Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada Jumat Agung, Sebaiknya Mengenakan Pakaian Warna Apa?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO
Umat Katolik melakukan prosesi visualisasi jalan salib di Gereja Katolik Santo Yakobus Alfeus, Pajangan, Bantul, D.I Yogyakarta, Jumat (15/4/2022). Prosesi yang mengisahkan kesengsaraan Yesus itu dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Jumat Agung, bagian dari Tri Hari Suci Paskah.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Jumat Agung merupakan hari Jumat sebelum Minggu Paskah yang diperingati sebagai hari penyaliban dan wafat Yesus Kristus.

Dilansir dari Kompas.com, Alkitab menjelaskan bahwa Yesus dicambuk dan diperintahkan memikul salib ke puncak Bukit Golgota, kemudian disalib dan mati.

Di hari itu, disebut hari baik atau hari suci berkat keyakinan umat Kristiani terhadap tindakan Yesus yang menaati perintah Bapa di surga.

Saat merayakan hari Jumat Agung, ada sebagian masyarakat yang memakai pakaian berwarna merah, hijau, dan ungu. Ketiga warna ini termasuk elemen warna dalam liturgi atau simbol peristiwa gerejawi.

Lalu, benarkah umat Kristiani dianjurkan memakai pakaian warna tertentu saat perayaan Jumat Agung?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Arti, Sejarah, dan Makna Peringatan Wafat Isa Almasih atau Jumat Agung


Penjelasan pakar keagamaan

Kaprodi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Bethel, Yuel Sumarno menjelaskan bahwa tidak ada anjuran bagi umat Kristen dalam memakai pakaian tertentu di perayaan Jumat Agung.

"Pada hari Jumat Agung, orang Kristen tidak dianjurkan untuk pakai pakaian warna tertentu, yang pasti adalah bersih dan sopan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/4/2023).

Sementara itu, Pendeta Yoshua Chendana menyatakan bahwa memang tidak ada warna pakaian khusus saat Jumat Agung. Namun, ada kesepakatan gerejawi di antara umat Kristen.

"Selama ini, umat Kristen dianjurkan untuk memakai pakaian bernuansa hitam sebagai lambang kedukaan atas wafatnya Yesus Kristus," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (4/4/2023).

Di satu sisi, Pastor Onesius Otenieli Daeli, OSC juga menyatakan bahwa umat Katolik tidak memiliki anjuran memakai pakaian berwarna khusus pada perayaan Jumat Agung.

"Hanya secara liturgis pada saat ibadah, para petugas liturgi menggunakan warna merah," tambahnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/4/2023).

Dilansir dari situs Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Romo Hieronymus Sridanto Aribowo Pr menyatakan bahwa Komisi Liturgi KAJ hanya mengatur busana liturgi untuk para pelayan liturgi.

Sementara umat Kristen boleh memakai pakaian bebas, pantas, sopan, rapi, dan bermartabat saat merayakan hari suci.

Baca juga: Rekor Muri: Katedral Jakarta, Gereja Katolik Pertama yang Seluruh Sumber Listriknya dari Energi Surya

Warna liturgi saat Jumat Agung

Lebih lanjut, Pastor Ote menjelaskan bahwa agama Katolik mengenal beberapa warna liturgi.

"Warna liturgi menunjukkan masa biasa atau masa khusus perayaan, serta menunjukkan perayaan apa yang akan atau sedang dirayakan," lanjutnya.

Salah satu warna yang dipakai pelayan liturgi adalah merah. Warna ini menyimbolkan pengorbanan berupa darah dan kemartiran atau mati karena iman.

Pada Jumat Agung, warna liturgi yang digunakan adalah merah.

"Karena pada hari itu, Yesus ditangkap, didera, disiksa, disalib, ditikam, dan akhirnya mati di salib karena ketaatan-Nya kepada Bapa di surga dan karena cinta-Nya kepada manusia," jelas Pastor Ote.

Baca juga: Sejarah Paskah dan Perayaannya di Indonesia

Daftar dan makna warna liturgi

Konferensi Waligereja Amerika Serikat (USCCB) menjelaskan, ada empat warna utama liturgi, yaitu putih, merah, hijau, dan violet (ungu).

Berikut daftar warna-warna liturgi yang ada:

Putih (kemurnian, cahaya, kemuliaan, sukacita)

Waktu penggunaan: Natal; Paskah; perayaan Tuhan, Maria, Malaikat, dan Orang Suci yang bukan Martir; perayaan Tritunggal Mahakudus (Minggu setelah Pentakosta), Semua Orang Suci (1 November), dan Kelahiran St. Yohanes Pembaptis (24 Juni); pesta Pertobatan Santo Paulus (25 Januari), Tahta Santo Petrus (22 Februari); dan pesta Santo Yohanes (27 Desember).

Merah (cinta Tuhan, darah, api, dan perayaan Martir)

Waktu penggunaan: Minggu Palem, Jumat Agung, dan Minggu Pentakosta; perayaan Sengsara Tuhan, para Rasul, dan para Penginjil; perayaan Martir.

Hijau (hidup, harapan, antisipasi)

Waktu penggunaan: digunakan sepanjang tahun antara Paskah dan Adven serta antara Natal dan Prapaskah.

Violet atau ungu (tobat, pengorbanan, persiapan)

Waktu penggunaan: Adven dan Prapaskah; Misa untuk Orang Mati

Selain itu, ada juga warna Merah muda (Matahari Ketiga Adven dan Matahari Keempat Prapaskah), hitam (Misa untuk Orang Mati), serta emas atau perak (perayaan lebih khusyuk seperti Natal dan Paskah).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi