Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI
Bergabung sejak: 30 Mar 2023

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Geopolitik dan Geostrategi Sistem Pertahanan Kawasan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Pesawat tempur Dassault Rafale terlihat di Terminal Selatan Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (21/8/2018). Dassault Rafale adalah pesawat tempur serbaguna generasi ke-4.5, bermesin dua, dan bersayap delta asal Perancis.
Editor: Egidius Patnistik

GEOPOLITIK dan geostrategi Indonesia berada pada posisi yang sangat strategis di dunia. Hal itu pertama kali dikemukakan Presiden Soekarno saat menyampaikan pokok-pokok pikiran geopolitik dan geostrategi Indonesia dalam pembukaan kursus reguler angkatan pertama, sekaligus meresmikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI pada 20 Mei 1965.

Soekarno atau Bung Karno menekankan, pengetahuan geostrategi dan geopolitik sangat dibutuhkan. Presiden Soekarno mendirikan Lemhannas di tengah polarisasi dunia, yang berdampak kepada kehidupan nasional yang penuh ketidakstabilan.

Bung Karno telah meletakkan dasar-dasar dari konsepsi mencapai Indonesia yang sepenuhnya berdaulat dan mampu meletakkan dasar-dasar pertahanan dan keamanan yang sesuai dengan geopolitik dan kultur bangsa Indonesia. Dalam kaitan dengan pertahanan, Bung Karno menyatakan, “Susunlah pertahanan nasional bersendikan karakter bangsa."

Baca juga: Perbedaan Geopolitik dan Geostrategi

Maka, Bung Karno tidak hanya menempatkan Lemhannas sebagai kawah candradimukanya calon pemimpin, tetapi juga sebagai think tank yang berlandaskan pada posisi strategis geopolitik Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi, arahan strategis Bung Karno makin jelas agar Lemhannas bisa mencetak calon pemimpin nasional yang memahami konsekuensi dari pertarungan negara-negara besar, pertarungan geopolitik antara negara-negara utama di kawasan dan apa pengaruhnya bagi Indonesia.

Amanat Bung Karno untuk memperluas cakrawala wawasan geopolitik dan geostrategi dewasa ini tetap relavan. Hal ini bisa dipakai untuk membaca dinamika global dewasa ini, termasuk ketika Australia, tetangga Indonesia yang punya ikatan kuat dengan Indonesia yang terjalin sejak 1945, belum lama ini membeli 220 rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat (AS) senilai 1,3 miliar dolar Australia atau setara Rp 13,4 triliun.

Rudal itu bisa melesat pada ketinggian sangat rendah dengan kecepatan subsonik tinggi, dan dikendalikan dengan sistem panduan yang disesuaikan dengan misi.

Indonesia secara positif menilai Australia sedang memperkuat struktur pertahanan yang kukuh. Tetangga yang baik tahu bahwa Australia adalah wilayah dengan lokasi strategis, dan ini modal berkontribusi secara signifikan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Selain itu, ada hal yang menarik bahwa rencana pembelian rudal Tomahawk tersebut telah disetujui Kementerian Luar Negeri AS pada 17 Maret 2023, diumumkan hanya beberapa hari setelah Australia mengumumkan proyek kapal selam bertenaga nuklir di bawah kesepakatan AUKUS.

Sehubungan ini, AS menilai bahwa Australia adalah salah satu sekutu terpenting di Pasifik Barat.

Tetangga Indonesia yang lain, Malaysia, belum lama ini juga mengakuisisi 18 jet tempur FA-50. Pesawat ini adalah turunan advanced jet trainer T-50 Golden Eagle. Varian ketiga adalah TA-50 LIFT (Lead-in fighter trainer).

Peswat TA-50 dan FA-50 merupakan pesawat yang mampu bertempur dan dapat dilengkapi hingga tujuh titik penyimpanan eksternal yang dapat membawa senjata udara ke udara dan udara ke permukaan (darat) yang dipandu secara presisi. Versi tempur T-50 juga diintegrasikan dengan radar buatan AS atau buatan Israel.

Peran Indonesia Membangun Kekuatan

Indonesia harus memahami isu-isu strategis yang bersifat global, serta menilik kondisi kehidupan dunia. Bersamaan dengan itu, Indonesia perlu mempertimbangkan isu strategis nasional, yaitu Indonesia yang berada posisi strategis di kawasan Asia. Maka, Indonesia juga berkewajiban membangun sistem pertahanan yang solid dan kuat.

Pembangunan kekuatan TNI dalam hal mewujudkan tujuan nasional yang tertera dalam amanah UUD 1945, antara lain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pembelian alutsista adalah dalam rangka kebutuhan tersebut.

Baca juga: Babak Baru Geopolitik Dunia

Untuk itu Indonesia bakal membeli 42 pesawat tempur generasi 4.5 Dassault Rafale buatan Prancis dan F-15 EX buatan AS. Hadirnya pesawat-pesawat itu akan menyimbangkan kekuatan global.

Menurut pengamat militer Susaningtyas Kertopati, hal itu merupakan strategi yang jitu untuk mengimplementasikan balancing of power pada tataran regional dan global.

Indonesia juga melakukan pembelian pesawat C-130J Super Hercules. Karena itu, kinerja TNI AU dalam hal pertahanan dan keamanan dapat lebih optimal.

Pesawat itu tergolong tipe terbaru,memiliki kopkit yang lebih canggih dengan sistem avionik penerbangan digital terintegrasi penuh dibanding seri sebelumnya. Pesawat itu mampu mengangkut 128 pasukan tempur, 92 pasukan terjun payung, dan memiliki kapasitas kargo hingga 20 ton, serta mampu lepas landas dan mendarat singkat di landasan pendek.

Pesawat itu bisa berfungsi pula untuk operasi militer ataupun non militer, termasuk dalam kegiatan-kegiatan bencana alam.

Mencermati Dinamika Geostrategi

Bangsa dan negara manapun mempunyai doktrin membangun pertahanan adalah niscaya, lalu menyusun bahan-bahannya dari mesin-mesin perang yang canggih. Akan tetapi bila ini terpresentasikan secara berlebihan, sangat mungkin kondisi kawasan bisa tidak stabil. Bersamaan dengan itu, geostrategi yang berubah menimbulkan kecemasan.

Oleh karenanya, geopolitik secara tipis-tipis berubah, menjadi sebuah kecenderungan polarisasi. Geopolitik hanya bernilai bila tetap kukuh mempertautkan perdamaian, tanpa memperkuat bentuk dominasi global.

Secanggih apapun perkakas perang yang dimiliki, sebuah bangsa butuh kedamaian kawasan. Hal ini bukan sebuah harapan yang bisa disederhanakan dengan hubungan diplomatik yang hangat, tetapi kedamaian kawasan harus dilembagakan agar perlombaan senjata dapat berhenti.

Maka, kedamaian tidak melampaui pemahaman, pemahaman yang membawa kedamaian. Kedamaian berawal dari sebuah senyum, demikian didefinisikan oleh pembela kemanusiaan, Bunda Teresa. Pada makna senyumlah dimungkinkan perang tidak mudah meletus.

Bilamana perang tidak mudah meletus dan kedamaian begitu membahana, bangsa-bangsa menikmati pergaulan global yang indah. Namun itu bisa saja utopia, karena –sebagaimana kredo “untuk damai persiapkanlah perang”, membuat bangsa-bangsa secara global memperkuat sistem pertahanan—jaga-jaga untuk perang secara fenomenal.

Meski begitu, sebagaimana dikatakan sang perumus bom atom yang meletus di Hirosima, Albert Einstein,  “You cannot simultaneously prevent and prepare for war." Anda tidak dapat secara bersamaan mencegah dan bersiap untuk perang.

Ada geopolitik dan geostrategi di sini yang dihitung dalam keragaman pergaulan bangsa-bangsa. Dengan dinamika geopolitik dan geostrategi dunia yang begitu dinamis, Indonesia tidak boleh lemah memainkan peran strategis kawasan regional dan global.

Premise itu membawa pada suatu perumusan membangun sistem persenjataan yang utama dan moden, dengan “melihat” negara-negara tetangga maupun kawasan membangun kemampuan sistem pertahannya.

Tentu saja akan berlebihan bila Indonesia melihat Australia membeli 220 rudal jelajah Tomahawk dan Malaysia mengakuisisi 18 jet tempur FA-50  dalam posisi yang minder. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi