Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Qiblatain, Saksi Perpindahan Kiblat dari Masjidil Aqsa ke Kabah

Baca di App
Lihat Foto
Masjid Qiblatain di Madinah, Arab Saudi. (Shutterstock)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Masjid Qiblatain di Madinah, Arab Saudi menempati bagian penting dalam sejarah Islam.

Masjid ini menjadi saksi berpindahnya kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa, Palestina ke Masjidil Haram, Mekkah.

Perpindahan kiblat ini pun termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 144:

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya".

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui dari Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Apa Saja?

Saat ayat tersebut turun, Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat Dzuhur pada rakaat kedua dan masih menghadap ke Masjidil Aqsa, dikutip dari Aawsat.

Dengan demikian, Rasulullah SAW langsung berpaling ke arah Masjidil Haram dan melanjutkan dua rakaat akhir shalat Dzuhur.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW shalat menghadap kiblat Baitul Maqdis selama 16-17 bulan, sebelum akhirnya berpindah ke Masjidil Haram.

Baca juga: Profil Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Hari Ini Dibuka untuk Umum


Baca juga: Ramai soal Kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, Bagaimana Respons Indonesia?

Sejarah Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain dibangun dua tahun setelah Rasulullah SAW pindah ke Madinah.

Batu bata lumpur, pelepah, dan batang kurma merupakan bahan awal yang digunakan untuk membangun Masjid Qiblatain, dikutip dari Arab News.

Semula, masjid ini diberi nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.

Dalam perjalanannya, Masjid Qiblatain telah direnovasi dan diperluas beberapa kali selama berabad-abad.

Baca juga: Masjid dan Mushala Diharapkan Terdaftar di Kemenag, Apa Manfaatnya?

Perluasan pertama terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz di era Dinasti Umayyah pada 706 M.

Sejak saat itu, ukuran masjid tetap tidak berubah selama hampir 800 tahun.

Renovasi selanjutnya dilakukan oleh Shaheen Al-Jamali pada 1488.

Pada awal 1930-an, Raja Abdul Aziz memerintahkan renovasi lebih lanjut, meliputi pembangunan menara, dinding sekeliling, dan perluasan masjid menjadi 425 meter persegi.

Hingga kini, Masjid Qiblatain menjadi salah satu destinasi para jemaah haji dan umrah setiap tahunnya.

Baca juga: Masjid dan Mushala Bisa Mendapat Bantuan Rp 10-20 Juta, Ini Caranya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi