Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia
Bergabung sejak: 18 Feb 2022

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Empat Catatan Penting ChatGPT

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto
Ilustrasi ChatGPT, chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) bikinan OpenAI.
Editor: Sandro Gatra

CHATGPT, sebagaimana kita semua rasakan, terus “beraksi” memicu kagum. Terakhir, peranti lunak ini berhasil lulus ujian Kedokteran di Amerika Serikat!

Para peneliti menguji ChatGPT di United States Medical Licensing Exam (USMLE), yakni ujian tiga bagian yang diwajibkan dalam lisensi medis di Amerika Serikat oleh semua lulusan sekolah kedokteran.

Sebanyak 350 pertanyaan kala itu diajukan. Hasilnya? Lulus melewati passing grade 60 persen dengan skor yang diperoleh antara 52,4 persen sampai 75 persen. Ini dahsyat karena tiga tahapan ujian dilewati.

Tahapan pertama, fokus ke ilmu dasar dan farmasi, biasanya diikuti mahasiswa kedokteran yang telah menghabiskan 300-400 jam waktu belajar khusus.

Tahapan kedua, fokus clinical reasoning, manajemen media, dan bioethis, dan biasanya diikuti mahasiswa kedokteran tahun ke-4.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahapan ketiga, biasanya diikuti dokter yang telah menyelesaikan setidaknya enam bulan hingga satu tahun pendidikan kedokteran pascasarjana.

ChatGPT adalah pencetak berbagai rekor terkait peranti lunak. Berhasil mencapai lebih dari 1 juta pengguna hanya dalam 5 hari, serta 100 juta pengguna per Januari 2023 atau hanya sebulan lebih sejak diluncurkan Open AI pada 30 November 2022.

Mengapa dia bisa lulus kedokteran khususnya dan menarik demikian cepat dan banyak warganet dunia?

Alasan utamanya karena ChatGPT dilatih menggunakan dataset sebanyak 300 miliar kata yang berasal dari dataset berukuran 570 GB dan terdiri dari crawled laman, buku, Wikipedia, dll.

Merujuk data awal fenomenal ini dan riset penulis sebagai data scientist, ada empat catatan yang perlu diperhatikan.

Pertama, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan tetap menjadi layanan primadona sepanjang tahun ini, terutama AI for text, AI for speech, dan AI for voice.

Hal ini didorong kian majunya sub teknologi pendukung AI, yakni Automated Speech Recognition (ASR), Natural Language Processing (NLP), dan Machine Learning (ML), serta jumlah data yang kian masif.

ChatGPT sebagai bagian dari generative AI (jenis AI yang menciptakan konten baru, termasuk audio, kode, gambar, teks, simulasi, dan video) akan menghasilkan triliunan dollar AS secara nilai ekonomi. Bahkan lebih dari 150 startup sudah beroperasi di bidang ini.

Jika pendapatan industri AI for speech dan AI for voice tahun 2022 saja mencapai 11,21 miliar dollar AS, maka tahun 2029 diprediksi mencapai 49,79 miliar dollar AS atau level CAGR/pertumbuhan kumulatif 23,7 persen.

Angka itu sangat masuk akal. Sebab, ChatGPT sebagai bagian teknologi LLMs (Large Learning Machines), perkembangannya saat ini semakin memengaruhi bagaimana orang bekerja.

Beberapa use case yang populer memang menciptakan sebuah tatanan baru yang menciptakan ketergantungan perlakuan pada ChatGPT sebagai sebuah search engine.

Kedua, ada isu akurasi apa yang dihasilkan oleh ChatGPT. Merujuk riset penulis, ChatGPT masih terbatas dalam berbagi informasi yang dapat diaksesnya dari berbagai sumber, namun tidak mengetahui keakuratan dari kesimpulannya sendiri.

ChatGPT memang dapat memberikan respons yang koheren dan masuk akal. So, ini berarti, ChatGPT tidak dapat menyediakan kesimpulan, bukti, atau klaim yang melebihi batas kemampuannya.

Jika diilustrasikan dengan Lego, maka ChatGPT memiliki akses ke jutaan keping Lego dengan berbagai bentuk dan ukuran dalam sebuah kotak yang sangat besar.

ChatGPT akan memasang-masangkan kepingan Lego dengan berbagai cara sesuai input yang diberikan user. Dia dapat dilatih untuk menggunakan beragam instruksi bangunan.

Jadi, ketika user memasukkan query, maka ChatGPT akan memasangkan kepingan Lego sesuai instruksi dan menyediakan apa yang dicari oleh user.

Kemampuan respons koheren ini nyata benar dimiliki oleh ChatGPT. Namun sekali lagi, tetap saja koheren tidak identik dengan akurasi.

Peranti tersebut juga tidak mampu mengukur bobot bukti yang mendukung bentuk kesimpulan yang kontradiktif, yang berarti bahwa user kemungkinan akan menerima respons dari dua sisi alias dinilai plin-plan.

Sebab, ChatGPT bisa memberikan berbagai respons yang tergantung pada kerangka input-nya, walaupun input-input yang diberikan adalah mirip secara semantik.

Contoh kasus, ketika ditanyakan mengenai kekuatan bukti yang mendukung keamanan makanan GMO/Genetically Modified Organisms, ChatGPT memberikan respons bahwa bukti yang mendukung keamanan makanan GMO maupun turunan merupakan bukti yang kuat dan konsisten.

Berikutnya ketika ditanyakan apakah makanan GMO aman atau tidak, respons yang diberikan adalah bahwa keamanan GMO masih menjadi perdebatan.

Maka, sebagian besar teks yang dihasilkan ChatGPT untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan tersebut persis sama terlepas dari input-input yang dimasukkannya.

Ketiga, pertimbangkan pemanfaatan AI dalam dunia akademi, atau bukan langsung mengabaikan atau melarangnya.

Bagus atau tidaknya ChatGPT untuk mendukung sains masih menjadi perdebatan. Namun, perlu diketahui bahwa AI seperti jin dalam botol, sekali dia keluar, akan sulit memasukkannya lagi.

Lalu, apakah AI dapat dikatakan co-author? Perlu diketahui terlebih dahulu, persyaratan dalam bidang penulisan ilmiah, semisal merujuk Vancouver Protocol yang dikembangkan International Committee of Medical Journal Editors (2022, p2), dinyatakan beberapa hal yang menjadi syarat dalam hal authorship.

Dari banyak poin, yang utama Vancouver Protocol menekankan bahwa penulis paper ilmiah secara manual selalu menyertakan kesepakatan semua penulis untuk bertanggung jawab atas semua aspek penulisan guna memastikan bahwa pertanyaan yang berkaitan akurasi atau integritas dari setiap bagian penulisan diperiksa dan ditangani dengan benar.

Sementara ChatGPT tidak memiliki kapabilitas memberikan persetujuan akhir agar hasil penulisan dapat dipublikasikan, karena itu berlaku untuk mereka yang berkontribusi dalam pembuatannya.

Maka itu, ada perbedaan perlakuan dari medium berbasis penulisan.

Stack Overflow, laman tanya jawab untuk programmers & coders, untuk sementara waktu melarang pengguna untuk sharing respons/jawaban yang dikreasi oleh AI Chatbot ChatGPT.

Hal ini dikarenakan, secara keseluruhan, rating rata-rata untuk jawaban yang benar dari ChatGPT terlalu rendah.

Jadi, mengunggah jawaban yang dibuat ChatGPT sangat berbahaya untuk situs dan pengguna yang bertanya atau mencari jawaban yang benar.

Akan tetapi, Medium, online publishing platform terbesar di dunia, malah memperbaharui standar distribusinya untuk mencantumkan mengenai kebijakan panduan khusus AI.

“Kami menyambut baik penggunaan teknologi yang menggunakan AI di Medium. Akan tetapi, untuk mendukung transparansi dan membantu menetapkan ekspektasi pembaca, kami mewajibkan cerita/ tulisan apapun yang dibuat menggunakan AI, harus diberi label yang jelas,” demikian tulis mereka.

Singkatnya, ChatGPT terkadang menghasilkan teks yang nampak seperti masuk akal/ meyakinkan, tetapi tidak benar. Hal ini disebut hallucination. Selain itu, ketika memberikan informasi, tidak diberikan referensi/kutipan.

Tools ini juga ada keterbatasan pengetahuan tentang peristiwa terkini karena ChatGPT menggunakan dataset hingga akhir 2021.

Keempat, prediksi terkait serangan siber dengan memanfaatkan ChatGPT akan terjadi segera!

Riset OnePoll Research, “Research on ChatGPT and Cyberattacks,” kepada 1500 eksekutif IT, Januari 2023, menyebutkan jawaban terbuka bahwa 78 persen responden yakin serangan siber muncul dalam waktu dua tahun serta 51 persen dalam waktu satu tahun.

Secara umum, kriminil maya dapat memanfaatkan ChatGPT untuk empat praktik kejahatan utama, yakni membuat info pencuri data pribadi, membuat Encryption Tools, membuat fasilitas untuk aktivitas fraud, dan membuat Email Phising.

Secara praktis, akan disalahgunakan membantu membuat phishing email (surel penipuan) yang lebih meyakinkan, menyebarkan misinformasi/disinformasi, membantu hacker kurang berpengalaman untuk meningkatkan pengetahuan teknis dan mengembangkan keahlian, membuat malware baru, dan meningkatkan kecanggihan ancaman/serangan.

Banyak yang berharap (termasuk penulis) regulasi dari pemerintah dapat menjadi antisipasi ancaman yang mungkin terjadi dari chatGPT.

Hal ini paralel dengan 85 persen responden OnePoll Research yang merasa tidak perlu menunggu lama, sudah merencanakan tindakan mempertahankan perusahaan dari serangan siber berbasis AI. Demikian, semoga bermanfaat.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi