Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Unggahan soal Bentuk Hilal Ramadhan, seperti Apa?

Baca di App
Lihat Foto
twitter.com/tanyarlfes
Tangkapan layar unggahan yang mempertanyakan bentuk hilal
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com – Unggahan yang mempertanyakan bentuk hilal viral di media sosial.

Unggahan tersebut diposting oleh akun ini pada Rabu (22/3/2023).

Di unggahan tersebut, terdapat foto yang memperlihatkan panah yang menunjuk sebuah lengkungan di langit.

“Dari dulu sender ga ngerti deh liat hilal Ramadan tuh mananya,” tulis pengunggah dalam keterangan foto.

Hingga Kamis (23/3/2023) siang, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 1 juta kali dan mendapat 15.500 likes.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Daftar Lengkap 124 Titik Pantau Hilal Awal Puasa: Terbanyak di Jatim, Sumbar, dan Jateng

Tanggapan warganet

Beragam tanggapan dari warganet membanjiri kolom komentar unggahan tersebut.

Banyak yang berspekulasi bahwa lengkungan tersebut merupakan hilal.

“Yg garis lengkung ituu,” tulis salah satu warganet.

“Lengkung putih itu, Nder. Itu pertanda bula baru (new moon) yang menjadi basis pentuan bulan dalam kalender hijriyah. Memang Cuma terlihat tipis belum jadi sabit sempurna, tapi kalau mengikuti metode rukyatul hilal, yg penting udah 3 derajat (sesuai kesepakatan MABIMS),” tulis warganet lainnya.

“Cahaya segaris lengkung,” tulis seorang warganet.

Baca juga: Kemenag Ungkap Posisi Hilal Secara Hisab Sudah Penuhi Kriteria, Sudah Masuk 1 Ramadhan 1444 H?

Penjelasan ahli

Peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang mengatakan, lengkungan di foto yang diunggah tersebut merupakan hilal.

“Yang dinamakan hilal pada citra tersebut adalah lengkungan cahaya yang warnanya lebih kontras dibandingkan dengan warna latar belakang langitnya, yaitu langit senja," ucap Andi kepada Kompas.com, Kamis (23/3/2023).

"Tampak di situ ada semburat berwarna putih, tipis, dan melengkung,” sambungnya.

Andi mengatakan, lengkungan tersebut ujungnya semakin meruncing, sedangkan semakin ke tengah semakin menebal.

Ia juga mengungkapkan bahwa lengkungan cahaya itu terbentuk oleh posisi relatif antara bulan dengan matahari yang disebut dengan sudut elongasi.

“Sudut elongasi ini menentukan seberapa tebal cahaya hilal yang terlihat. Semakin besar sudut elongasinya, maka semakin tebal pula cahaya hilal yang terlihat,” jelas Andi.

Baca juga: Ramai soal Video Petir di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan BRIN

Cara melihat hilal

Lebih jauh Andi menjelaskan, pengamatan hilal dapat dilakukan dengan dua acara, yakni manual (dengan mata kepala) dan melalui instrumen modern.

Bila menggunakan mata kepala, itu harus didukung dengan 'gawang lokasi'.

“Gawang lokasi ini adalah instrumen falak yang memang diakui dalam syariah Islam, dan menurut sebagian besar ulama jika hilal dapat dilihat, tapi tidak menggunakan gawang lokasi, maka pengamatannya dianggap invalid,” ujarnya.

Adapun pengamatan hilal menggunakan instrumen modern dilakukan dengan teropong atau teleskop.

Teropong yang digunakan dapat berupa teropong medan berlensa satu (monokuler) dan berlensa dua (binokuler).

“Bisa juga menggunakan teleskop astronomis, yang mana semakin besar diameter lensanya, semakin panjang teleskopnya, maka cahaya yang dikumpulkan itu semakin besar dan hilal yang cukup redup memungkinkan untuk dapat dilihat,” terangnya.

Baca juga: Viral, Video Benda Disebut Meteor Meluncur ke Bungker Kaliadem, Ini Penjelasan BRIN

Sedangkan pengamatan menggunakan teleskop dapat dilihat langsung dan disambungkan terlebih dahulu ke CCD (charge coupled device).

Andi menjelaskan, CCD merupakan alat yang mengubah cahaya menjadi partikel electron yang kemudian dipikselasi menjadi sebuah gambar.

“CCD ini kemudian disambungkan ke laptop, barulah dengan aplikasi SharpCap kita bisa mengambil citra hilal,” ucapnya.

Baca juga: Apakah Matahari Akan Padam jika Disiram Seember Air yang Sama Besarnya? Ini Penjelasan BRIN

Hilal sebagai penentu awal Ramadhan

Untuk menentukan masuk awal Ramadhan, hilal harus berada di ketinggian tiga derajat dari ufuk dan elongasi geosentrik minimum 6,4 derajat sesuai dengan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Andi mengungkapkan, pengamatan dan penentuan hilal tersebut tidak hanya untuk Ramadhan, tapi juga untuk seluruh bulan di kalender hijriah.

“Pemerintah sendiri mengamati hilal untuk tiga bulan hijriah, yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah terkait untuk penentuan hari besar umat Islam,” tandasnya.

Baca juga: Kapan Mulai Puasa 2023? BRIN Perkirakan 1 Ramadhan 1444 H Bersamaan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi