Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran
Bergabung sejak: 24 Jan 2023

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Akselerasi Pembangunan Sosial dan Pendidikan Anti "Flexing"

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Roman Samborskyi
Mengenal apa itu flexing atau pamer sangatlah penting karena bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental.
Editor: Egidius Patnistik

KASUS-KASUS orang pamer harta atau flexing menampar wajah Indonesia, secara khusus dunia pendidikan. Saat ditelurusi, asal harta yang dipamerkan ternyata bukan dari hasil kerja yang legal.

Dunia pendidikan mestinya menanggung malu karena belum berhasil membentuk insan yang beradab dan berakhlak baik. Para pemangku kebijakan tidak boleh berdiam diri menyaksikan fenomena itu, jika tidak ingin melihat hal-hal yang bisa makin parah di kemudian hari.

Secara sosiologis, perilaku individu tidak berdiri sendiri. Ada konteks pengaruh dan kekuatan sosial di dalamnya. Karena itu, diperlukan kekuatan besar untuk mengedukasinya.

Ini bukan sekedar edukasi pada satu dua oknum, tetapi suatu agenda besar bangsa untuk membangun akhlak yang lurus, karena tidak ada asap jika tidak ada api, tidak harta berlebih tanpa pendapatan berlebih.

Baca juga: Mendadak Miskin Usai Flexing Terkuak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Implikasi selanjutnya, alih-alih membangun kohesi sosial dan keserasian sosial yang baik, tradisi pamer harta akan menambah lubang kecemburuan sosial. Aksi pamer harta dapat merusak harmonisasi interaksi sosial antar warga negara. Maka, kesadaran bersama untuk menanggulangi isu itu menjadi penting.

Cita-cita Kesejahteraan Sosial

Cita-cita luhur bangsa kita adalah membangun kesejahteraan sosial bersama, yang meliputi pemenuhan kebutuhan sosial secara kolektif dan membangun harmonisasi interaksi sosial yang kondusif bagi tumbuh kembang individu secara optimal di tengah masyarakat yang saling mendukung.

Urgensi pembangunan sosial perlu didengunkan kembali. Secara teoritis, pembangunan sosial adalah upaya membangun masyarakat berkelanjutan yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, dengan membangun kaum marjinal, perempuan dan laki-laki, agar mampu mengupayakan pengembangan kehidupan mereka sendiri, memperbaiki posisi ekonomi dan sosial serta meraih tempat yang tepat dalam ruang-ruang masyarakat (Bilance, 1997).

Amartya Sen (1995) menjelaskan, pembanguan sosial adalah persamaan dari kesempatan sosial. The Copenhagen Social Summit mendefinisikan pembangunan sosial melalui tiga kriteria dasar, yaitu pemberantasan kemiskinan, pembangunan generasi tenaga kerja, dan keserasian sosial.

Itu adalah wilayah psikologis pembangunan yang memerlukan lebih dari sekedar sentuhan program artifisial. Keserasian sosial menjadi isu penting untuk diperhatikan dalam tahun-tahun belakangan ini, mengingat interaksi sosial antar warga juga terjadi di dunia maya yang lebih sukar terobservasi.

Pembangunan fisik dan infrastruktur adalah kegiatan favorit, karena mudah terukur hasil dan indikator keberhasilannya. Pembangunan sosial di sisi lain adalah tantangan. Ini adalah aktivitas yang masuk ke denyut nadi keseharian masyarakat serta pola pikir mayoritas warga.

Baca juga: Istri Disorot Usai Pamer Harta, Ini Kekayaan Sekda Riau SF Hariyanto

Keberpihakan pada pembanguan sosial berarti upaya untuk menata persepsi masyarakat, serta melakukan persuasi agar sebanyak mungkin masyarakat memandang ke arah visi yang sama. Inilah momentum untuk kembali mendorong warga negara memandang ke arah asa pembangunan yang dicitakan bersama.

Jangan biarkan kegaduhan dan keriuhan soal pamer harta membelokkan fokus membangun insan bangsa yang berahklakul karimah dan berkualitas secara keilmuan.

Menurut Syafridah (2010), pembangunan sosial merupakan paradigma alternatif yang menempatkan masyarakat sebagai pusat dari proses pembangunan dan ekonomi, serta sebagai cara untuk melayani kebutuhan manusia. Setiap orang, pemerintah atau lembaga apapun harus menghormati arti kehidupan manusia secara global yang bertanggung jawab terhadap generasi selanjutnya.

Fokus kepada pembangunan yang menyentuh nurani masyarakat, menyadarkan bahwa mereka berada dalam pihak yang tepat yang memastikan pembangunan kesejahteraan adalah penting. Agar upaya ini berhasil, dibutuhkan sebuah kreativitas yang tinggi untuk memastikan bahwa setiap individu bangsa Indonesia adalah pusat pembangunan.

Selanjutnya, bukan hanya kreatif tetapi juga cepat, karena akselerasi akan memastikan tidak terulangnya beragam peristiwa buruk yang terjadi. Harapannya, setiap individu akan merasa diayomi dan menjadi bagian penting dari keluarga besar Indonesia, sehingga kecil kemungkinan mereka akan melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan pembangunan, seperti mencuri uang rakyat, melakukan pamer harta, menipu warga negara lainnya .

Sudah saatnya Indonesia memikirkan akselerasi dalam berbagai hal atau situasi akan memburuk. Akselerasi pada konteks ini juga perlu disertai dengan kreativitas tinggi –mengingat ragam masalah dan tantangan semakin kompleks dan bervariasi. 

Futurolog dunia, Alfin Toffler (1980) dalam bukunya The Third Wave memprediksi, peradaban manusia akan selalu bertransformasi dan berubah melalui gelombang pertanian, gelombang perindustrian, dan gelombang teknologi informasi.

Nomura Institute (2012) dari Jepang menyatakan, kreativitas akan menjadi primadona aktivitas ekonomi mendatang, menggantikan fokus saat ini yaitu teknologi informasi. Maknanya, dibutuhkan kreativitas yang mampu membangun sumber daya manusia, serta mampu memanusiakan manusia. Mengapa? Karena aset terpenting pembangunan adalah manusia.

Peran Pendidikan Aktivitas pendidikan sejatinya merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat, khususnya pihak pendidik dan orang tua. Amanah ini telah dipaparkan dengan jelas dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 UU itu menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terdapat sebuah amanah besar untuk menciptakan generasi penerus yang berilmu, cakap, kreatif dan bertanggung jawab. Tugas yang berat ini, tentunya perlu diemban dengan cara yang baik, kreatif dan penuh ide solutif.

Satu hal yang paling berkaitan tentunya adalah proses belajar mengajar yang diikuti oleh peserta didik. Pertanyaan klasiknya adalah, sudahkan proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan mampu memenuhi amanah UU tersebut?

Hal itu tentunya bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Namun, keyakinannya adalah setiap ide atau gagasan baru untuk memajukan proses dan aktivitas pendidikan di Indonesia merupakan sesuatu yang berharga.

Mandiri Bersikap dan Berpikir

Setiap peserta didik perlu ingat bahwa setiap individu memiliki kendali terhadap diri dan kehidupannya. Covey dalam The 7 Habits menggunakan istilah lingkar pengaruh untuk menggambarkan kekuatan individu mengendalikan kehidupannya.

Amanah program pendidikan adalah memastikan setiap peserta didik memiliki kemandirian dalam memilih sikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dan diyakini. Hal ini terutama disebabkan kegamangan dan ketidakmandirian dalam bersikap akan menghasilkan generasi yang galau, mudah terbawa arus, mudah menyalahkan kepada yang tidak satu pikiran.

Masalahnya, apakah mereka mampu menangkap ‘sikap’ yang diharapkan mereka miliki di negara ini? Sudahkan kita semua mampu memberikan ekosistem yang dipupuk dengan subur, sehingga bibit sikap positif yang diharapkan tersebut dapat tumbuh dengan baik. Atau sebaliknya, generasi muda sulit menumbuhkan sikap positif karena lingkungan terlalu pragmatis dan cenderung mendorong mereka berpikir instan dan cepat cuan?

Proses pembelajaran untuk membangun kemandirian bersikap tidak cukup hanya menggunakan pendekatan klasikal dan klasial. Dituntut personal touch yang lebih tinggi dari pendidik untuk memastikan perkembangan pemikiran, opini dan sikap peserta didik.

Dibutuhkan evaluasi periodik untuk memastikan bahwa peserta didik berkembang ke arah indikator yang diharapkan dan bukan sebaliknya. Beberapa indikator sederhana dapat mulai diciptakan seperti learning report dan acitiviy report.

Prinsipnya, ada upaya lebih untuk berupaya mencatat dan memahami gerak dan dinamika kemandirian bersikap peserta didik. Juga untuk selalu mencatat pergerakan adab dan akhlak, sudahkah menjadi semakin positif dari hari ke hari? Sudahkah semakin terbangun ketaatan beragama dari waktu ke waktu? Serta sudah cukupkah stakeholder yang dilibatkan dalam proses tumbuh kembang anak dan generasi muda?

Ajakan untuk bergabung dalam ragam jenis komunitas setiap hari datang dengan terbuka di jejaring media sosial, mulai dari yang paling positif sampai yang paling negatif. Menghadapi ini, kedewasaan bersikap adalah modal penting untuk tidak terjerumus.

Peserta didik yang sudah memiliki keyakinan penuh terhadap kebenaran yang dipegangnya, tidak akan mudah tergoda untuk mengikuti hal yang bertentangan dengan keyakinannya.

Pada zaman digital ini, manusia memiliki akses yang hampir tidak terbatas terhadap sumber ilmu pengetahuan. Namun, belum banyak yang mampu meningkatkan kemampuan daya pikirnya.  Inisiatif dan kemandirian berpikir kebanyakan peserta didik di Indonesia belum (tidak) serta merta terbangun melalui melimpahnya sumber daya tersebut.

Inilah tantangan selanjutnya, yaitu membangun kemandirian dalam berpikir, yang berarti bahwa peserta didik memiliki daya dorong yang kuat untuk melakukan aktivitas menganalisa serta mengevalusi beragam kondisi dan stimulasi yang dihadapi.

Proses belajar mengajar, jika menilik pada konsepsi Bloom, mengikuti enam langkah penguasaan yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Program umum pembelajaran di perguruan tinggi, yang biasanya dijejali dengan timbunan kurikulum, akhirnya menyerah untuk hanya menghasilkan lulusan yang ‘hanya’ berhenti pada tiga tingkatan dasar yaitu mengingat, memahami, dan mengaplikasikan (sesuai instruksi/tradisi).

Perguruan tinggi, jangan sampai menghasilkan lulusan dengan keterampilan yang terstandar dan rata-rata. Tuntutan kurikulum, seringkali hanya menghasilkan pola belajar yang satu arah dan cenderung menghasilkan mahasiswa yang pasif, kurang inisiatif, mengikuti prosedur, mengikuti jawaban dari buku teks sehingga sulit menghasilkan kreativitas. Hal itu berpotensi menghasilkan generasi yang berpikir seragam, in the box, dan status quo.

Saat ini, Indonesia memiliki momentum baru. Sejatinya, program kampus merdeka, telah membuka pintu gerbang perbaikan bagi peningkatkan ragam proses pembelajaran. Banyak metodologi yang kurang mencerdaskan telah ditinggalkan.

Hanya saja, pekerjaan rumah para pendidik adalah mengarusutamakan pendidikan akhlakul karimah, sehingga peserta didik takut untuk berbuat dosa, takut untuk melanggar norma dan selalu berusaha berperilaku sesuai nilai, etika dan syariat yang berlaku. Sehingga terjadi keseimbangan iman, takwa dan teknologi.

Mandiri Berkarya

Akhirnya, wujud nyata dari produk pendidikan adalah karya. Wujud karya sangat beragam, mulai dari karya tulis, gagasan, prototype, jurnal, buku dan lain sebagainya. Prinsipnya, bukan karya akhirnya tetapi semangat dan kemampuan untuk menghasilkan karya secara mandiri.

Peserta didik memiliki bukan hanya semangat, tetapi kebutuhan untuk menghasilkan karya. Ketika menghasilkan karya sudah menjadi sebuah kebutuhan, itulah salah satu keberhasilan proses pendidikan. Menghasilkan karya adalah bentuk syukur dari peserta didik yang memiliki kesempatan mengikuti proses pendidikan.

Tradisi menghargai karya harus sudah menjadi perhatian utama, dibandingkan apresiasi terhadap harta yang dipamerkan. Perlu dibangun budaya untuk terus menghargai warga negara (khususnya generasi muda) yang berkarya dengan keringat sendiri.

Wajib dikonstruksi secara sosial bahwa ‘keren itu karena prestasi bukan karena harta suami atau orang tua.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi