Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran
Bergabung sejak: 24 Jan 2023

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Nasionalisme Apresiatif

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi nasionalisme Indonesia.
Editor: Egidius Patnistik

SEBUAH ujian kebangsaan sedang terjadi. Keputusan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 telah membuat Indonesia harus berpikir keras terkait langkah bijaksana yang perlu dilakukan ke depan.

Putusan FIFA itu telah membuat jagad media sosial penuh dengan ujaran dan komentar bernada kebangsaan dari netizen. Ribuan perhatian netizen mengemuka terhadap situasi yang terjadi, menggema dan menusuk relung kalbu.

Sejatinya, inilah potret modal sosial bangsa, yaitu atensi kolektif dan kontak interaktif warga negara terhadap apa yang terjadi pada negaranya. Inilah aset besar bangsa, yaitu gelombang perhatian warga negara, terhadap apa yang terjadi pada "rumah" mereka.

Baca juga: Etos Kerja, Nasionalisme, dan Kemakmuran Bangsa

Pusat Kendali

Keilmuan sosial-humaniora (psikologi sosial) mengenal istilah locus of control (pusat kendali). Ini adalah kajian tentang apakah yang paling memengaruhi sikap dan perilaku individu, apakah dominan berasal dari dirinya sendiri (internal locus of control) ataupun justru dominan berasal dari luar individu tersebut (external locus of control).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada prinsipnya, tidak mungkin seluruh yang terjadi di sekitar individu, akan selalu dan senantiasa sesuai dengan harapan individu tersebut. Terdapat banyak sekali hal yang tidak dapat dikendalikan seorang individu yang berpontesi memengaruhi kehidupan individu tersebut.

Namun, satu hal yang pasti, inidividu selalu punya pilihan, terhadap respon yang akan dia berikan kepada stimulus luar yang datang kepadanya. Sebagai contoh, ketika hujan turun, individu selalu punya pilihan bebas, apakah akan mengurungkan niatnya keluar rumah, keluar dengan menggunakan payung, jas hujan, atau yang lainnya.

Prinsipnya, setiap individu punya kendali. Hal yang membedakannya adalah seberapa besar kendali tersebut digunakan. Pada kajian perilaku manusia dan lingkungan (person in environment), individu dapat memilih untuk menjadi subyek yang pegang kendali (powerfull subject), atau obyek yang dikendalikan (powerless object).

Sejumlah individu yang memilih kehidupan “dikendalikan”, mereka akan susah bergerak ke depan (move on), cenderung menyalahkan situasi, mencari kambing hitam, dan berpikir bahwa situasi eksternal memengaruhi hidupnya.

Karena itu, individu Indonesia harus selalu didorong, dipimpin, dan dibina untuk menjadi subyek yang pegang kendali, atau dalam bahasa Kasali (2015) bermental pengemudi (driver mentality). Inilah prinsip dengan visi yang kuat dan disertai dengan langkah aksi yang mantap.

Mental ini adalah syarat dasar sumber daya manusia dapat dianggap sebagai aset yang berpontesi memberikan kontribusi besar bagi organisasi bangsa.

Apresiatif

Pola pikir apresiatif (Wibowo dkk, 2019) mendorong setiap individu berpikir paling positif terhadap hikmah kehidupan yang telah dijalani. Skema ini mengajak individu untuk berfokus pada apa yang masih bisa dioptimalkan, alih-laih hanya menyalahkan dan mencari kambing hitam.

Pejuang sejati selalu paham bahwa tidak ada perjuangan membangun bangsa yang mudah, cepat, dan instan. Setiap fase dan tahapan pembangunan pasti membutuhkan pola kontribusi yang berbeda dan individu warga negara.

Pemahaman apresiatif akan mendorong lahirnya aksi terbaik pada setiap fase kehidupan, apapun kejadian eksternal yang menimpa. Konstruksi pola pikir apresiatif juga akan memberikan energi terbaik pada setiap tahapan langkah aksi, sekaligus pilihan solusi berbasis kekuatan pada setiap hambatan yang terjadi.

Ketika mata normal melihat masalah sebagai hambatan, kacamata apresiatif akan mendorong lahirnya pemaknaan “masalah sebagai potensi dan peluang”. Karena “the real problem is not the problem itself, but the way we see the problem”.

Setiap insan terlahir sebagai khalifah yang mengemban amanah untuk menjadi pemimpin di muka bumi (melakukan kebaikan dan berkinerja terbaik bagi diri dan lingkungan sosialnya). Manusia tidak dilahirkan untuk melakukan beragam kerusakan di muka bumi, baik secara verbal, non verbal, lisan maupun tulisan.

Maka, penting untuk membangun wacana nasionalisme yang positif diserta dengan pola pikir apresiatif yang konstruktif, tanpa harus mengacuhkan hal-hal yang perlu dievaluasi.

Pada kaum muslimin, hal itu perlu didasari oleh iman dan ilmu yang benar, serta pemahaman terbaik terhadap perbedaan antara hal-hal yang haq dan batil, sehingga dapat menjadi landasan bagi aksi amar ma’ruf nahi munkar yang sesuai tuntunan agama.

Nasionalisme

Semangat nasionalisme adalah upaya untuk membangun kinerja terbaik bagi kepetingan yang luas (melampaui kepentingan pribadi dan golongan). Ini adalah langkah besar untuk berkiprah sesuai potensi dan kemampuan masing-masing bagi bangsa dan negara dan individu-pribadi.

Pada konteks kenegaraan yang lebih besar, pemikiran itu akan membangun pemahaman bahwa setiap warga negara berpotensi dan dapat menjadi manusia yang terbaik, serta aset bernilai bagi pembangunan bangsa.

Kumpulan individu yang bermental pengemudi (powerfull subject) dan meyakini bahwa dirinya selalu punya kekuatan untuk memegang kendali kehidupannya, akan menjadi garda terdepan lokomotif pembangunan. Inilah barisan yang paham dan mampu memaknai nasionalisme sebagai dorongan internal yang kuat untuk berkontribusi paling positif sesuai bidang keahlian, keilmuan, maupun kapabilitas masing-masing sesuai konteks kehidupannya.

Karena itu, nasionalisme apresiatif adalah daya dorong internal untuk berfokus pada apa yang masih dapat diraih bangsa ini secara positif, melalui kontribusi individu, melalui semangat membangun, alih-alih saling menyalahkan dan mencari kambing hitam.

Sisi tidak terduga atau dimensi yang tidak terprediksi dari perjalanan pembangunan pasti selalu ada dan tidak dapat diacuhkan. Namun fokus pada visi kinerja terbaik adalah juga pilihan nyata yang berpotensi menghasilkan maslahat dan manfaat terbaik.

Maka, menjadi kontributor bangsa, dalam kondisi bangsa yang sedang tidak sesuai asa pribadi adalah sebuah keniscayaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi