Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Tulang Manusia Purba dan Hewan di Situs Berusia 7.000 Tahun, Kuak Ritual Sekte

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia.org
Situs bersejarah di Arab Saudi
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Arkeolog di Arab Saudi menemukan sisa tulang manusia purba dan hewan di situs pemujaan yang berusia 7.000 tahun.

Arkeolog University of Western Australia sekaligus pemimpin penelitian, Melissa Kennedy mengatakan, temuan sisa manusia purba itu diidentifikasi merupakan laki-laki dewasa berusia 30-an tahun.

Laki-laki itu kemungkinan mengalami osteoarthritis, penyakit sendi degeneratif atau bentuk paling umum dari artritis.

Jasadnya ditemukan terkubur di mustatil bersama dengan ratusan tulang hewan lainnya.

Penanggalan radiokarbon dari tulang manusia menunjukkan bahwa pria itu dikubur 400 tahun lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari News18, mustatil adalah bangunan prasejarah berbentuk persegi panjang yang banyak ditemukan di Arab Saudi.

Setidaknya ada lebih dari 1.600 mustatil ditemukan di Arab Saudi sejak tahun 1970-an.

Sebagian besar bangunan mustatil ini terkubur di bawah pasir.

Baca juga: Arkeolog Temukan Kedai Berusia 5.000 Tahun dengan Makanannya di Irak

Menguak praktik pemujaan anggota sekte

Mustatil mulanya dibangun oleh anggota sekte yang hingga saat ini belum diketahui namanya.

"Hampir tidak ada yang ditulis tentang mustatil dan kepercayaan yang mengelilingnya," ucap Melissa Kennedy, dikutip dari Live Science.

Peneliti menduga, para anggota sekte mengorbankan hewan ternak mereka kepada dewa ketika perubahan iklim terjadi di Arab Saudi.

Praktik tersebut bertujuan untuk mencari perlindungan.

"Mereka kemungkinan besar membawa hewan, berpotensi menyembelih di tempat, dan mempersembahkan tanduk serta bagian tengkorak kepada dewa," tutur Kennedy.

Pasalnya, pada saat itu, perubahan iklim membuat tanah padang rumput di Arab Saudi menjadi gurun pasir.

Dari ribuan mustatil yang ditemukan di Arab Saudi, baru 10 mustatil yang berhasil digali.

Baca juga: Arkeolog Ungkap Papirus Berisi Mantra Pelet Cinta Mesir, Begini Isinya

Oleh sebab itu, Kennedy berkata, pihaknya belum bisa bercerita banyak tentang tradisi tersebut.

Namun, peneliti berhipotesis bahwa ritual dilakukan untuk memberkati tanah yang mulai mengering akibat krisis iklim.

Kini peneliti tengah menguji hipotesis itu dengan memetakan penempatan mustatil yang berdekatan dengan tanah pengembalaan prasejarah, sungai, dan danau.

Penelitian diharapkan mampu mengungkap hubungan antara praktik keagamaan kuno dengan krisis iklim purba di Arab Saudi.

Baca juga: Arkeolog Jerman Meneliti Kuntilanak di Pontianak, Apa Hasilnya?

Struktur bangunan mustatil

Penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS One (15/3/2023) menyebutkan, mustatil memiliki bentuk yang bervariasi.

Umumnya, bangunan ini berbentuk persegi panjang dan berdinding batu setinggi 1,2 meter.

Penggalian mustatil mengungkap bentuk interior di dalamnya yang digunakan untuk pesta hingga ritual pengorbanan.

Salah satu mustatil yang digali oleh para arkeolog terletak di 55 kilometer dari timur kota kuno Alula.

Di situ, peneliti menemukan 260 pecahan tengkorak dan tanduk hewan ternak.

Potongan tulang tersebut sebagian besar berasal dari sapi peliharaan, kambing, kijang, hingga ruminansia kecil.

Baca juga: Arkeolog Temukan Mumi Berlapis Emas Tertua di Mesir

Tepat di sebelah utara ujung mustatil, peneliti menemukan sejenis ruang pemakaman.

Ruang tersebut mirip dengan ruang yang dibangun pada zaman Neolitik dan Perunggu di seluruh Eropa dan Timur Tengah.

"Kami menemukan semakin banyak bukti bahwa manusia dimakamkan di mustatil," kata Kennedy.

"Namun pemakaman ini selalu belakangan, mereka tidak berasal dari periode waktu yang sama dengan persembahan hewan," lanjut dia.

Baca juga: Sekawanan Domba Bantu Arkeolog di Kota Kuno Pompeii, Apa Kontribusinya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi