jangan kita menjadi Denis Diderot yang pada akhirnya hanya menyesali perilakunya. Regrets for my Old Dressing Gown (1769).
Tujuan berpuasa ini utamanya untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tentunya akan lebih menjadi berkat ketika juga ditambah dengan kemampuan menjadi pribadi yang lebih baik dalam merencanakan keuangan.
Selamat menjalankan ibadah Puasa. Mohon Maaf Lahir & Batin.
*Dosen Fakultas Psikologi UNTAR
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.