Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Pendidikan Dinilai Penipuan, Pengamat: Jangan Samakan dengan Nasib Bill Gates

Baca di App
Lihat Foto
reuters.com
Pendiri Microsoft, Bill Gates
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

 

KOMPAS.com - Sebuah video yang menyebut pendidikan di sekolah adalah penipuan, ramai dibicarakan di media sosial.

Ujaran tersebut dilontarkan oleh seorang YouTuber bernama Timothy Ronald dalam salah satu kontennya. Video tersebut, kemudian diunggah ulang oleh akun Twitter @hrdbacot.

Dalam video yang ada, Timothy menyatakan bahwa sistem edukasi itu penipuan karena ia yang drop out atau keluar dari kuliah saja bisa sukses.

"Gue mau mengubah sistem edukasi. Menurut gue itu semua scam," katanya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggahan tersebut kemudian mendapatkan dukungan dari akun Twitter ini. Katanya, sekolah itu memang penipuan. Ini terbukti dari Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang sukses menjadi orang terkaya di dunia meskipun tidak kuliah.

Hingga Senin (27/3/2023), unggahan tersebut telah tayang sebanyak 2,7 juta kali, dikutip 1.003 kali, dan mendapat beragam komentar warganet.

Lantas, bagaimana komentar pakar?

Baca juga: IQ Rata-rata Orang Indonesia Peringkat 130 Dunia, Bagaimana Sebenarnya Kondisi Pendidikan di Indonesia?


Tanggapan praktisi pendidikan

Menurut Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI, Prof. Dr. Didi Sukyadi, anggapan bahwa orang bisa sukses tanpa pendidikan formal tidak boleh digeneralisasikan kepada semua orang.

"Saya tanya, ada berapa orang yg sukses seperti Bill Gates? Banyak mana yang sukses seperti Bill Gates dan yang sukses dari pendidikan?" tanyanya saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/3/2023).

Menurutnya, ketika ada satu atau dua orang yang sukses tanpa pendidikan formal tidak berarti sekolah dan universitas harus tutup.

Bahkan, sejak zaman dulu, pendidikan formal lebih efektif mengubah kehidupan meskipun caranya lambat.

Didi mengungkapkan, pendidikan formal mampu mewariskan bukan hanya knowledge atau ilmu melainkan juga values atau nilai-nilai keluarga dan kebangsaan.

"Knowledge bisa dari Google atau AI, tapi nilai, cara hidup, cara bergaul, tak bisa mereka ajarkan," lanjutnya.

Ia tidak memungkiri banyak orang beranggapan bahwa pendidikan di Indonesia belum sempurna. Namun, ini bukan berarti pendidikan formal tidak lagi penting dan harus dibubarkan.

Baca juga: Heboh ChatGPT dan Dunia Pendidikan Tinggi Kita

Pendidikan formal dan informal

Menurut Didi, idealnya, seseorang mendapatkan pendidikan formal dan nonformal yang sama-sama penting dalam kehidupan. Hal ini karena keduanya bisa saling melengkapi dan menguatkan ilmu yang dimiliki.

"Belajar dari praktisi, belajar berorganisasi, dan belajar dari masyarakat merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan formal," tambahnya.

Didi menyebut, orang yang tidak sempat menjalani pendidikan formal akan tetap memiliki kesempatan di dunia kerja selama mempunyai keterampilan yang dibutuhkan.

Baca juga: Saat Sistem Pendidikan di Indonesia Dinilai Kaku dan Hampa Makna....

Pengamat pendidikan: pendapat kurang tepat

Menilai pendapat dari YouTuber itu, pengamat pendidikan Ina Liem menyebut bahwa pengunggah mungkin pernah mendapat pengalaman negatif di sekolah atau perguruan tinggi. Ungkapan kekecewaan ini wajar karena pendidikan saat ini belum sempurna.

"Seseorang tentu boleh punya pendapat pribadi yang seringkali berdasarkan pengalaman individu," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (27/3/2023).

Meski begitu, pendapat itu tidak bisa digeneralisasi untuk pendidikan di semua sekolah seluruh dunia. Jika ada hal yang tidak sesuai di bidang pendidikan, maka seharusnya hal ini diselesaikan.

"Jadi ini merupakan feedback atau review bagi kita semua, karena kita semua punya peran di pendidikan," lanjutnya.

Selain itu, menurut Ina, Bill Gates tidak tepat dijadikan contoh dari orang yang sukses meski DO saat kuliah. Ini karena pendiri Microsoft itu punya kemampuan komputer yang mumpuni dan bekerja keras tanpa ijazah.

Baca juga: Mengenal Tiga Hak Utama Pendidikan Anak dalam Rangka Hari Anak Nasional, Apa Saja?

Sistem pendidikan yang ideal

Ina Liem menjelaskan seperti apa sistem pendidikan ideal yang seharusnya diterapkan terhadap para pelajar.

"Sistem pendidikan selama ini yang menekankan konten atau low order thinking yang sekedar hafalan itu tidak ada gunanya," tambahnya.

Menurut Ina, ada enam level berpikir dalam pendidikan, yaitu:

  1. Knowledge (hafalan)
  2. Pemahaman
  3. Aplikasi atau penerapan
  4. Analisa
  5. Evaluasi
  6. Menciptakan

Level 1-3 termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills) yang terlihat dari sistem hafalan di sekolah. Sementara sisanya 4-6 masuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills).

Ina menyebut, saat ini generasi muda cenderung lebih banyak berpikir dalam tingkat rendah. Karena itu, perlu ada tindakan untuk meningkatkan level berpikir mereka menjadi tingkat tinggi.

Sayangnya, perubahan sistem pendidikan ini masih terhambat berkat banyaknya tantangan dari pihak-pihak yang sulit menerima perubahan.

"Jadi pesan saya untuk yang suka posting protes terhadap pendidikan, yuk ambil tindakan nyata, sekecil apapun aksi yang kita lakukan, tapi kalau dilakukan jutaan orang kan tetap ada dampaknya," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi